Bangladesh Pelajari Deradikalisasi dan Rehabilitasi Teroris dan Ekstremis Kekerasan di Indonesia

Bangladesh Pelajari Deradikalisasi dan Rehabilitasi Teroris dan Ekstremis Kekerasan di Indonesia

Jakarta, INFO_PAS – Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) terima kunjungan Pusat Studi Genosida Universitas Dhaka, Bangladesh, Jumat (9/12). Dalam kunjungan tersebut, delegasi Bangladesh bermaksud mempelajari bagaimana Indonesia melaksanakan deradikalisasi dan rehabilitasi kepada teroris dan pelaku ektremis kekerasan.

Koordinator Kerja Sama dan Evaluasi Ditjenpas, Sigit Budiyanto, menyambut baik kunjungan Universitas Dhaka Bangladesh ini. Menurutnya, rehabilitasi narapidana terorisme di Indonesia dapat berjalan baik berkat program pembinaan yang dijalankan tak hanya melibatkan pihak internal Pemasyarakatan, melainkan juga pihak eksternal.

“Mereka terus didampingi dan diawasi secara khusus untuk melihat perubahan pada pandangan radikal dan perilaku atau sikapnya. Kami berupaya mengurangi kemampuan, niat, dan keterlibatannya dalam ekstremisme kekerasan, salah satunya dengan mempersiapkan agar mereka dapat bereintegrasi kembali di masyarakat serta mampu menghidupi diri sendiri dan keluarganya sehingga tak perlu bergantung pada kelompok radikalnya,” papar Sigit.

Sigit pun menjelaskan dalam pembinaan narapidana terorisme, Ditjenpas menerapkan beberapa strategi. Pertama, strategi penempatan. Narapidana terorisme akan melewati asesmen skrining dan ditempatkan sesuai tingkat risiko masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran paham radikal di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) serta gangguan keamanan dan ketertiban (kamtib).

Kedua, strategi rehabilitasi. Narapidana akan mengikuti asesmen untuk mengetahui risiko faktor residivisme dan kriminogenik sehingga diberikan program intervensi yang sesuai dengan risiko dan kebutuhannya. Perubahan perilaku narapidana juga terus diukur menggunakan Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana.

Ketiga, strategi keamanan melalui penggunaan standar kamtibn yang berbeda-beda sesuai klasifikasi Lapas. “Kami memiliki Lapas dengan klasifikasi empat standar keamanan berbeda, yaitu super maximum security, maximum security, medium security, dan minimum security,” urai Sigit.

Terakhir, yang tak kalah penting, yaitu sinergi dan kerja sama dengan kementerian/badan/lembaga lainnya. Dalam penanganan terorisme ini, Ditjenpas bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kementerian Agama, dan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya.

Sementara itu, Profesor Hubungan Internasional Universitas Dhaka, Imtiaz Ahmed, mengatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan Sasaka Peace Foundation Jepang tengah mengembangkan studi mengenai deradikalisasi dan rehabilitasi terhadap pelaku ekstremisme kekerasan di Bangladesh. Studi ini akan dijadikan pedoman bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pembelajaran, dan pelatihan di negaranya.

Lebih lanjut, menurutnya studi ini akan dijadikan dasar pembuatan standar operasional prosedur penanganan ekstremisme kekerasan bagi otoritas penjara, psikolog, akademisi, hingga profesional kontra-terorisme di Bangladesh. “Kami telah mendengar bahwa Indonesia merupakan negara yang cukup sukses menangani kasus terorisme dan ekstremisme kekerasan. Untuk itu, kami berharap Indonesia dapat berbagi pengalamannya kepada kami,” tutur Imtiaz.

Kunjungan delegasi Bangladesh di Indonesia akan belangsung hingga Kamis (15/12). Kunjungan studi ini menambah deretan pengakuan atas keberhasilan Indonesia dalam pembinaan narapidana terorisme dan ektremisme kekerasan. Selain Bangladesh, sebelumnya Republik Kirgistan sudah terlebih dahulu mengunjungi Indonesia untuk mempelajari hal yang sama. (afn)

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0