Seruan “MARI MENEMPE” Terdengar di Lapas Cipinang

Tahukah kita jika ternyata Penjara Cipinang pernah menjadi bagian dalam sejarah perkembangan tempe di dunia? Adalah Roelofsen dan Van Veen, warga negara Belanda yang pernah menjalani hukuman di penjara Cipinang pada sekitar tahun 1946, yang mempublikasikan manfaat tempe bagi kesehatan tubuh. Publikasi manfaat tempe tersebut dilakukan pada tahun 1964 setelah mereka bebas dari penjara dan kembali ke negeri Belanda. Pengalaman membuat tempe selama berada di dalam penjara Cipinang dan berhasil mengobati para narapidana yang terkena disentri yang pada saat itu sedang mewabah di dalam penjara dengan menggunakan tempe yang mereka buat menginspirasi untuk melakukan penelitian tentang manfaat tempe tersebut. Publikasi ini semakin memperkenalkan tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang kaya manfaat. Dan kini, Lembaga Pemasyarakatan Cipinang (Lapas Cipinang) kembali ingin menjadikan tempe sebagai bagian dalam aktifitas narapidana yang ada di dalamnya. Bekerjasama dengan Indonesian

Seruan “MARI MENEMPE”  Terdengar di Lapas Cipinang
Tahukah kita jika ternyata Penjara Cipinang pernah menjadi bagian dalam sejarah perkembangan tempe di dunia? Adalah Roelofsen dan Van Veen, warga negara Belanda yang pernah menjalani hukuman di penjara Cipinang pada sekitar tahun 1946, yang mempublikasikan manfaat tempe bagi kesehatan tubuh. Publikasi manfaat tempe tersebut dilakukan pada tahun 1964 setelah mereka bebas dari penjara dan kembali ke negeri Belanda. Pengalaman membuat tempe selama berada di dalam penjara Cipinang dan berhasil mengobati para narapidana yang terkena disentri yang pada saat itu sedang mewabah di dalam penjara dengan menggunakan tempe yang mereka buat menginspirasi untuk melakukan penelitian tentang manfaat tempe tersebut. Publikasi ini semakin memperkenalkan tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang kaya manfaat. Dan kini, Lembaga Pemasyarakatan Cipinang (Lapas Cipinang) kembali ingin menjadikan tempe sebagai bagian dalam aktifitas narapidana yang ada di dalamnya. Bekerjasama dengan Indonesian Tempe Movement dan disponsori oleh Ghrasita Angkatan 22 Institute Pertanian Bogor, pada tanggal 8 Desember 2015, Lapas Cipinang menyelenggarakan pelatihan pembuatan Green Tempe. Green Tempe merupakan sebuah produk tempe yang proses pembuatannya dilakukan dengan metode yang hemat air dan energy (ramah lingkungan). Pembuatan Green Tempe ini sangat berbeda dengan proses pembuatan tempe yang konvensional. Proses pembuatan Green Tempe menggunakan bakteri Lactobacillus sp. yang mempunyai enzyme amino peptidase yang berfungsi untuk memecah peptide pahit yang ada pada kedelai menjadi tidak pahit. Sedangkan pada pembuatan tempe konvensional, proses tersebut dilakukan dengan cara merebus kedelai dalam jangka waktu yang cukup lama. Padahal, perebusan kedelai yang terlalu lama ini dapat menyebabkan kerusakan protein (denaturasil). Limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan Green Tempe juga sangat minim dan dapat dijadikan sebagai pupuk organik, berbeda dengan limbah dari proses pembuatan tempe konvensional yang cenderung berlimpah. Pelatihan sehari yang dibuka oleh Sutrisman, selaku Kepala Lapas Cipinang, dan dihadiri oleh Pendiri sekaligus Direktur Indonesian Tempe Movement, Wida Winarno, telah membuka cakrawala baru bagi para pesertanya tentang tempe dan proses pembuatan Green Tempe. Tempe bukanlah makanan sembarangan, dia adalah permata nusantara karena merupakan makanan asli Indonesia. Bahkan di dalam Serat Centhini yang ditulis sekitar 500 tahun yang lalu dalam bahasa sansekerta telah bertutur tentang tempe. Jadi, tempe adalah warisan budaya nusantara yang harus dilestarikan. Melalui pelatihan ini, selain ingin berbagi tentang ketrampilan pembuatan Green Tempe, Indoensian Tempe Movement juga ingin menularkan semangat untuk melestarikan tempe. Dalam paparannya, Wida Winarno mengajak seluruh peserta untuk mencintai tempe. “Mari Menempe” adalah ajakan yang diserukannya untuk seluruh peserta. Antusiasme 25 narapidana yang menjadi peserta pelatihan dalam mengikuti paparan dan praktek pembuatan tempe selama hampIr 5 jam seakan memberi jawaban bahwa semangat “Mari Menempe” sudah terserap dalam diri mereka. Mari kita mencintai tempe, jangan pernah malu dengan tempe. Karena tempe yang merupakan makanan asli nusantara sudah menjadi makanan yang mendunia. Bahkan hari lahir Soekarno, Presiden Pertama RI, yaitu tanggal 6 Juni, ditetapkan sebagai Hari Tempe Internasional. Jadi, banggalah menjadi bangsa tempe, asal jangan bermental tempe. Dan melalui pelatihan pembuatan Green Tempe, Lapas Cipinang ingin menjadi bagian yang nyata dalam pelestarian tempe serta turut serta dalam gerakan “Mari Menempe”.   Penulis: Andi Wijaya R

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0