Bapas Jakarta Timur-Utara Peringati HAN Tahun 2020

Bapas Jakarta Timur-Utara Peringati HAN Tahun 2020

Jakarta, INFO_PAS – Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Jakarta Timur-Utara menggelar peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2020, Kamis (23/7). Acara tersebut dihadiri seluruh petugas Bapas Jakarta Timur-Utara, Kepala Bapas (Kabapas) Jakarta Pusat, Kabapas Jakarta Selatan, Kabapas Jakarta Barat, perwkailan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, 18 pasangan orangtua beserta klien Anak Bapas Jakarta Timur-Utara, perwakilan Kepolisian Sektor (Polsek) Pademangan, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) wilayah DKI Jakarta, serta media massa.

Kabapas Jakarta Timur-Utara, Netty Saraswaty, mengatakan peringatan HAN tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena menghadapi pandemi Coronavirus disease (COVID-19) yang berimplikasi kepada masyarakat, terutama Anak, seperti masalah pengasuhan anak yang orangtuanya positif COVID-19, kurangnya kesempatan bermain dan belajar, serta meningkatnya kasus kekerasan selama pandemi sebagai akibat diterapkannya kebijakan jaga jarak maupun belajar dan bekerja di rumah.

Keluarga mempunyai peran untuk melindungi anak dengan memberikan pola asuh yang sesuai dengan prinsip yang digunakan dalam pembangunan anak Indonesia yang mengacu pada Konferensi Hak Anak. Baik buruknya keluarga akan menjadi cerminan bagi masa depan anak. Baik buruknya karakter anak di masa datang sangat ditentukan pola pengasukan yang diberikab keluarga dan lingkungan terdekatnya," tegas Netty.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi “Tugas Kepolisian dalam Menangani Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)” oleh AKP. Mohamad Fajar selaku Kepala Unit Resor Kriminal Polsek Pademangan. “Negara tetap hadir dalam memberikan perlindungan terhadap ABH sehingga perlakuan yang diberikan terhadap tersangka Anak dan dewasa berbeda,” jelas Fajar di awal materinya.

Selanjutnya, ia menjelaskan ketika dalam lingkungan sosial ada indikasi seorang anak ingin melakukan tindak pidana, bisa dicegah dengan berkoordinasi dengan RT setempat. Jika tidak berhasil, bisa berkoordinasi dengan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di setiap kelurahan. "Jika langkah-langkah tersebut masih gagal, masyarakat bisa melakukan pengaduan ke polsek setempat," terang Fajar.

Fajar juga bercerita mengenai pengalamannya yang beberapa kali berusaha berkoordinasi dengan kepala sekolah terduga Anak pelaku tawuran sebagai upaya pencegahan. Secara pribadi, ia selalu ingin mengedepankan proses di luar pengadilan/diversi dalam penanganan kasus Anak.

“Kami selalu ingin memberikan kesempatan terhadap pelaku Anak, namun jika sudah pernah diberikan kesempatan masih mengulangi lagi, maka tidak ada lagi kesempatan untuk diversi,” tambah Fajar.

Di akhir materinya, Fajar memberikan semangat dan motivasi kepada klien Anak yang hadir agar tidak pesimis meskipun pernah melakukan tindak pidana pada usia yang masih muda. “Adik-adik jangan berkecil hati. Meskipun pernah melakukan kesalahan, itu bukan akhir dari kehidupan. Justru adik-adik harus tetap semangat memulai hidup yang baru. Hidup adik-adik masih panjang dan dukungan orangtua sangat dibutuhkan,” pungkasnya.

Materi selanjutnya disampaikan tim PKBI DKI Jakarta yang dipimpin Heny Mulyati. Di awal sesi, Heny beserta tim melakukan kegiatan interaktif bersama klien Anak dan orangtuanya. Kelompok dibagi menjadi dua, yaitu orang tua dan klien Anak.

Kelompok orang tua difasilitasi sendiri oleh Heny yang diinstruksikan menuliskan surat untuk klien Anak masing-masing berupa ucapan maaf, terima kasih, dan sayang bagi Anak. Pada kelompok lain, Novie dan Annisa dari PKBI DKI Jakarta memfasilitasi klien Anak agar membuat komik singkat yang di dalamnya termuat ucapan maaf, terima kasih, dan rasa kasih sayang terhadap orangtua atau wali Anak masing-masing.

Setelah masing-masing kelompok selesai mengerjakan instruksi yang diberikan fasilitator, perwakilan orangtua dan Anak mempresentasikan surat dan komik yang sudah dibuat. Orangtua dan klien Anak mengungkapkan dengan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini jarang terungkap dengan penuh kejujuran dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Materi selanjutnya, “Menguat Bersama,” disampaikan Hilma Fitriyani yang merupakan dosen Universitas Negeri Jakarta. Materi ini diberikan sebagai bekal orangtua dan anak dalam membangun komunikasi dan mengerti satu sama lain. “Ada tiga hal penting, yakni sampaikanlah, tunjukanlah, dan bekerjasamalah,” pesannya.

Momen mengharukan terjadi ketika setiap Anak membasuh kaki orangtua/wali mereka sebagai bakti dan penghormatan. Banyak Anak dan orangtua yang menitikkan air mata ketika proses basuh kaki ini dilakukan. Bahkan, petugas bapas yang hadir juga meneteskan air mata melihat momen haru tersebut.

 

 

Kontributor: Dicky Antoni

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0