Mencari Bekal di LPKA Tangerang

Mencari Bekal di LPKA Tangerang

Mengenal budaya negara kita sendiri itu memanglah tidak mudah, ini adalah cerita kehidupan generasi bangsa saat ini. Jangankan untuk mengenal kekayaan alam serta budaya di negeri tercinta Indonesia lambang Pancasila saja terkadang masih tertukar antara sila kedua dengan sila kelima. Ayah dan ibuku sering sekali mengajari mengenai kebudayaan negeri ini, tetapi aku pun tidak mau belajar dengan ayah dan ibuku. Setiap kali ibuku memanggil untuk belajar, aku terkadang tidak mau hingga aku sering kabur dari rumah karena aku tidak suka belajar. Sehari – hari aku lebih sering berkumpul dan nongkrong dengan teman – teman dari ngobrol – ngobrol tidak menentu hingga minum – minuman keras.

suatu hari aku saat aku sedang berkumpul dengan teman tongkrongan seperti biasa, datanglah beberapa orang polisi yang menangkap kami yang sedang berkumpul. Lalu aku di bawa polisi tersebut karena aku pernah terlibat pengeroyokan dan ikut – ikutan teman merampas barang milik orang yang aku tidak kenal, dan polisi tersebut mencari kami lalu membawa kami ke kantor polisi.

Tibalah aku berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA Tangerang) tempat dimana anak – anak yang melakukan pelanggaran hukum dibina dan diajarkan mandiri. Awal masuk LPKA saya merasa takut, menyesal dan berdosa atas perbuatanku hingga merugikan orang lain, keluarga, ayah, ibu dan diriku sendiri. Apalagi selama dua minggu pertama di LPKA aku menjalani masa pengenalan lingkungan belum bisa mengikuti kegiatan seperti anak – anak binaan yang lainnya hingga waktu terasa lama sekali berputar.

Setelah aku ditetapkan berkegiatan pendidikan di SMK Istimewa mulailah rasa semangat untuk meraih cita – cita serta memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik lagi. Selain bersekolah aku juga mengikuti kegiatan – kegiatan lainnya seperti Pengajian mingguan di Masjid, Angklung, Marawis/ hadroh, futsal tak hanya ekstrakurikuler tetapi aku juga mempersiapkan diri dengan mengikuti pelatihan – pelatihan seperti pencukuran, sablon, pengelasan, barista dan lain sebagainya.

Disatu sisi aku menyesal atas perbuatanku membuat aku berada di LPKA Ini hingga merampas kebebasanku, mempermalukan kedua orang tuaku serta pernah menyakiri korbanku. Tetapi disisi lain bersyukur berada di sini, aku bisa mengenal diriku, sifatku dan lebih mencintai diriku serta berubah menjadi pribadi lebih baik. Proses pendewasaanku banyak terjadi di tempat yang terbatas ini. Aku jadi lebih mengenal berbagai karakter orang lain dimana kita dikumpulkan menjadi satu dari daerah yang berbeda – beda, dengan adat istiadat yang berbeda, dengan pola didik dan pola asuh yang berbeda juga.

Dari perbedaan tersebutlah aku menjadi lebih paham bahwa hukum itu sangat penting. Baik hukum negara, hukum agama dan hukum masyarakat. Bila tidak ada yang mengatur semua itu, maka Indonesia akan hancur berantakan karena semua ingin berbuat semaunya dan seenaknya saja.

Kecintaanku terhadap Republik Indoneisa ini dimulai sejak aku berada di LPKA saat mulai sekolah aku menjadi lebih fokus dalam belajar. Dulu saat diluar aku tidak fokus dan lebih sering membolos. Aku menyukai mata Pelajaran PKN (Pendidikan Kewarga Negaraan yang diajarkan oleh guru sekaligus pegawai LPKA yang bernama Ni Wayan. Cara mengajarnya tegas tapi santai membuat saya menjadi lebih paham dan mengerti akan pentingnya norma kehidupan.

Selain itu aku juga menyukai Pelajaran Sejarah yang awalnya saya tidak suka. Karena selalu berbicara tentang indonesia, mulai dari sejarahnya geografisnya, sampai semua pahlawan – pahlawan pun kerap kali berasal dari indonesia, dan aku tidak kenal sama sekali siapa mereka, tetapi ketika guru baru itu datang dengan penuh semangat untuk memberikan ilmunya kepada kami dengan cara yang berbeda dari guru – guru lainnya membuat aku terhipnotis. Beberapa buku yang ditawarkan beliau untuk aku baca pun aku baca dengan cepat, sehingga setiap minggu bu Dian itu membawakan buku untukku, mulai dari buku sejarah, novel, pengembangan diri dan apapun yang menurut beliau bagus saya baca. Rutinitas upacara bendera pun aku tidak tahu apa makna dan arti dari kegiatan itu. Yang akun tahu hanya acara yang diselanggarakan setiap senin dengan berpanas panasan dan Memakan waktu yang akan sia sia.

Selain itu dalam beberapa kegiatan tim angklung sering diminta mengisi hiburan, baik acara formal maupun non formal. Dari kegiatan tersebut aku banyak bertemu dengan orang – orang hebat, yang mungkin saja kalau aku diluar aku tidak mungkin bertemu mereka. Tetapi di tempat yang terbatas ini aku bisa bertemu dan mengenal orang – orang hebat tersebut melalui penampilan angklung maupun marawis/hadroh.

Bertemu orang – orang hebat membuat aku termotivasi untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dan bisa sukses. Aku sering merinding saat mendengarkan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan saat acara – acara formal tersebut dimulai. Terbayang aku menyia – nyiakan masa mudaku sebagian saat aku diluar LPKA, aku tidak mengisi dengan kegiatan yang bermanfaat.

Namun penyesalan itu sudah aku balaskan dengan aku berada di LPKA ini dengan memperbaiki diri dan cinta Indonesia, bahkan aku sekarang tau apa arti Bhineka Tunggal Ika. Biarkan perbedaan itu ada yang penting kita saling menghormati perbedaan agar Indonesia tetap satu dan merdeka.

Suatu ketika satu persatu teman – teman pergi meninggalkanku, ada yang senang sekali, ada yang bingung karena tidak menyangka, tetapi tidak ada teman yang sedih meninggalkanku. Hari – hari semakin kelabu karena tempat ini bertambah sepi, ditambah lagi tidak ada kegiatan yang biasa kami lakukan dimasa sebelum pandemi ini terjadi. Asimilasi Permen 10 Tahun 2020 banyak sekali teman – teman seperjuangan yang bisa curi start mengejar mimpinya, mengaplikasikan ilmunya dan membuktikan kemandiriannya yang didapatkan selama di LPKA Tangerang ini.

Membayangkan orang – orang di luar sana yang selama ini bisa bebas melakukan apa saja, pergi kemana saja sesuka hatinya dimasa pandemi seperti ini mereka harus stay at home berhari – hari dan berbulan – bulan sudah stres, apalagi kami yang harus menjalani hukuman pidana dibalik tembok jeruji ini sudah mengalami stres tingkat dewa. Apalagi dimasa pandemi ini tidak ada keluarga yang datang dan berkunjung untuk mengobati rindu kami yang kata Dilan 1990, “rindu itu berat, biar aku saja yang rindu”.

Akh…. Aku tidak kuasa menahan rindu kepada ibuku yang selalu lembut dan memanjakanku, rindu ayah yang selalu menjadi teman berdiskusi dan berdebat, rindu kakakku yang pintar dan sering mengajak berantem serta rindu masakan nenek yang super lezat membuat mataku terbelalak. Bila dikunjung teman sekamarku selalu menanyakan telur balado buatan Nenek.

Apakah ibu dan bapakku diluar sana benar – benar sehat? Aku tidak tahu, sehat secara jasmani maupun perekonomian. Entahlah aku tidak ingin memberatkan diriku dengan pikiran – pikiran yang terlalu berat. Karena hari – hariku pun sudah berat selama pandemi ini. Bukan karena aturan yang ada disini, bukan hanya rindu keluarga tetapi karena kebosanan karena tidak banyak yang dapat aku lakukan selama pandemi ini. Walaupun makan terjamin, tidur terjamin dan semua free tetapi aku ingin lebih memanfaatkan diri ini untuk menjadi orang yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, orang lain, agama, bangsa dan negara.

Saat ini memasuki bulan Agustus, teringat saat Bulan Agustus tahun 2019 dimana pada tanggal 5 Agustus 2019 kami 45 orang Anak Binaan Anggota Pramuka dan 20 orang Anak Binaan Tari Kolosal Indonesia bekerja mengikuti kegiatan Jambore Pemasyarakatan 2019. Mulai bulan Juni kami sudah disibukkan dengan latihan – latihan Pramuka (Baris Berbaris, Koloni Tongkat, Yel – yel Pramuka LPKA Tangerang) yang dilatih oleh Bapak Andri Ferly. Orang yang displin, tegas dan multi talenta. Tak kenal lelah melatih kami pagi, siang dan sore. Bahkan Dirjen Pemasyarakatan kala itu hadir menyaksikan kami latihan. Aku terharu bisa dan senang bisa tampil membanggakan di depan Dirjen Pemasyarkatan. Bahkan harus latihan keluar LPKA (halaman luar lapangan Sepak Bola LPKA). Kami sangat diperhatikan oleh para petugas, jangan sampai kami sakit, kelelahan dan tetap semangat dalam berlatih.

Saat mengikuti jambore aku merasa seperti bukan diriku karena aku tidak menyangka aku bisa seperti taruna – taruna Poltekip dan Poltekim. Aku merasa menjadi orang lain yang sukses yang bisa membuat bangga diriku sendiri, petugas, bahkan kalau orangtuaku melihat pasti mereka menangis haru, tidak menyangka anaknya bisa melakukan itu. Saat itu kami tampil Koloni tongkat dan Yel – yel LPKA di depan Menteri Hukum dan HAM berserta pejabat tinggi lainnya.

Ternyata kalau kita bersungguh – sungguh dan ada kemauan berubah atau belajar mengejar cita – cita dan impian, kita pasti bisa. Seperti yel – yel Pramuka LPKA yang menyebutkan bahwa “ Kamilah Pramuka Kepanduan Indonesia, yang berjanji dan berdharma bagi Nusa Bangsa, kami andik Indonesia yang sedang dalam bina yang latih dan ditempa, walau lelah tak apa. Chita…”. Yel – yel tersebut sangat memberi semangat untuk kami saat dan untuk saya sampai kapan nanti.

Agustus Tahun ini tidak seistimewa seperti tahun lalu, karena tahun ini Indonesia bahkan seluruh dunia sedang dirundung bencana Virus Covid-19. Tetapi Agustus selalu istimewa dihati Anak Binaan maupun Warga Binaan Pemasyarakatan Se- Indonesia. Dimana bulan Agustus adalah bulan Remisi Umum untuk kami semua, kami diberikan remisi sesuai dengan aturan persyaratan yang ada. Semoga tahun ini remisi aku lebih besar dari tahun – tahun sebelumnya.

Walaupun aku belum bisa mendapatkan Asimilasi Permen 10 Tahun 2020 tetapi aku masih tetap semangat memperbaiki diri, semangat mencari ilmu, semangat dalam beribadah agar aku bisa lebih siap menjadi manusia yang lebih baik setelah aku keluar dari LPKA. Aku ingin dapat membanggakan orang tua, agama nusa dan bangsa. Agar aku tidak menyusahkan orang tuaku kembali. Doaku semoga teman – teman yang mendapatkan Asimilasi Permen 10 Tahun 2020 bisa memanfaatkan program tersebut dengan baik dan tidak mengulang kesalahannya kembali dan Pandemi ini segera berlalu, kita semua bisa sehat selalu dan beraktivitas seperti biasa. Aamiin…..

 

 

Penulis: Rio Adi Saputra (LPKA Tangerang)

Juara Favorit Lomba Cerpen Piala Menteri Hukum dan HAM RI dalam rangka HUT Ke-75 RI (Kategori Anak)

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0