Melirik Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lapas Muaro Padang

Padang - Lembaga pemasyarakatan (Lapas) tak hanya menjadi tempat narapidana tinggal. Di sini para narapidana juga mempelajari agama Islam. Mulai dari belajar mengucapkan kalimat syahadat, bacaan shalat hingga membaca Al Quran. Narapidana juga memiliki kelompok pengajian untuk memperdalam ilmu agama. Rabu (29/7) lalu, Padang Ekspres mengujungi Lapas Kelas IIA Muaro Padang. Siang itu, pengunjung tampak ramai dan antre membezuk sanak keluarga mereka. Di tangan mereka, terlihat membawa tentengan yang telah disiapkan dari rumah. Pintu baja Lapas selalu tertutup dan dijaga ketat petugas. Tak boleh masuk seenaknya saja ke tempat itu. Ada waktu-waktu tertentu bagi keluarga untuk berkunjung. Di dalam Lapas ini, beragam pembinaan yang diberikan petugas kepada para narapidana. Salah satunya dalam bidang keagamaan. Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Kelas IIA Muaro Padang Darwan mengatakan, setiap Kamis malam, warga binaan rutin membaca Yasin. Hanya dua dari 17 kamar nap

Melirik Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lapas Muaro Padang
Padang - Lembaga pemasyarakatan (Lapas) tak hanya menjadi tempat narapidana tinggal. Di sini para narapidana juga mempelajari agama Islam. Mulai dari belajar mengucapkan kalimat syahadat, bacaan shalat hingga membaca Al Quran. Narapidana juga memiliki kelompok pengajian untuk memperdalam ilmu agama. Rabu (29/7) lalu, Padang Ekspres mengujungi Lapas Kelas IIA Muaro Padang. Siang itu, pengunjung tampak ramai dan antre membezuk sanak keluarga mereka. Di tangan mereka, terlihat membawa tentengan yang telah disiapkan dari rumah. Pintu baja Lapas selalu tertutup dan dijaga ketat petugas. Tak boleh masuk seenaknya saja ke tempat itu. Ada waktu-waktu tertentu bagi keluarga untuk berkunjung. Di dalam Lapas ini, beragam pembinaan yang diberikan petugas kepada para narapidana. Salah satunya dalam bidang keagamaan. Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Kelas IIA Muaro Padang Darwan mengatakan, setiap Kamis malam, warga binaan rutin membaca Yasin. Hanya dua dari 17 kamar napi yang yasinan malam itu. Ini dilakukan secara bergiliran setiap minggunya. “Yasinan dilaksanakan pada masing-masing kamar. Mereka mengatur kamar mereka sendiri,” ujarnya kepada Padang Ekspres di ruang kerjanya. Warga binaan juga memiliki kelompok pengajian untuk memperdalam ilmu agama. Baik dalam pembahasan tentang shalat, membaca Al Quran dan lainnya. Dengan begitu, tak ada napi yang tak bisa shalat bagi yang beragama Islam. Mereka belajar sesuai dengan kemauan mereka. “Saya membentuk guru tutor sebanyak 5 orang untuk memberikan pembelajaran tentang agama. Cara shalat dan wudhu bagi mereka yang berkeinginan belajar agama. Baik itu belajar membaca juz ‘amma dan bacaan shalat,” ucapnya. Diakuinya, di Lapas ini banyak narapidana tidak memahami ilmu agama. Dengan adanya bimbingan tersebut, telah banyak yang bisa membaca Al Quran dan bacaan shalat. “Sewaktu di luar, mereka ingin belajar, tapi malu sama anak. Karena telah tua. Tapi, setelah di Lapas timbul keinginan untuk belajar. Pertama, karena kegiatan sudah tidak ada. Kemudian, mereka tidak ditertawakan lagi oleh anak mereka saat belajar. Jadi kesempatan belajar masih ada,” ucapnya. Namun demikian, belajar Al Quran itu tidak menargetkan mereka sampai menjadi hafiz Quran. “Kalau kita mau mengajar mereka secara kontinu bisa saja. Namun, kita juga masih banyak program lain sehingga kita tidak terfokus pada hafiz. Minimal mereka mampu membaca Al Quran dan bacaan shalat,” tuturnya. Darwan bercerita, banyak warga binaan yang tidak bisa membaca Al Quran serta mengucapkan dua kalimat syahadat. “Sebelum masuk, mereka melewati ruangan saya. Kemudian, saya tanyakan dulu agamanya apa. Kalau Islam, saya minta mereka mengucapkan kalimat syahadat,” katanya. Selama tiga tahun dia bertugas di Lapas, sekitar 40 orang telah disyahadatkan kembali. “Terkadang ada napi yang telah tua dan telah memiliki anak. Namun, tidak bisa membaca syahadat sehingga saat istrinya melahirkan, tidak tahu apa yang dibacakannya,” ucapnya. Kendati begitu, menurut cerita warga binaan tersebut, dia tetap mengaku muslim. Darwan memberikan target pada narapidana yang sudah bisa mengucapkan syahadat. Dalam seminggu harus bisa membaca Al Fatihah. Jika tak bisa, diberikan sanksi. Terkadang, belajar dibarengi rasa takut akan timbul semangat untuk belajar. Kemudian pada akhirnya, mereka bisa menghafal Al Fatihah. “Kita bersyukur, saat ini mereka telah bisa membaca Al Fatihah, ayat-ayat pendek dan bisa shalat,” tukasnya. Selanjutnya bagi napi yang ingin belajar membaca Al Quran tidak ada paksaan. Mereka belajar ke orang yang bisa dan ke tutor yang telah ditunjuk. Semua kegiatan keagamaan dilakukan di Masjid At-Taqwa. Pada hari biasa juga dilakukan shalat berjamaah di masjid, yakni dzuhur dan ashar. “Magrib mereka telah masuk kamar dan shalat di kamar masing-masing,” katanya. Pada Idul Fitri 1436 Hijriyah kemarin, tercatat 600 orang dari 935 orang warga binaan mendapatkan remisi. Mereka mendapat remisi 15 hari sampai 2 bulan pada 1 Syawal 1436 H dan tidak ada warga binaan yang bebas. “Mereka yang mendapat remisi didominasi pelaku kriminalitas,” katanya. Selama bulan Ramadhan, seluruh warga binaan beragama Islam, pada siang hari berpuasa dan malamnya shalat Tarawih. Setelah itu, ada 16 warga binaan yang rutin tadarus sampai pukul 00.00. Rata-rata dalam sehari mereka bisa membaca Al Quran 1 juz. Malahan ada yang lebih satu juz. Kemudian pada malam 27 Ramadhan mereka khatam Al Quran, lalu dirayakan bersama dengan memasak nasi kuning dan singgang ayam. “Nasi kuning itu sendiri sengaja dimasak istri saya di rumah dan kemudian saya bawa ke Lapas untuk merayakannya,” katanya.(*) Sumber : padek.co

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0