Kolaborasi Apresiasi Karya Sastra Narapidana Anak “Di Balik Jeruji”

Karangasem, INFO_PAS – Sejumlah Petugas Pemasyarakatan dan Narapidana Anak berkolaborasi dalam apresiasi sastra di Lembaga Pemasyarakatan Anak Karangasem, Jumat (1/5). Dalam kolaborasi tersebut para Petugas membacakan kumpulan karya sastra Anak didik Pemasyarakatan (Andikpas) yang sudah dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul “Di Balik Jeruji.”

Buku setebal 108 halaman ini merangkum puluhan karya prosa dan puisi dari lebih 20 Andikpas yang dibuat dalam kurun waktu Januari-Februari 2015. Seluruh karya memperlihatkan pengalaman pribadi dari masing-masing anak ketika ditangkap, kasus yang dihadapi hingga kisah menjalani kehidupan dalam Lapas khusus anak.

“Hidup adalah pelajaran, terkadang membuat bingung, jalan yang ditempuh, perasaan takut muncul, hidup sekali tapi takut muncul ratusan kali…” demikian cuplikan puisi karya Dansap (bukan nama seb

Kolaborasi Apresiasi Karya Sastra Narapidana Anak “Di Balik Jeruji”

Karangasem, INFO_PAS – Sejumlah Petugas Pemasyarakatan dan Narapidana Anak berkolaborasi dalam apresiasi sastra di Lembaga Pemasyarakatan Anak Karangasem, Jumat (1/5). Dalam kolaborasi tersebut para Petugas membacakan kumpulan karya sastra Anak didik Pemasyarakatan (Andikpas) yang sudah dipublikasikan dalam sebuah buku berjudul “Di Balik Jeruji.”

Buku setebal 108 halaman ini merangkum puluhan karya prosa dan puisi dari lebih 20 Andikpas yang dibuat dalam kurun waktu Januari-Februari 2015. Seluruh karya memperlihatkan pengalaman pribadi dari masing-masing anak ketika ditangkap, kasus yang dihadapi hingga kisah menjalani kehidupan dalam Lapas khusus anak.

“Hidup adalah pelajaran, terkadang membuat bingung, jalan yang ditempuh, perasaan takut muncul, hidup sekali tapi takut muncul ratusan kali…” demikian cuplikan puisi karya Dansap (bukan nama sebenarnya) yang dibacakan oleh Kawidana, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Anak Karangasem.

Kumpulan puisi tersebut dipadu dalam banyak karya sastra Andikpas berupa prosa yang sebahagian besar berisi kronologis kisah ketika ditangkap, keterkejutan menjalani penyidikan, persidangan, dan kebosanan dalam Lapas. Sebagian besar kasus yang menimpa mereka adalah pelecehan seksual, baik dilakukan sendiri maupun berkelompok. Kenakalan masa remaja, yang bisa menimpa siapa saja tapi berujung di sel penjara.

“Saya dan teman-teman di sini sudah kehilangan kebebasan, kalian di sana enak masih bersama orang tua, manfaatkanlah,” seru Carli (bukan nama sebenarnya) salah seorang Andikpas dalam kegiatan workshop dan apreasiasi sastra yang dilaksanakan oleh Bali Emerging-Ubud Writers and Readers Festival bekerja sama dengan Sloka Institute, sebuah lembaga pengampanye jurnalisme warga di Bali.

Cok Sawitri, salah seorang mentor workshop mengatakan anak-anak di Lapas tidak terbiasa dengan tradisi membaca. “Hanya televisi yang sepintas saya lihat di lorong depan sel. Jadi, saya mengembalikan pemahaman workshop itu mengajak peserta melihat proses mengenal sastra dan mengerjakannya,” ujarnya.

“Saya harapkan para peserta berani menuliskan apa saja, dan strateginya sederhana saja, yang paling mudah adalah menuliskan diri mereka, mengenalkan diri,” paparnya.

Sementara itu, Haryoto Kepala Lapas Anak Klas IIB Gianyar di Karangasem menyatakan, “Anak-anak  memendam sejumlah mimpi untuk mewujudkannya, oleh karena itu suara dan potensi anak-anak dalam Lapas harus bisa didengarkan oleh orang lain,” tuturnya.

Selanjutnya, Haryoto berharap melalui kegiatan apresiasi sastra dan seni dapat menjadi salah satu medium penyampai aspirasi Anak didik Pemasyarakatan. “Ada sejumlah pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan ini, pertama, mereka tahu Lapas Anak bukan tempat yang bagus untuk mereka tinggal. Kedua, untuk masuk Lapas tidak dengan kasus, tapi dengan kreativitas,”pungkasnya. (NH)

    Kontributor: Luh De Suriyani    

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0