Pengelolaan Informasi Medsos Tingkatkan Citra Positif Pemasyarakatan

Pengelolaan Informasi Medsos Tingkatkan Citra Positif Pemasyarakatan

Jakarta, INFO_PAS – Pengelolaan informasi yang dimuat pada media sosial (medsos) sebuah instansi turut mempengaruhi citra intansi tersebut, demikian pula di Pemasyarakatan. Informasi yang ditampilkan pada berbagai medsos Pemasyarakatan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap citra Pemasyarakatan.

“Medsos dapat menjadi pintu informasi untuk menjelaskan Pemasyarakatan merupakan proses pembinaan yang diberikan kepada pelanggar hukum agar bisa kembali ke tengah masyarakat dan menjadi manusia yang lebih baik. Hal ini penting diinformasikan melalui medsos sehingga masyarakat dapat memahaminya,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas), Rika Aprianti, pada Rapat Penguatan Kehumasan (14/10) di Jakarta.

Medsos Pemasyarakatan memuat ragam informasi positif seputar Pemasyarakatan. Hal tersebut tentunya didukung berbagai perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan yang terus dilakukan. Seiring perbaikan ini, perlu dilakukan pengelolaan informasi yang baik sehingga turut menguatkan informasi yang dimuat pada medsos.

“Informasi yang disebarkan melalui akun medsos resmi Ditjenpas dipastikan sudah diverifikasi dan terhindar dari berita bohong,” lanjut Rika.

Terkait sering terjadinya beredar berita bohong di medsos, Direktur Eksekutif Southeast Asia Freedom of Expression Network, Damar Julianto, menjelaskan menurut standar UNESCO, ada tiga jenis berita bohong, yakni disinformasi, malinformasi, dan misinformasi. “Dari tiga jenis kesalahan berita tersebut, disinformasi dan malinformasi dilarang keras terjadi karena berisiko bagi reputasi informasi. Sementara itu, jika yang terjadi adalah misinformasi, masih dapat dilakukan tindak mitigasi dan perbaikan,” jelas Damar.

Lebih lanjut, Damar juga menjelaskan mengenai ketepatan penggunaan platform medsos. Menurutnya, banyak instansi yang memuat informasi yang sama pada semua platform medsosnya. Hal ini sebaiknya dihindari karena sebenarnya masing-masing medsos memiliki keunikannya sendiri.

“Facebook cocok untuk membangun engagement. Jika instansi menginginkan adanya percakapan dengan followers, lebih cocok menggunakan Twitter. Jika ingin meningkatkan viralitas, maka bisa menggunakan Tiktok,” tambah Damar.

Sebagai penutup, Damar mengingatkan apapun platform medsos yang digunakan harus sesuai target followers dan tujuan komunikasi yang ingin dicapai. Untuk itu, diharapkan Humas Ditjenpas mengoptimalikan pemanfaatan medsos dalam penyampaian informasi demi meningkatkan citra positif Pemasyarakatan. (yp)

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0