Pekan Olahraga & Seni Ditutup, WBP Terima Hadiah

Pekan Olahraga & Seni Ditutup, WBP Terima Hadiah

Namlea, INFO_PAS – Semarak memperingati Hari Dharma Karyadhika Ke-77 melalui Pekan Olahraga, Seni, Intelektual, Kesadaran Berbangsa dan Bernegara (Porsenikab) yang digelar Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Namlea telah sampai pada pengujung kegiatan. Berbagai kompetisi dan perlombaan yang telah dilaksanakan diakhiri melalui acara penutupan di lapangan dalam tembok Lapas, Kamis (18/8).

Tersih Victor Noya selaku Pelaksana Harian Kepala Lapas Namlea menjelaskan banyak perlombaan yang sudah dilewati bersama dengan kemeriahan dan antusiasme tinggi sepanjang event ini digelar. Tidak hanya itu, rasa kebersamaan makin baik dari petugas maupun Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam berbagai lomba yang telah dilaksanakan selama hampir satu bulan ini. 

“Harapannya, kekompakan yang telah dibangun dapat tetap terjaga dan makin erat ke depannya,” harap Tersih.

Ia juga berharap Porsenikab menjadi wadah untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat WBP dalam berbagai bidang, khususnya dalam program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang diikuti. “Kami yakin dengan berbagai lomba yang diadakan secara tidak langsung mengasah bakat dan skill WBP yang pada awalnya tidak tersentuh sama sekali, salah satu contohnya dalam hal kecerdasan intelektual serta kesadaran berbangsa dan bernegara. Kedua aspek tersebut sangat penting untuk mengoptimalkan program pembinaan kepribadian kepada WBP,” tambah Tersih.

Saat pengumuman pemenang lomba tiba, kobaran semangat disambut riuh tepuk tangan para WBP. Dengan membaca satu persatu peraih juara I, Tersih bersama jajarannya juga secara langsung membagikan hadiah kepada pemenang lomba dari masing masing perwakilan blok hunian.

Sementara itu, Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Ambon resmi ditutup, Jumat (19/8). Bertempat di lapangan Rutan Ambon, acara penutupan berlangsung dengan meriah dirangkaikan dengan syukuran dan musik.

Kepala Rutan (Karutan) Ambon, Jose Quelo, menjelaskan Porseni diselengarakan guna membangun dan memupuk rasa kebersamaan antara petugas dan WBP. “Juara bukanlah patokan sebagai seorang pemenang, tetapi bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban (kamtib) selama perlombaan adalah hal terpenting serta menikmati setiap perlombaan yang ada adalah keberhasilan dalam sebuah acara,” ucapnya.

Jose juga mengucapkan terima kasih kepada semua panitia yang terlibat dalam kegiatan ini, baik petugas maupun WBP yang telah bersama-sama menjaga kondisi Rutan Ambon agar selalu dalam keadaan aman dan kondusif sehingga terhindar dari gangguan kamtib. “Selamat kepada pemenang lomba. Terus pacu semangat dan bakat serta kembangkan sehingga kelak menjadi modal bagus ketika selesai menjalani masa pidana di Rutan. Jangan lihat besar kecil hadiahnya, tetapi rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang didapatkan selama perlombaan,” pesannya.

Untuk diketahui, Blok Anggrek keluar sebagai juara umum setelah unggul perolehan medali dari Blok Bougenville, Cempaka, Dahlia, Edelweis, dan petugas Rutan. Mereka pun berhak mendapatkan hadiah piala bergilir Rutan Ambon. 

Di tempat berbeda, Bayu Muhammad selaku Karutan Masohi menuturkan setelah tidak terlaksana selama dua tahun, perlombaan khas 17 Agustus dikembalikan untuk menciptakan kemeriahan pada hari kemerdekaan seperti sedia kala. Untuk itulah Rutan Masohi menggelar berbagai perlombaan bagi petugas, WBP, dan anak-anak petugas, seperti makan kerupuk, balap karung, sepak terong, makan biskuit, estafet tepung, balap sarung, dan tarik tambang

“Untuk lebih memaknai arti kemerdekaan yang sesungguhnya adalah memiliki jiwa pantang menyerah dalam hal positif pada keberlangsungan hidup. Jiwa pantang menyerah dalam perlombaan dan pertandingan adalah salah satu contoh kecil dan nyata dari rentang kehidupan yang sebenarnya,” ujar Bayu, Rabu (17/8). 

Selain itu, Karutan menambahkan makna kemerdekaan adalah berani mencoba dan bukan hanya menjadi penonton yang hanya mengoreksi hal apapun. Makna merdeka lainnya adalah merdeka dalam bertoleransi sesama manusia, yaitu mau bergotong royong saling dukung tanpa melihat SARA. 

Bayu berujar perlombaan ditandingkan tersendiri bagi WBP, baik secara individu maupun berkelompok antar kamar hunian. Anak-anak dari petugas pun semarak mengikuti perlombaan makan kerupuk dan balap karung antar anak laki-laki dan perempuan berjalan dengan dukungan dari para orangtua.

“Tidak boleh ada yang curang. Setiap hari kalian bermain bersama, jangan sampai hubungan renggang karena perlombaan ini,” pesannya.

Pada perlombaan terakhir, tarik tambang ditandingkan bagi para tahanan pendamping (tamping), tamping Asimilasi kerja luar, tamping Asimilasi kerja dalam, tamping Asimilasi blok hunian, dan tamping Asimilasi dapur. Adapun pertandingan antar petugas hanya antara regu penjagaan melawan staf.

“Keluarkan kekuatan tersendiri yang kalian miliki. Setiap hari tamping Asimilasi kerja luar memegang mesin potong rumput, dapur mengangkat beras dan galon. Begitupun dengan kerja dalam dan blok hunian yang memiliki kekuatannya tersendiri. Jaga sportivitas dan berhati-hati karena ini di ubin, bukan di lapangan,” pesan Bayu.

Hasilnya, tarik tambang bagi WBP dimenangkan tamping Asimilasi tamping dalam, sedangkan bagi petugas dimenangkan regu penjagaan. Hadiah-hadiah dari seluruh perlombaan yang terlaksana pun dibagikan pada Jumat (19/8).

“Terima kasih atas antusiasme yang ditunjukkan pada perlombaan khas 17 Agustus. Semoga kebersamaan kita lebih erat lagi,” harap Karutan.

 


Kontributor: Lapas Namlea, Rutan Ambon, Rutan Masohi
 

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0