Tuntaskan Pelatihan Kemandirian, 40 WBP Lapas Piru Dinyatakan Kompeten
Piru, INFO_PAS – Sebanyak 40 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Piru dinyatakan kompeten usai mengikuti pelatihan kemandirian bidang manufaktur kerajinan dari rotan dan bidang agribisnis budidaya ayam petelur. Mereka telah mengikuti pelatihan yang berlangsung selama 16 hari kerja.
Dalam pelatihan kemandirian tersebut, 20 WBP mampu mempraktikkan budidaya ayam petelur mulai dari pemeliharaan, produksi, hingga penanganan limbah. Sementara 20 WBP lainnya sukses menyelesaikan kerajinan dari rotan berupa dua buah rak televisi, empat buah rak sudut, dan 15 buah tempat pot bunga. Hasil pelatihan tersebut dipamerkan saat penutupan kegiatan pelatihan, Sabtu (24/7).
Penutupan kegiatan pelatihan kemandirian berlangsung di Aula Lapas dihadiri oleh Kepala Lapas (Kalapas) Piru, Taufik Rachman, Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Seram Bagian Barat La Saleh, Kabid Perindustrian dan Tenaga Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kab. Seram Bagian Barat Joseph Sapasuru, Ricky Manait selaku instruktur, serta 40 orang peserta pelatihan.
Kalapas Piru dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat secara langusng dalam proses pembinaan kemandirian WBP Lapas Piru. “Semoga dengan adanya kegiatan pelatihan kerja ini dapat menambah bekal keahlian, meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, serta mengembangkan produktivitas dan kompetensi kerja bagi para peserta setelah selesai menjalani masa pidana,” ungkap Taufik.
Senada dengan Kalapas, Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Seram Bagian Barat berharap ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat terutama bagi peserta pelatihan bidang agribisnis budidaya ayam petelur. “Harapan kami kiranya tujuan pelatihan ini dapat tercapai, yaitu menjadi petani yang terampil dalam budidaya ternak ayam petelur guna meningkatkan ekonomi keluarga,” ucap La Saleh.
Sementara itu, Joseph Sapasuru menyampaikan kegiatan ini tidak hanya sebatas kegiatan formal yang dilakukan oleh para peserta, namun dapat dijadikan modal untuk diimplemetasikan pasca para peserta hijrah dari Lapas Piru. Ia menambahkan, Disperindag membuka peluang sebesar-besarnya untuk tetap bersinergi dalam membina WBP.
“Sudah menjadi catatan bagi kami untuk merancang program peningkatan kapasitas yang difokuskan untuk Lapas, juga bantuan peralatan, karena life skill tanpa didukung dengan peralatan yang memadai maka output yang dihasilkan tidak optimal,” jelasnya. (prv)
Kontributor: Janniie