Dilatih Membatik hingga Membuat Miniatur Kapal dari Kertas

Menengok Kegiatan Warga Binaan di Rutan Kelas IIB Tanah Grogot (1)   Hidup di bui bagaikan burung, bangun pagi makan nasi jagung, tidur di ubin pikiran bingung, apa daya badanku terkurung. Oh, kawan dengar lagu ini, hidup di bui menyiksa diri, jangan sampai kawan mengalami, badan hidup terasa mati. SEPENGGAL lirik lagu dari band legendaris D’Lloyd tersebut bisa menggambarkan kerasnya hidup di penjara. Tentu saja, hidup dalam kekangan jeruji besi bukan hal yang diharapkan semua orang. Tetapi, jangan salah, dalam penjara banyak hikmah yang bisa didapat bagi mereka yang ingin mengawali hidup baru di masyarakat. Menjalani hukuman di rumah tahanan (rutan) tak sepenuhnya membuat warga binaan terkekang. Inilah yang terlihat di Rutan Kelas II Tanah Grogot saat Kaltim Post mengunjungi beberapa waktu lalu. Di dalam tahanan, para warga binaan masih mendapatkan berbagai manfaat, salah satunya mendapat pelatihan keterampilan membuat kerajinan dari barang bekas. Kepala

Menengok Kegiatan Warga Binaan di Rutan Kelas IIB Tanah Grogot (1)   Hidup di bui bagaikan burung, bangun pagi makan nasi jagung, tidur di ubin pikiran bingung, apa daya badanku terkurung. Oh, kawan dengar lagu ini, hidup di bui menyiksa diri, jangan sampai kawan mengalami, badan hidup terasa mati. SEPENGGAL lirik lagu dari band legendaris D’Lloyd tersebut bisa menggambarkan kerasnya hidup di penjara. Tentu saja, hidup dalam kekangan jeruji besi bukan hal yang diharapkan semua orang. Tetapi, jangan salah, dalam penjara banyak hikmah yang bisa didapat bagi mereka yang ingin mengawali hidup baru di masyarakat. Menjalani hukuman di rumah tahanan (rutan) tak sepenuhnya membuat warga binaan terkekang. Inilah yang terlihat di Rutan Kelas II Tanah Grogot saat Kaltim Post mengunjungi beberapa waktu lalu. Di dalam tahanan, para warga binaan masih mendapatkan berbagai manfaat, salah satunya mendapat pelatihan keterampilan membuat kerajinan dari barang bekas. Kepala Rutan Tanah Grogot Husni Thamrin kepada harian ini mengatakan, pelatihan keterampilan yang dilaksanakan di rutan sudah berjalan lama. Bahkan kerja sama dengan pengusaha batik khas Paser Tunjung Langit sudah dilakukan sejak April 2014 lalu. “Jadi selain memberikan pelatihan, Tunjung Langit juga siap menerima hasil karya dari warga binaan untuk dipasarkan,” kata Karutan Husni Thamrin. Dikatakannya, pelatihan seperti ini bertujuan menumbuhkan semangat dan tekad warga binaan untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam menjalani kehidupan di rutan. Setelah beberapa bulan mendapat pelatihan, karya-karya warga binaan pun patut diapresiasi. Mulai dari batik, anyaman, lukisan hingga miniatur perahu pinisi kertas dari gulungan koran terpampang rapi di etalase yang disediakan petugas rutan. “Kita mengharap dengan kegiatan pelatihan yang diberikan kepada warga binaan bisa menjadi bekal saat bebas nanti dan berada di lingkungan masyarakat,” harapnya. Dituturkannya, dengan memiliki keterampilan, mereka bisa mandiri secara mental maupun mandiri secara ekonomi, karena ilmu yang didapat selama pelatihan bisa menjadi bekal bagi mereka untuk membuka usaha mandiri. Sementara itu, salah satu warga binaan mengaku dengan kegiatan ini ia merasa lebih bermanfaat. Selain itu, ia bisa belajar meningkatkan kemampuan diri dalam hal kerajinan. “Saya sudah dua tahun tinggal di sini. Dengan pelatihan ini semoga nanti saat keluar bisa memiliki keterampilan dan membuka usaha agar bisa diterima masyarakat,” kata Heri, salah satu warga binaan yang belajar membatik di rutan.(nan/tom/k9) Sumber : kaltimpost.co.id

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0