Ditjenpas Gandeng Media Perkuat Edukasi Publik soal Program Prioritas

Jakarta, INFO_PAS - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) menggelar kegiatan silaturrahmi dengan media massa di Jakarta Pusat, Selasa (15/7). Kegiatan ini menjadi sarana memperkuat sinergi keterbukaan informasi publik, khususnya terkait program prioritas Pemasyarakatan yang menjadi bagian dari 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto.
Adapun program prioritas dimaksud antara lain: pemberantasan narkoba, pemberdayaan Warga Binaan untuk mendukung ketahanan pangan, peningkatan pendayagunaan Warga Binaan di sektor UMKM, bantuan sosial bagi keluarga Warga Binaan dan masyarakat yang membutuhkan, penyelesaian persoalan kelebihan penghuni (overcrowding), pembangunan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) modern, hingga penguatan lembaga pendidikan.
“Media berperan sangat penting dalam mendukung transparansi serta mengedukasi publik mengenai program-program ini,” tutur Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mashudi.
Mashudi menjelaskan, terkait isu overcrowding, berdasarkan data Juni 2025, jumlah penghuni Lapas dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) tercatat mencapai 279.537 orang. Ini jauh melebihi kapasitas yang tersedia, yakni 147.414 orang. Artinya telah terjadi kelebihan penghuni hingga 89,64%. Sementara jumlah petugas pengamanan hanya 27.341 orang, dengan rasio 1 petugas menjaga 40 Warga Binaan, terbagi dalam 4 shift.
“Kondisi seperti ini tentu menjadikan kegiatan pembinaan di Lapas dan Rutan menjadi kurang optimal. Selain itu, petugas kita juga dihadapkan pada tantangan gangguan keamanan dan ketertiban yang lebih besar,” tutur Dirjenpas.
Untuk mengurai persoalan ini, menurutnya Ditjenpas telah melakukan beberapa langkah signifikan. Salah satunya melalui percepatan pemberian amnesti, asimilasi rumah, dan pemberian hak integrasi. Capaian program integrasi Januari—Juni 2025 juga telah mencapai 65.049 Narapidana.
“Selain itu, kami juga terus membangun kerja sama dengan Pemerintah Daerah untuk mengatasi persoalan kelebihan penghuni ini, dengan menerima hibah lahan untuk pembangunan Lapas dan Rutan baru di daerah,” imbuh Dirjenpas.
Upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika juga terus diperkuat melalui razia blok hunian, tes urine, rehabilitasi pengguna narkoba, serta pemindahan 1.042 Narapidana risiko tinggi ke Nusakambangan.
Menurut Dirjenpas, di bidang ekonomi kreatif, sebanyak 230 Lapas dan Rutan juga telah memproduksi lebih dari 400 jenis produk UMKM. Hal ini sebagai bekal keahlian yang dapat dimanfaatkan Warga Binaan saat bebas sekaligus upaya mendukung perekonomian nasional. "Warga Binaan sudah bisa menghasilkan berbagai produk yang berkualitas tinggi dan tidak kalah dari barang-barang yang laku di pasaran, namun pemasarannya mungkin belum optimal. Untuk itu, kami butuh bantuan media untuk mempromosikan dan memperkenalkannya kepada masyarakat," tuturnya.
Sedangkan untuk mendukung ketahanan pangan, lahan di Lapas dan Rutan, khususnya di Nusakambangan, telah dimanfaatkan untuk budidaya padi, hortikultura, peternakan, hingga pengelolaan limbah. Hasilnya telah menyumbang sekitar 2,5% dari nilai kontrak kebutuhan bahan makanan Warga Binaan.
Sementara itu, Jurnalis CNN TV, Irine, mengaku, ruang diskusi seperti ini telah membuka matanya mengenai realitas Pemasyarakatan yang sebenarnya, yang tidak banyak diketahui masyarakat. "Di mata publik, Pemasyarakatan itu keras dan menakutkan. Kenyataannya sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, bagaimana petugas berjuang untuk menghadirkan masa depan yang lebih baik bagi Warga Binaan," ucapnya.
Untuk itu, ia menyebut, siap membantu Pemasyarakatan menjadi agen informasi agar program-program Pemasyarakatan dapat diketahui dan didukung masyarakat. "Saya pernah ke Nusakambangan dan melihat pembinaan di sana luar biasa. Mereka (Warga Binaan) sangat bangga, percaya diri, dan merasa dihargai. Saya kira inilah wajah Pemasyarakatan yang harus diketahui publik," pungkasnya. (afn)
What's Your Reaction?






