PENJAJAKAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI LAPAS PEKALONGAN

Pekalongan, INFO_PAS - Kamis (11/09), Tim Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) dan HIV Cooperation Program for Indonesia (HCPI) melakukan penjajakan dan supervisi program penanggulangan HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pekalongan. Bertempat di Aula Lapas Pekalongan, kegiatan ini dihadiri seluruh pejabat struktural Lapas Pekalongan, tim AIDS Lapas Pekalongan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bendan Kota Pekalongan, RSUD Kraton Pekalongan, Tim Voluntary Counseling Test (VCT) RSUD Batang, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Kota Pekalongan, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pek
PENJAJAKAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENANGGULANGAN HIV/AIDS DI LAPAS PEKALONGAN

Pekalongan, INFO_PAS - Kamis (11/09), Tim Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) dan HIV Cooperation Program for Indonesia (HCPI) melakukan penjajakan dan supervisi program penanggulangan HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pekalongan. Bertempat di Aula Lapas Pekalongan, kegiatan ini dihadiri seluruh pejabat struktural Lapas Pekalongan, tim AIDS Lapas Pekalongan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bendan Kota Pekalongan, RSUD Kraton Pekalongan, Tim Voluntary Counseling Test (VCT) RSUD Batang, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Kota Pekalongan, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan. “Tahun 2014 Lapas Pekalongan sudah tidak mendapat dukungan dana dari HCPI karena kebijakan pengurangan anggaran. Kami ingin mengetahui sejauhmana pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS dan apa kendala yang dihadapi oleh pihak Lapas Pekalongan,” tutur Syarif Usman, Ketua Tim Ditjenpas. Ketua Tim AIDS Lapas Pekalongan, Roni Darwaman, mengatakan saat ini jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA)  di Lapas Pekalongan mencapai 31 orang. “Walau anggaran yang minim, kami tetap melaksanakan program penanggulangan HIV/AIDS,” jelasnya. Lebih lanjut, Roni yang juga menjabat Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik menjelaskan selama ini jejaring dengan stakeholder kesehatan sudah terjalin baik. “Kami punya program VCT rutin tiap bulan dengan RSUD Kabupaten Batang dan RS HA Djunaid Kota Pekalongan, program rujukan dengan RSUD Kraton dan RSUD Bendan, serta terapi metadon bagi ODHA yang didukung Dinkes Kota Pekalongandan RSUD Bendan,” tambah Roni. Pada kesempatan yang sama, Supriyono selaku perawat di Lapas Pekalongan menjelaskan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS di Lapas Pekalongan tidak hanya soal anggaran. “Kami juga masih terkendala perijinan membuka klinik di Lapas Pekalongan karena tidak ada dokter dan apoteker tetap sehingga jika ada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang akan dirujuk ke rumah sakit membutuhkan waktu yang cukup lama. Kami juga berharap Ditjenpas dan HCPI menguatkan kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) melalui program pendampingan keterampilan bagi ODHA,” harapnya. Sebelum berakhir, kegiatan ini juga diisi dengan tanya jawab terkait pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS di Lapas Pekalongan. “Jejaring Lapas Pekalongan dengan stakeholder kesehatan sudah sangat baik karena tidak semua daerah mempunyai visi yang sama soal penanganan kesehatan WBP. Selain itu, kemandirian penanganan kesehatan itu penting karena kita tidak bisa selalu tergantung dengan bantuan pihak asing,” ucap Syarif diakhir kegiatan. (IR)   Kontributor: M. Anang Saefulloh

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0