Bangun Iman di Balik Jeruji, Lapas Wahai Gelar Ibadah Buka Usbu

Wahai, INFO_PAS – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai gelar ibadah Buka Usbu di Gereja Ebenhaezer, Senin (28/7). Ibadah ini merupakan bagian dari program pembinaan kerohanian dalam mempertebal tembok keimanan yang berkelanjutan bagi Narapidana.

Kepala Lapas Wahai, Tersih Victor Noya, menyampaikan kegiatan keagamaan seperti ibadah Buka Usbu merupakan elemen penting dalam mendukung proses reintegrasi sosial Warga Binaan. “Kami berkomitmen membina Warga Binaan. Tidak hanya secara fisik melalui keterampilan, tetapi juga mental dan spiritual. Ibadah Buka Usbu adalah wadah untuk membangun keimanan dan kesadaran diri agar Warga Binaan siap kembali ke masyarakat dengan nilai-nilai positif,” ungkap nya.

Kegiatan yang berlangsung khidmat ini bertujuan meningkatkan mental spiritual Warga Binaan selama menjalani masa pidana. Pembukaan ibadah Usbu juga menjadi momen penting dalam membangun karakter dan nilai-nilai keagamaan di tengah lingkungan Pemasyarakatan.

Kepala Subseksi Pembinaan, Merpaty S. Mouw, menjelaskan ibadah tersebut merupakan bagian dari pembinaan yang dijalankan secara terjadwal dan terstruktur. “Bukan hanya ruang gereja yang kami sediakan, ruang hati juga harus disediakan Warga Binaan untuk beribadah sebagai sarana refleksi diri dalam membangun semangat hidup baru melalui pendekatan spiritual,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Maluku, Ricky Dwi Biantoro, memberikan apresiasi atas komitmen seluruh Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan dalam memberikan pelayanan pembinaan berbasis keagamaan setiap awal pekan. “Pembinaan keagamaan harus menjadi prioritas karena aspek spiritual sangat berperan dalam proses pemulihan dan pembentukan karakter Warga Binaan. Apa yang dilakukan Lapas Wahai ini sejalan dengan arahan untuk memperkuat pembinaan integratif yang menyentuh sisi kemanusiaan,” ungkapnya.

Dengan terselenggaranya ibadah Buka Usbu, diharapkan Warga Binaan Kristen di Lapas Wahai menjalani masa pembinaan dengan lebih tenang, penuh harapan, serta memiliki pondasi spiritual dan mempertebal tembok keimanan yang kuat agar siap menjalani kehidupan setelah bebas, yakni reintegrasi sosial. (IR)

Kontributor: Lapas Wahai