Yogyakarta, INFO_PAS - Dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Yogyakarta sebagai terpidana mati tidak menyurutkan semangat Yonas untuk tetap belajar. Sekitar tiga tahun lalu, ketika di asesmen oleh Ambar selaku Wali Pemasyarakatan, dpemuda 20 tahun ini belum menyelesaikan pendidikan SMA.
Ajakan sang Wali pun dituruti dengan anggukan senang. Di bawah bimbingan Sukamto dan Ambar, Yonas bersama Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) lain aktif belajar mengikuti pendidikan Kesetaraan Paket B dan C. Mereka secara resmi terdaftar sebagai siswa pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Yogyakarta.
Minggu (29/4) merupakan hari ketiga Yonas menempuh Ujian Nasional (UN) Paket C jurusan IPS. Dengan serius ia melahap soal Bahasa Inggris. Bisa jadi banyak soal yang Yonas tidak mengerti, tetapi ia tetap berusaha agar apa yang dikerjakannya merupakan jawaban yang benar. Begitu juga soal Ekonomi yang harus dikerjakan pada ujian jam kedua.
“Tuntas,†katanya seraya meregangkan tubuhnya saat soal terakhir selesai dijawabnya, dan  membuat pengawas ujian tersenyum.
“Mengapa kamu mau kembali sekolah?†tanya Budi, sang pengawas ujian setelah suasana menjadi santai dan pelaksanaan ujian telah berakhir.
“Itu diajak Pak Ambar. Dibilangnya sambil menunggu keajaiban, saya disuruh sekolah. Saya sudah mengajukan permohonan grasi, tinggal pasrah dan berharap ada keajaiban,†jawab Yonas.
“Di lapas, saya dipercaya membersihkan lingkungan setiap pagi. Siangnya, Pak Ambar memanggil saya dan teman-teman untuk sekolah. Lumayan Pak, waktu saya jadi terisi dengan baik,†tambah Yonas.
Eka selaku Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat Kota Yogyakarta mengatakan UN tahun 2018 di Yogyakarta diikuti 440 peserta didik. 439 peserta melaksanakan ujian nasional berbasis komputer, sedangkan satu orang masih menggunakan kertas dan pensil. “Ini karena peserta didik ini adalah seorang WBP di Lapas Yogyakarta dan itu kami maklumi karena yang bersangkutan tidak bisa keluar lapasm,†terang Eka.
[caption id="attachment_60276" align="aligncenter" width="225"]

ujian di Lapas Yogyakarta[/caption]
Hal senada disampaikan Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Yogyakarta, Diah Rosalina. “Kami telah menyiapkan ruang ujian yang representatif. Bersih, nyaman, ada pendingin, dan tidak ada gangguan kebisingan serta terhindar dari lalu lalang orang,†tuturnya.
Menurutnya, ini merupakan hak WBP dan harus diperhatikan. “Bangga rasanya ada WBP dengan kasus seperti Yonas mau mengikuti pendidikan. Semoga ini menjadi contoh bagi WBP yang lain,†harap Diah.
Saat ini di Lapas Yogyakarta ada 10 WBP yang mengikuti pendidikan kesetaraan Paket B dan C. Untuk tahun ajaran 2018/2019, tujuh orang telah mendaftar. “Kerja sama dengan SKB tetap kami jalin agar hak WBP untuk menerima pendidikan tetap terlayani,†punglas Diah.
Kontributor: Lapas Yogyakarta