Penyaluran Bakat Seni Narapidana Melalui Prison Art Programs

Yogyakarta, INFO_PAS – Dahsyat... Luar Biasa... Mungkin inilah ungkapan pertama kali pada saat kita melihat hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang biasa dikenal oleh masyarakat dengan sebutan sebagai Narapidana.

Mengapa hal ini dikatakan  Dahsyat dan Luar Biasa, Karena hasil karya yang dihasilkan dari dalam jeruji besi dan tembok tinggi bangunan Lembaga Pemasyarakatan, nampaknya tidak mengurangi kreatifitas para orang orang yang terkurung di dalam jeruji besi tersebut untuk terus berinovasi dan menyalurkan kreatifitasnya dalam hasil karya yang bernilai seni tinggi.

Hal ini terbukti dengan adanya Prison Art Programs (PAPs), yaitu sebuah program seni kolektif yang mempunyai ikatan kuat dengan memori penjara sebagai ide dasarnya untuk mengembangkan segala konsep dan teknik seni rupa untuk diaplikasikan dalam bentuk lukisan maupun karya seni lainnya yang mempunya

Penyaluran Bakat Seni Narapidana Melalui Prison Art Programs

Yogyakarta, INFO_PAS – Dahsyat... Luar Biasa... Mungkin inilah ungkapan pertama kali pada saat kita melihat hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang biasa dikenal oleh masyarakat dengan sebutan sebagai Narapidana.

Mengapa hal ini dikatakan  Dahsyat dan Luar Biasa, Karena hasil karya yang dihasilkan dari dalam jeruji besi dan tembok tinggi bangunan Lembaga Pemasyarakatan, nampaknya tidak mengurangi kreatifitas para orang orang yang terkurung di dalam jeruji besi tersebut untuk terus berinovasi dan menyalurkan kreatifitasnya dalam hasil karya yang bernilai seni tinggi.

Hal ini terbukti dengan adanya Prison Art Programs (PAPs), yaitu sebuah program seni kolektif yang mempunyai ikatan kuat dengan memori penjara sebagai ide dasarnya untuk mengembangkan segala konsep dan teknik seni rupa untuk diaplikasikan dalam bentuk lukisan maupun karya seni lainnya yang mempunyai nilai seni khas dan ditampilkan secara alami. Presentasi Prison Art Program ini dipresentasikan pada hari senin, (28/4), dan di unggah di youtube pada hari selasa, (4/11).

Inisiatif program ini dibangun oleh Angki Purbandono, dan beberapa WBP lain yang mendukung program tersebut, hal ini tidak terlepas dari peran petugas  Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Yogyakarta yang ikut mendukung program seni WBP ini, yaitu Yogha Adithya Ruswanto beserta pembina yang lainnya yaitu Marjiyanto, M. Syukron, dan Mulya Adiguna.

“Pada saat itu di tembok Lapas hanya berisi tempelan tempelan aturan yang monoton, dan masih banyak tembok lapas yang belum ada hiasan, maka kami menghias tembok lapas dengan lukisan – lukisan yang menarik,” Ujar Angki.

Angki juga menambahkan bahwa segala sesuatu hal yang ada di dalam Lapas bisa dijadikan objek untuk menuangkan karya seninya, salah satunya adalah ruang kunjungan bagi keluarga WBP yang akan membesuk keluarganya “kita membuat ruang kunjungan lebih menarik, agar keluarga yang berkunjung tahu kegiatan kita di dalam,” Ungkap pria yang pernah mengkonsumsi narkoba ini.

Proses kerja PAPs dilakukan secara kolektif selama enam bulan di dalam Lapas dan dilanjutkan kemudian di luar Lapas-sejak Oktober 2013-oleh beberapa WBP yang sudah bebas sampai sekarang.

PAPs mempunyai tiga program utama yang akan dikembangkan di dalam Lapas, yaitu, yang pertama Interior & Exterior Art Movement (Gerakan seni memanfaatkan ruang interior & eksterior di dalam Lapas), kedua ialah Merchandise ( Mengolah Karya WBP menjadi produk yang bisa dijual secara umum), dan yang ketiga adalah Workshop (Mengundang seniman atau tenaga ahli lainnya ke dalam Lapas untuk membagi ilmu kepada WBP.

Hasil karya PAPs ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Yogya dan sekitarnya saja, tetapi hasil karya Angki Purbandono dan kawan kawan telah go international. Hasil karya PAPs ini sukses go international karena ada pemilik galeri asal Singapura yang menyukai hasil karya Angki dan WBP lainnya dari pameran yang diselenggrakan di kota Yogya ini.

Galeri asal Singapura ini bernama Mizuma Gallery, dan dipelopori oleh 2 orang, yaitu Mizuma dan Rio Wakabayasi. Setelah melihat hasil karya tersebut, Mizuma dan Rio mengajak Angki dan kawan kawan setelah bebas dari masa pidana untuk terbang ke singapura dengan tujuan mengisi galeri milik orang singapura tersebut yang bertemakan Prison Art ( Kesenian di dalam Penjara).

Hal ini membuktikan bahwa stigma negatif yang melekat pada Narapidana yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan tidak selalu benar, karena masih banyak hal-hal positif yang didapatkan dari pembinaan Narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Penulis : Singgih Pratama

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0