Petugas Pemasyarakatan Didorong Bagikan Kisah Sukses Pembinaan Napiter

Petugas Pemasyarakatan Didorong Bagikan Kisah Sukses Pembinaan Napiter

Jakarta, INFO_PAS – Kisah sukses pembinaan terhadap narapidana teroris (napiter) selalu menjadi cerita menarik yang dapat dibagikan kepada masyarakat luas. Pemasyarakatan sebagai lembaga yang melakukan pembinaan terhadap napiter terus berupaya meningkatkan bentuk pembinaan dan juga mengemas kisah sukses tersebut.

Untuk mendorong kemampuan petugas Pemasyarakatan dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) bersama Center of Detention Studies (CDS) dan Australia-Indonesia Partnership for Justice Phase 2 (AIPJ2) menggelar Lokakarya Penguatan Komunikasi Publik. Kegiatan diikuti oleh pegawai di lingkungan Ditjenpas serta petugas dari tujuh Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan pilot project yang membidangi kehumasan pada 29 Agustus s.d. 1 September 2022 di Jakarta.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Sesditjenpas), Heni Yuwono, mengungkapkan sepanjang tahun 2022 ini terdapat 748 pemberitaan terkait wujud implementasi pembinaan dan deradikalisasi napiter, yakni ikrar setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Meskipun sudah lumayan baik, potensi pemberitaan seharusnya dapat ditingkatkan, mengingat hal ini adalah prestasi yang dapat menarik perhatian masyarakat,” ujar Heni.

Terkait pembinaan napiter sendiri, Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Ditjenpas, Thurman Hutapea, mengatakan bahwa keberhasilan pembinaan tersebut tidak terlepas dari implementasi Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN). Adapun sistem tersebut merupakan suatu intsrumen yang digunakan untuk menilai perubahan perilaku seorang narapidana, tak terkecuali napiter, sehingga layak untuk mendapat hak-haknya.

“Tujuan penggunaan SPPN yakni terselenggaranya penilaian perilaku narapidana yang sesuai dengan kebutuhan individual, serta penilaian pembinaan nararapidana yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pemenuhan hak narapidana,” jelas Thurman.

Di tahun 2022, sebesar 15% napiter di seluruh Indonesia memperoleh predikat sangat patuh dan sangat sehat mental. Sampai saat ini, implementasi SPPN telah sampai pada tahap penghitungan presentase narapidana yang memperoleh predikat baik pada variabel pembinaan kepribadian.

Senada, Team Leader AIPJ2, Craig Ewers, mengutarakan bahwa pada era digital sekarang memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini tentu memberikan pengaruh positif terhadap penyebaran informasi, termasuk yang berkaitan dengan pembinaan napiter.

“Tidak hanya penyebaran informasi yang lebih cepat, format digital memungkinkan audiens publik untuk menjadi lebih up to date dan terlibat dalam dialog kebijakan, baik itu pada tahap penyusunan, pelaksanaan, dan pemantauan dengan pemangku kepentingan pemerintah,” lanjutnya.

Ditjenpas bersama CDS dan AIPJ2 menangkap peluang tersebut dan bermaksud mendorong peningkatan penyebaran cerita manis terkait pembinaan napiter. Hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman masyarakat bahwa Ditjenpas telah memberikan pembinaan maksimal, yakni dengan memberikan bekal keterampilan serta bekal kepribadian bagi para napiter agar mereka siap kembali ke tengah masyarakat setelah menyelesaikan masa hukuman.

“Pada akhirnya, kami mengharapkan agar masyarakat lebih sadar akan output positif yang dihasilkan dari karya-karya SPPN, lebih banyak dukungan yang dihasilkan untuk mempertahankan kegiatan SPPN dalam jangka panjang,” imbuh Ewers.

Pihaknya berharap, pelatihan ini dapat memberikan panduan bagi petugas Pemasyarakatan untuk menerapkan prinsip-prinsip komunikasi strategis dan menerjemahkannya ke dalam konten penceritaan efektif kepada masyarakat. (yp/prv)

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0