Hasil Karya Napi di Batam Dipakai Polisi

SEKUPANG (HK)- Hasil kreatif warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) kelas IIA Batam yang membuat topi dari kaleng minuman ternyata bukan hanya diminati warga sipil tapi juga anggota polisi. Brigadir Polisi Ronny, anggota Polsek Sekupang mengaku tertarik dan nyaman memakai topi hasil karya narapidana tersebut. Topi nyentrik yang dibelinya seharga Rp40 ribu itu merupakan hasil dari olahan limbah kaleng minuman ringan. Topi tersebut tidak saja terlihat keren tapi rapi dan sangat bagus. Model atau coraknya yang cukup menarik membuat ia membeli hasil karya warga binaan tersebut. Ia beli topi itu di kala  mengantar tahanan Polsek Sekupang ke Rutan Baloi. "Cukup baguskan? Topi ini hasil karya narapidana dari Rutan Baloi lho. Saya beli seharga Rp40 ribu saja," kata Ronny di Kantin Mapolsek Sekupang usai mengantar tahanan dari Rutan, Senin (16/2) siang. Ia mengaku suka dan tertarik untuk membeli topi itu karena terlihat nyentrik. Bahkan motif dan modelnya terbilang unik, lantaran terbuat

Hasil Karya Napi di Batam Dipakai Polisi
SEKUPANG (HK)- Hasil kreatif warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) kelas IIA Batam yang membuat topi dari kaleng minuman ternyata bukan hanya diminati warga sipil tapi juga anggota polisi. Brigadir Polisi Ronny, anggota Polsek Sekupang mengaku tertarik dan nyaman memakai topi hasil karya narapidana tersebut. Topi nyentrik yang dibelinya seharga Rp40 ribu itu merupakan hasil dari olahan limbah kaleng minuman ringan. Topi tersebut tidak saja terlihat keren tapi rapi dan sangat bagus. Model atau coraknya yang cukup menarik membuat ia membeli hasil karya warga binaan tersebut. Ia beli topi itu di kala  mengantar tahanan Polsek Sekupang ke Rutan Baloi. "Cukup baguskan? Topi ini hasil karya narapidana dari Rutan Baloi lho. Saya beli seharga Rp40 ribu saja," kata Ronny di Kantin Mapolsek Sekupang usai mengantar tahanan dari Rutan, Senin (16/2) siang. Ia mengaku suka dan tertarik untuk membeli topi itu karena terlihat nyentrik. Bahkan motif dan modelnya terbilang unik, lantaran terbuat dari bahan limbah kaleng minuman ringan. "Ternyata warga binaan lapas itu juga memiliki keahlian yang cukup handal dalam membuat topi serta beberapa asesoris lainnya," ungkapnya. Menurut Ronny, biarpun topi ini hasil karya anak Rutan dan terbuat dari bahan limbah, tapi hasil karya mereka cukup lumayan bagus dan rapi dan ini patut kita hargai. "Kita harus hargai hasil karya mereka ini. Sehingga mereka tidak merasa berputus asa atas perbuatannya. Sehingga, saat keluar nanti mereka mempunyai kepercayaan diri dan bisa berkarya demi kebaikan dan tidak mengulangi lagi kesalahannya," papar Ronny. Dimata Ronny, seorang napi itu bukanlah orang yang harus selalu tersisih dan hina. Hanya saja, mereka itu adalah orang-orang yang sudah melakukan kesalahan, dan harus menerima pembinaan atas kesalahan yang sudah dia lakukan. "Mereka itu sebetulnya bukanlah orang jahat. Tapi hanya pernah melakukan kesalahan dan harus mempertanggunjawabkan perbuatannya itu," papar dia. Dari itu, ujar Ronny, kita juga harus bisa menghargai hasil karyanya agar mereka bisa kembali ke masyarakat dengan perasaan yang tenang, nyaman dan bisa berkarya demi masa depan dan keluarganya. Informasi di lapangan setiap harinya, warga binaan menghasilkan 50 topi dan selalu habis dijual oleh PT Kerabat Setia sebagai outlet oleh-oleh asal Batam. “Untuk bisa menjadi satu topi, maka dibutuhkan sembilan kaleng minuman. Dan rata-rata satu hari bisa menghasilkan 50 topi. Semuanya dibuat secara manual oleh warga binaan Rutan Batam. Hasil karya warga binaan ini, langsung diambil oleh PT Kerabat Setia yang kemudian dijual di beberapa mal dan pelabuhan,”ujar Zulkarnain, Kepala Sub Bimbingan Kegiatan, Rutan kelas IIA Batam, beberapa waktu lalu. Sementara Owner PT Kerabat Setia, Amat Tantoso, mengaku bangga karena hasil karya warga binaan dengan memproduksi topi kaleng minuman ini laku keras dijual di beberapa mal dan pelabuhan yang ada di Batam. “Kita ambil topi kaleng minuman dari Rutan kelas IIA Batam setiap harinya 50 topi dengan harga Rp155 ribu. Kemudian dijual kembali di otlet-otlet dengan harga Rp20 ribu untuk satu topi kaleng minuman itu,”ujarnya. Menurut Amat, ada dua hal yang dapat menjadi nilai tambah pada produksi topi tersebut. Pertama, peningkatan keterampilan bagi warga binaan. Dan kedua menjadi lahan penghasilan tambahan selama menjalani masa hukuman. "Ada peningkatan keterampilan warga binaan, dan juga peningkatan penghasilan," kata Amat yang juga merupakan salah satu pembina warga bina Rutan Baloi. Amat mengatakan, sejak diproduksi beberapa bulan lalu, sepuluh toko miliknya yang menjual oleh-oleh khas Batam, selalu kehabisan stok topi daur ulang kaleng tersebut sejak di pasarkan. Masih kata Amat, beberapa konsumen merasa heran dengan topi tersebut. Selain harganya yang sangat murah, konsumen juga terpikat dengan keunikan topi hasil karya warga binaan. " Satu topi kaleng sangat terjangkau, hanya Rp20 ribu," terangnya. Senada dengannya, Kepala Rutan Batam, Anak Agung Gede Krisna, mengaku senang bisa bekerjasama dengan Amat. Pasalnya, selalu ada ide unik bagi peningkatan kreatifisme warga binaan di Rutan Baloi. " Yang terpenting, ada peningkatan kreatif dari warga binaan," ungkap Agung. (vnr) Sumber :http://www.haluankepri.com  

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0