BERBAGI KETERAMPILAN DI LAPAS ANAK MEDAN
Medan, INFO_PAS. Menjadi penghuni Lapas bukan berarti tak bisa berkarya, tak bisa berbuat apa-apa. Lihat saja Nasir (20 th), wargabinaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Medan ini masih sanggup menunjukan keahliannya bahkan mampu berbagi keterampilannya dengan sesama penghuni.
Sambil sibuk jari jemari tangannya menggoreskan alat tulis pada selembar kertas karton, sepasang mal sepatu telah usai dibuatnya. Nasir menyambut dengan senyum sumringah kehadiran  INFO_PAS pada jumat (13/6). Ia pun mengungkapkan bahwa saat menjadi penghuni usianya baru menginjak 17 tahun karena kasus narkoba.
"Saya dihukum 6 tahun. Sudah 3 tahun 2 bulan saya jalani," ungkap Nasir. Namun waktu yang dilaluinya tak menyurutkannya untuk tetap berkarya di dalam Lapas.
"Saya dipercaya menjadi instruktur disini, sejak berumur 13 tahun sudah bisa membuat sepatu, karena ayah saya pengrajin sepatu," ujarnya.
Kepala Lapas Anak
Medan, INFO_PAS. Menjadi penghuni Lapas bukan berarti tak bisa berkarya, tak bisa berbuat apa-apa. Lihat saja Nasir (20 th), wargabinaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Medan ini masih sanggup menunjukan keahliannya bahkan mampu berbagi keterampilannya dengan sesama penghuni.
Sambil sibuk jari jemari tangannya menggoreskan alat tulis pada selembar kertas karton, sepasang mal sepatu telah usai dibuatnya. Nasir menyambut dengan senyum sumringah kehadiran  INFO_PAS pada jumat (13/6). Ia pun mengungkapkan bahwa saat menjadi penghuni usianya baru menginjak 17 tahun karena kasus narkoba.
"Saya dihukum 6 tahun. Sudah 3 tahun 2 bulan saya jalani," ungkap Nasir. Namun waktu yang dilaluinya tak menyurutkannya untuk tetap berkarya di dalam Lapas.
"Saya dipercaya menjadi instruktur disini, sejak berumur 13 tahun sudah bisa membuat sepatu, karena ayah saya pengrajin sepatu," ujarnya.
Kepala Lapas Anak Medan, Winduarto menyampaikan bahwa dalam satu hari wargabinaanya rata rata mampu menyelesaikan 20 pasang sepatu.
"Pembuatan sepatu ini dikerjakan 5 sampai 10 orang, yang telah melalui seleksi," kata Windu.
Lanjut, menurut Windu pemasaran sepatu ini selain di pajang di etalase ruang besukan, pihaknya juga menggandeng Koperasi mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Dalam jangka waktu sekitar 3 bulan sudah 170 pasang berhasil terjual di Koperasi USU. Produk sepatu bikinan Lapas Anak Medan juga diminati para tetamu yang sedang berkunjung.
"Beberapa waktu lalu, sepatu ini diborong rombongan tamu dari Komisioner penjara Taipang Malaysia, nampaknya mereka suka dengan modelnya," seru Kalapas Anak Medan.
Sementara itu Kasi kegiatan kerja Lapas Anak Medan Sahdoriman menambahkan acapkali beberapa pedagang juga memborong dan menjualnya kembali ke masyarakat hingga kuala simpang, Aceh.
"Sepatu buatan kami lebih diminati pedagang dari Aceh karena harganya relatif lebih murah, satu pasang dipatok hanya 35 ribu," katanya.