Kisah Napi di Balik Jeruji Besi

Isi Waktu dengan Karya Seni   Hidup dibui bisa juga melahirkan karya seni. Hal itu dibuktikan tiga narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Muara Padang. Di tangan mereka, limbah kayu disulap menjadi karya seni yang indah. Ada pemandangan berbeda di salah satu sudut LP Muaro saat Padang Ekspres berkunjung pekan lalu. Tiga napi laki-laki sedang asyik membuat produk kerajinan tangan. Mereka adalah Dasrial, Adi Sutrisno, 24, dan Bambang, 24. Sudah ratusan karya seni bernilai tinggi dihasilkan ketiganya di balik jeruji besi. Mereka seniman dadakan yang bakat seninya terasah di “hotel prodeo”. Karya seni mereka meliputi vas bunga, asbak, lampu tidur dan lentera serta rumah adat. Semuanya berbahan dasar serbuk kayu yang dicampur dengan nasi. Setelah digiling, adonan dicampurkan dengan air mineral. Selanjutnya, dibentuk sesuai imajinasi mereka masing-masing. Siang itu, ketiga napi narkoba ini tengah membuat vas bunga meja yang dilingkari ula

Kisah Napi di Balik Jeruji Besi
Isi Waktu dengan Karya Seni   Hidup dibui bisa juga melahirkan karya seni. Hal itu dibuktikan tiga narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas IIA Muara Padang. Di tangan mereka, limbah kayu disulap menjadi karya seni yang indah. Ada pemandangan berbeda di salah satu sudut LP Muaro saat Padang Ekspres berkunjung pekan lalu. Tiga napi laki-laki sedang asyik membuat produk kerajinan tangan. Mereka adalah Dasrial, Adi Sutrisno, 24, dan Bambang, 24. Sudah ratusan karya seni bernilai tinggi dihasilkan ketiganya di balik jeruji besi. Mereka seniman dadakan yang bakat seninya terasah di “hotel prodeo”. Karya seni mereka meliputi vas bunga, asbak, lampu tidur dan lentera serta rumah adat. Semuanya berbahan dasar serbuk kayu yang dicampur dengan nasi. Setelah digiling, adonan dicampurkan dengan air mineral. Selanjutnya, dibentuk sesuai imajinasi mereka masing-masing. Siang itu, ketiga napi narkoba ini tengah membuat vas bunga meja yang dilingkari ular naga. Karya Dasrial begitu halus dan detail. Naganya tampak asli dengan sisik seperti nyata. “Ini sampah, tapi bagi kami bisa diolah,” ungkap Dasrial. Warga Kotomarapak, Kecamatan Padang Barat, ini masuk penjara karena tersangkut kasus narkoba dengan vonis enam tahun dua bulan. Ia telah menjalani hukuman satu tahun empat bulan. Ia bersyukur memperoleh ilmu kerajinan itu selama di LP. Betapa tidak, saat bebas dulu, dia tak punya keahlian. Ia cuma seorang penjual minuman segar di kaki lima. “Jalan ini sudah diatur. Kalau saya tidak masuk penjara, tentu saya tidak akan punya kemampuan seperti ini. Tamat SD saja tidak. Saya sangat bersyukur,” ucapnya. Sementara itu, Adi Sutrisno yang ternyata memiliki bakat seni itu, tinggal mengasah kemampuan terpendamnya selama dalam kurungan. “Hidup jadi lebih berarti. Bisa berkarya, hari juga tidak terasa,” ucap Adi yang punya kasus sama dengan Dasrial, namun vonisnya lebih ringan, yakni empat tahun dua bulan. Ia telah menjalani hukuman separuhnya. Adi Sutrisno tidak mematok harga kerajinannya. “Tergantung kesanggupan pembeli saja,” imbuh Adi. Karya-karyanya itu dipesan sesama warga binaan, terutama napi kasus korupsi. “Tergantung kesulitan sih. Tertinggi pernah dibayar Rp 300 ribu. Tak penting jugalah. Yang penting bisa berkarya. Kalau tiap hari bisa buat ini, hari tidak terasa berlalu,” ucapnya. Jika sudah bebas, pria yang dulu punya konter handphone ini, bertekad terus melanjutkan usaha kerajinan sembari mengembangkan bakat seninya. “Sayang juga kalau tidak diteruskan,” ucapnya. Siapa pun berhak berkarya, tak terkecuali warga binaan. Semua jalan sudah diatur, semua ketentuan itu pasti yang terbaik. Tinggal bagaimana menyikapinya. (*) Sumber : padek.co

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0