Yogyakarta - Bank sampah, di mana sampah bisa ditukar dengan uang atau barang mungkin sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat umum, namun bank sampah di dalam fasilitas lembaga permasyarakatan mungkin baru ada di Yogyakarta.
Adalah Lapas Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta yang sudah sejak 3 bulan terakhir menerapkan program bank sampah yang diikuti oleh para warga binaan.
Bank sampah di dalam Lapas tersebut diprakarsai oleh Instruktur Pembinaan Kerja Lapas Wirogunan, Jati Suryono sejak awal tahun 2016.
"Gelombang pertama baru kita jual belum lama ini, Alhamdulillah dapat 2 juta (rupiah) lebih," ujarnya di Lapas Wirogunan Selasa (15/3/2016).
Ide pembuatan bank sampah di dalam lapas sendiri bermula saat dirinya mengamati banyaknya sampah yang dihasilkan tiap harinya oleh para penghuni lapas yang jumlahnya ratusan.
Akibatnya jumlah sampah makin banyak, dan hanya dibuang begitu saja tanpa ada pemanfaatan, sementara di dalam lapas juga dilarang melakukan pembakaran sampah.
"Jumlahnya bisa mencapai 1,5 kwintal setiap bulannya," ujarnya.
Dia kemudian menggandeng dan mensosialisasikan idenya kepada warga binaan, yang kemudian beberapa segera merespons dengan baik.
Sistem pun kemudian mulai ditata dengan pembuatan rekening sampah serta cara untuk mengolah sampah tersebut dengan dibimbing oleh fasilitator kelurahan.
"Sampahnya langsung kita pisah-pisahkan yang organik kita tanam buat pupuk, yang non organik kita pisahkan menurut jenisnya," ujarnya.
Setelah berjalan sekitar 3 bulan akhirnya bank sampah tersebut dapat diuangkan, di mana uang tersebut langsung disalurkan melalui kantin lapas dan dapat dijajakan oleh para warga binaan sesuai saldo masing-masing.
Keberhasilan tahap pertama tersebut ternyata menginspirasi dan membangkitkan semangat para warga binaan yang lain, dari awalnya hanya 30 kamar yang sudah mengikuti program kini banyak kamar yang lain sudah mulai ikut tertarik mengikuti program bank sampah di lapas.
"Sudah ada 30 kamar yang ikut, kita masih perlu sosialisasikan lagi, sasarannya semua warga binaan akan tertarik ikut," tambahnya.
Program ini sendiri memang baru kali ini dijalankan di wilayah DIY.
"Kalau di DIY baru pertama kali, mungkin di Indoensia juga," ujarnya. (*)
Sumber : tribunnews.com