Lapas Maksimalkan Pelayanan Kesehatan bagi WBP

Lapas Maksimalkan Pelayanan Kesehatan bagi WBP

Wahai, INFO_PAS - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai maksimalkan pelayanan kesehatan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang sakit dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ke Pusat Pelayanan Masyarakat (Puskesmas) Wahai, Senin (4/10). Pemeriksaan yang dilakukan sebagai wujud  kerja sama dari Lapas Wahai dengan Puskesmas Wahai yang sebelumnya sudah ditandatangani lewat Memorandum of Understanding mengingat belum adanya tenaga kesehatan di Lapas Wahai.

Diketahui, WBP dengan inisial MT imengalami gangguan kesehatan, yaitu penyakit hati dan perlu dilakukan check up agar bisa mengetahui perkembangannya. Dikatakan Kepala Subseksi (Kasubsi) Pembinaan, Merpaty S. Mouw, pemeriksaan ini dilakukan demi terjaminnya kesehatan bagi WBP yang bersangkutan.

"Kesehatan WBP adalah hal yang sangat penting, Jadi, kami langsung akan bertindak jika ada WBP yang kesehatannya terganggu agar kesehatan mereka bisa terjamin," terang Merpaty.

Di kesempatan yang berbeda, Pelaksana Tugas Kepala Lapas (Kalapas) Wahai, Christy J. Thenu, meminta jajarannya selalu memperhatikan kesehatan WBP karena itu merupakan tugas petugas untuk melayani. "Saya harap pelayanan bagi WBP, terutama pelayanan kesehatan mereka, harus sangat diperhatikan karena itu merupakan tugas kita," harap Christy. 

Hal yang sama juga menjadi perhatian Lapas Kelas III Piru. Untuk itu, pihak Lapas melakukan koordinasi dengan Puskesmas Piru Kabupaten Seram Bagian Barat dalam penanganan dan pengobatan penyakit Tuberkulosis (TBC) bagi WBP yang terdiagnosa, Sabtu (2/10) lalu.

Kedatangan Kasubsi Perawatan Narapidana, Williams Lelapary, disambut baik oleh Kepala Puskesmas Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat, Chistian Sohilait. Ia mengkoordinasikan yang dihadapi Lapas Piru dalam penanganan kesehatan WBP, salah satunya keterbatasan anggaran dan sarana prasarana.

“Terkait salah satu WBP yang sementara dirawat di RSUD Piru dengan diagnosis TBC putus obat diharapkan mendapat solusi dalam penanganan agar tidak memberikan dampak negatif baik kepada petugas, WBP lain, maupun kepada WBP yang bersangkutan,” ungkap Williams.

Lebih lanjut, ia menyampaikan penanganan penderita TBC yang sudah putus obat memiliki prosedur yang harus dijalankan, yaitu melakukan pemeriksaan laboratorium TCM. Ini merupakan syarat utama dalam melakukan pengobatan lanjutan kategori 2 karena dari hasil pemeriksaan tersebut dapat diketahui tingkat resisten obat yang pernah dikonsumsi.

Berdasarkan hasil konsultasi yang dilakukan, Chistian menyarankan WBP tersebut tetap diisolasi setelah selesai menjalani perawatan di RSUD. “Sambil menunggu hasil Laboratorium TCM, sebaiknya diisolasi dulu dan tetap menjalankan disiplin protokol kesehatan secara ketat sehingga tidak berimplikasi kepada yang lain,” pesannya.

Usai melakukan koordinasi, Williams melakukan pengawasan terhadap WBP Lapas Piru yang menjalani rawat inap di RSUD untuk memastikan WBP tersebut mendapat perawatan intensif. Ia berharap WBP tersebut dapat menjalani program pengobatan lanjutan kategori 2 dengan baik sesuai prosedur pengobatan. “Jalani pengobatan dengan baik, jangan cepat bosan atau putus asa, lakukan sesuai dengan prosedur pengobatan supaya tidak memberi dampak negative, niscaya bisa segera sembuh,” tutup Williams. (IR)

 

 

Kontributor: Lapas Wahai, Lapas Piru

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0