Edi Warsono, Bimbing Napi Dari "Hati ke Hati"

Nusakambangan, INFO_PAS – Narapidana bukanlah orang yang terhukum, melainkan orang yang butuh pembinaan. Tak terkecuali terpidana mati yang tinggal menunggu waktu tuk berhadapan dengan para eksekutor yang siap menerjang raga mereka dengan timah panas hingga ajal menjelang. Inilah prinsip yang dipegang Edi Warsono, pria asli Nusakambangan yang sekarang bertugas di Lapas Pasir Putih Nusakambangan sehingga mampu menyentuh nurani para terpidana teroris dengan pendekatan “hati ke’hati” dan agamis. Sebagai motivator narapidana, Edi mengakui mereka tidaklah seburuk yang disangkakan bila bisa dibina dengan menusiawi, bersahaja, serta lebih melihat dari sudut pandang para terpidana. “Saya coba lakukan pendekatan dengan cara mengakrabkan diri dengan mereka, dengar ceritanya dari hati ke hati, coba untuk mengerti seluk beluk maupun perasaan mereka, dan selalu tanamkan keyakinan bahwa setiap manusia pasti punya sisi yang baik,” tutur Edi kepada INFO_PAS, Senin (2

Edi Warsono, Bimbing Napi Dari "Hati ke Hati"
Nusakambangan, INFO_PAS – Narapidana bukanlah orang yang terhukum, melainkan orang yang butuh pembinaan. Tak terkecuali terpidana mati yang tinggal menunggu waktu tuk berhadapan dengan para eksekutor yang siap menerjang raga mereka dengan timah panas hingga ajal menjelang. Inilah prinsip yang dipegang Edi Warsono, pria asli Nusakambangan yang sekarang bertugas di Lapas Pasir Putih Nusakambangan sehingga mampu menyentuh nurani para terpidana teroris dengan pendekatan “hati ke’hati” dan agamis. Sebagai motivator narapidana, Edi mengakui mereka tidaklah seburuk yang disangkakan bila bisa dibina dengan menusiawi, bersahaja, serta lebih melihat dari sudut pandang para terpidana. “Saya coba lakukan pendekatan dengan cara mengakrabkan diri dengan mereka, dengar ceritanya dari hati ke hati, coba untuk mengerti seluk beluk maupun perasaan mereka, dan selalu tanamkan keyakinan bahwa setiap manusia pasti punya sisi yang baik,” tutur Edi kepada INFO_PAS, Senin (26/2). Reputasi para terpidana yang kerap menakutkan bagi sebagian besar orang tak menciutkan nyali ayah tiga orang anak ini untuk mendampingi para terpidana menuju kepasrahan dengan bimbingan dan konseling yang menyentuh kalbu mereka. [caption id="attachment_56862" align="aligncenter" width="300"] Edi Warsono, pamong napi teroris[/caption] Sebut saja terpidana trio bom Bali, Ustad Abi Bakar Baasyir, terpidana mati asal Nigeria, termasuk sejumlah narapidana eks PKI, GAM, dll. Yang paling berkesan menurutnya adalah pengalaman saat  mendampingi pelaksanaan eksekusi terpidana mati karena melihat langsung dan ada amanah wasiat yang harus disampaikan kepada keluarganya. “Sebagai petugas lapas, semua saya lakukan dengan ikhlas karena tugas ini sendiri adalah ibadah. Untuk membina narapidana teroris memang perlu kesabaran khusus. Dengan mereka, kita bangun hal-hal yang sama. Yang beda kita perkecil, misalnya beda dalam pemahaman makna jihad,” terang pria yang pernah mengikuti workshop pembinaan narapidana di Prison Wormwood Scrubs, penjara tertua di Inggris. Layaknya seorang pembina narapidana, Edi yang pernah mendapat penghargaan dari Menteri Hukum dan HAM sebagai pembina narapidana teroris hanya coba memberikan paham kepada mereka bahwa semua yang terjadi adalah ketetapan Tuhan serta lapas sebagai tempat tinggal sementara mereka sehingga harus tetap dijaga agar aman, nyaman, dan sehat. “Membangun tembok rohani lebih sulit dari membangun tembok fisik. Jika ikatan emosional yang positif antara narapidana dan petugas terbina dengan baik, maka tembok rohani akan kokoh dengan pendekatan persuasif,” tutur Edi yang mengaku ingin pensiun di Nusakambangan. Pria yang akan memasuki masa purnabhakti dua tahun lagi ini mengaku senang bisa memberikan kontribusi untuk Pemasyarakatan. "Anak saya, Faris Imam Fathulloh, juga sudah 11 tahun bertugas di Lapas Permisan Nusakambangan sebagai kader dalam bidang pembinaan," pungkas Edi.  

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0