Topan Akhirnya Bisa Mengaji Masuk Lembaga Ini

Martapura - Empat bulan sudah, Topan menjalani hari-harinya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Martapura, Jalan Pintu Air, Kecamatan Martapura Kota, Kabupaten Banjar. Mendekam di sel tahanan blok dewasa bersama warga binaan lain, bukan berarti warga Landasan Ulin Banjarbaru itu kini kehilangan semangat hidup. Lewat belajar membaca dan mendalami Alquran tiap hari, memperoleh arti hidup sebenarnya. "Alhamdulillah selama di sini pikiran dan hati semakin tenang. Karena banyak ilmu agama yang saya pelajari termasuk belajar membaca Alquran," ujar pria yang terjerat kasus narkotika berjenis sabu itu. Lebih lanjut, pria berusia 25 tahun itu bahkan sangat menyambut baik atas diadakannya Program Lapas Berbasis Pondok Pesantren. Kendati, masih belum mengetahui secara mendetail kurikulum yang akan diajarkan tenaga pengajar nantinya. Namun proses belajar membaca Alquran tak hentinya dilakukan Topan selepas menunaikan shalat lima waktu. "Alhamdulillah,

Topan Akhirnya Bisa Mengaji Masuk Lembaga Ini
Martapura - Empat bulan sudah, Topan menjalani hari-harinya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Martapura, Jalan Pintu Air, Kecamatan Martapura Kota, Kabupaten Banjar. Mendekam di sel tahanan blok dewasa bersama warga binaan lain, bukan berarti warga Landasan Ulin Banjarbaru itu kini kehilangan semangat hidup. Lewat belajar membaca dan mendalami Alquran tiap hari, memperoleh arti hidup sebenarnya. "Alhamdulillah selama di sini pikiran dan hati semakin tenang. Karena banyak ilmu agama yang saya pelajari termasuk belajar membaca Alquran," ujar pria yang terjerat kasus narkotika berjenis sabu itu. Lebih lanjut, pria berusia 25 tahun itu bahkan sangat menyambut baik atas diadakannya Program Lapas Berbasis Pondok Pesantren. Kendati, masih belum mengetahui secara mendetail kurikulum yang akan diajarkan tenaga pengajar nantinya. Namun proses belajar membaca Alquran tak hentinya dilakukan Topan selepas menunaikan shalat lima waktu. "Alhamdulillah, dulu tidak bisa sama sekali. Tapi selama empat bulan di Lapas, saya sudah juz 10. Semoga dengan adanya Ponpes nanti, dapat mengubah citra kami menjadi lebih baik di mata masyarakat setelah bebas," ungkap pemuda yang divonis lima tahun penjara itu. Ya, Topan sendiri merupakan satu dari 1.141 warga binaan LPKA Kelas I Martapura. Disebut pula kini sebagai santri Ponpes At Taubah. Dan Januari 2017 nanti mereka pun akan menjalani proses belajar mengajar layaknya anak santri. Adapun Kepala LPKA Martapura, Tri Saptono, mengatakan, Program Lapas Berbasis Pondok Pesantren tersebut, nantinya akan menggunakan tenaga pengajar berasal dari MUI Kabupaten Banjar. Bertujuan menghindarkan adanya ajaran agama yang beraliran keras atau sesat, sehingga para pembentukan kepribadian para warga binaannya pun dapat tercapai. "Seperti kita ketahui petugas dan tempat kami terbatas. Jadi lewat adanya pembentukan kepribadian ini, dapat mengatasi segala problematika itu, " ujarnya. Mengenai pola pengajaran lapas berbasis ponpes tersebut, Tri mengatakan, para santri nantinya diwajibkan mengikutinya. Memanfaatkan beberapa ruangan atau tempat yang ada di LPKA Martapura, rencananya warga binaan menjalani proses belajar mengajar berdurasi sekitar satu setengah hingga dua jam. "Mudah-mudahan, awal Januari sudah kami terapkan. Bisa di masjid, ruangan kunjungan, ruang lobi atau juga nanti digilir sesuai jadwal. Yang jelas terkait ruangan nantinya akan kami modifikasi," jelasnya. Lebih lanjut, Tri mengatakan, kini pihaknya pun masih melakukan assesment guna menentukan tingkatan pelajaran yang akan diberikan kepada para santri nantinya. Menekankan pelajaran agama yang berpedoman pada kitab suci Alquran, santri juga dibentuk menjadi seorang dai yang nantinya mampu bermanfaat bagi masyarakat. " Betul, nanti mereka ada yang belajar membaca Iqra dulu, kemudian Alquran. Kenapa lebih banyak ke Alquran, karena saat mereka nantinya menjadi Dai, apa yang disampaikan atau diamalkannya pun tidak terlepas pada Alquran, " terang Kepala LPKA Martapura itu. Sedangkan Dirjen Pemasyarakatan RI, I Wayan K Dusak, mengatakan, Program Lapas Berbasis Pondok Pesantren, sebetulnya sangat sejalan dengan tujuan, yakni membuat warga binaannya menyadari kesalahan. Menperbaiki diri. Tidak mengulangi lagi perbuatannya. Sehingga usai menjalani program di Lapas, warga binaan pun nantinya dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakatnya. "Semoga Pesantren At-Taubah menjadi embrio di wilayah timur. Karena kedepannya, konsep pembinaan ini dapat diterapakan di semua Lapas atau rutan. Tidak hanya di Kalsel, tapi di Indonesia lho, " terang Dirjen Pemasyarakatan itu. Selain itu, mengingat kondisi Lapas saat ini mengalami overcrowding jauh dari minimum standar room, sehingga pelanggaran terhadap HAM pun kemungkinan terjadi. Sehubung itupula, Wayan berharap, demi mengatasi persoalan tersebut tentunya perlu peran serta seluruh elemen, baik pemerintah daerah, masyarakat dan lapas sendiri. "Oleh sebab itu, lewat program ini tentu juga sangat diharapkan dapat mengatasi persoalan ini pula," terangnya. (gha)   Sumber : banjarmasinpost.co.id

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0