Dijadikan "Jenazah", Preman Rutan Menangis

Karimun - Berbagai cara  pihak Rumah Tahanan Negara Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau, untuk meredam tingkah laku negatif para penghuni. Salah satunya dengan “memaksa” para tahanan dan narapidana itu mengingat kematian. Bahkan diantara mereka ada yang diminta menjadi contoh sebagai sesosok mayat yang hendak disalatkan. “Awalnya pusing juga lihat mereka setiap sebentar ribut, sampai berkeli juga,” kata Kepala Rutan Tanjungbalai Karimun, Eri Erawan. Berbagai perangai para napi dan tahanan, selain berkelahi ada juga yang selalu berbuat onar dan gaduh. Eri bahkan melakukan pendekatan lain. Mengingatkan mereka bahwa semua yang hidup akan mati. Mereka pun diajari memandikan jenazah dan mengkafani serta menyalatkan. “Semua saya minta untuk belajar fardu kifayah, karena semua yang hidup akan mati,” ucapnya. Tak disangka, hal itu membuat para tahanan serta napi tersebut tersentuh. Sejumlah acara pengajiannya pun digelar setiap minggu. “Se

Dijadikan "Jenazah", Preman Rutan Menangis
Karimun - Berbagai cara  pihak Rumah Tahanan Negara Tanjungbalai Karimun, Kepulauan Riau, untuk meredam tingkah laku negatif para penghuni. Salah satunya dengan “memaksa” para tahanan dan narapidana itu mengingat kematian. Bahkan diantara mereka ada yang diminta menjadi contoh sebagai sesosok mayat yang hendak disalatkan. “Awalnya pusing juga lihat mereka setiap sebentar ribut, sampai berkeli juga,” kata Kepala Rutan Tanjungbalai Karimun, Eri Erawan. Berbagai perangai para napi dan tahanan, selain berkelahi ada juga yang selalu berbuat onar dan gaduh. Eri bahkan melakukan pendekatan lain. Mengingatkan mereka bahwa semua yang hidup akan mati. Mereka pun diajari memandikan jenazah dan mengkafani serta menyalatkan. “Semua saya minta untuk belajar fardu kifayah, karena semua yang hidup akan mati,” ucapnya. Tak disangka, hal itu membuat para tahanan serta napi tersebut tersentuh. Sejumlah acara pengajiannya pun digelar setiap minggu. “Setiap jumat malam,” ujar Eri. Eri menceritakan, ada seorang tahanan yang kerap berbuat onar, justru menangis saat hendak dijadikan contoh sesosok mayat yang hendak disalatkan. “Pas diminta jadi contoh dia malah menangis,” ujar Eri. Eri berharap, setelah bebas nanti para narapidana itu bisa menerapkan apa yang sudah mereka pelajari itu. Perlombaan memandikan dan menyalatkan mayat pun juga digelar di Rutan tersebut. Eri juga cukup gembira. Pasalnya setelah kegiatan-kegiatan tersebut, masjid di Rutan semakin hari semakin penuh. “Kita juga memaksa mereka sedikit, dengan membuat buku catatan,” kata Eri. Eri sangat senang dengan hasil yang diterapkannya. Rasa puas dan bangga tidak bisa dipungkiri, karena para tahanan yang saat masuk tidak bisa mengaji, kita telah mengetahui dan bisa membaca ayat suci. “Ada juga yang tidak bisa mengaji, tapi kita bimbing mereka, mulai dari alif, ba, ta, dan sekarang ada telah bisa membaca ayat suci Alquran,” ucapnya. Tidak hanya penghuni muslim, tapi yang beragama lain pun juga melakukan hal yang sama menurut agama mereka. Eri mengatakan, dalam pendekatan tidak harus menggunakan kekerasan atau cara yang kasar. Cukup dengan cara menyentuh hatinya. “Sentuh hatinya, maka dia akan jadi milikmu selamanya. Dan Agamalah yang membuat orang baik,” katanya. (edo)                     sumber: http:batamnews.co.id

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
1
funny
0
angry
0
sad
1
wow
0