Hari Bakti Pemasyarakatan Ke-55, Revitalisasi Pemasyarakatan Suatu Keniscayaan

Jakarta, INFO_PAS – Setelah serangkaian acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) untuk menyonsong Hari Bakti Pemasyarakatan (HBP), tibalah pada acara puncak yaitu peringatan HBP yang diadakan di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta pada Sabtu (27/4). Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, acara diawali dengan upacara bersama dan turut dihadiri oleh Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasonna H. Laoly, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Bambang Rantam Sariwanto, Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS), Sri Puguh Budi Utami dan jajarannya di lingkungan Ditjen PAS, serta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. “Peringatan ini tentu tidak hanya dijadikan nostalgia untuk mengenang sejarah. Lebih dari itu, peringatan ini harus mampu menjadi spirit, daya pacu meningkatkan legacy yang baik untuk meneruskan semangat juang dan pengabdian para penda

Hari Bakti Pemasyarakatan Ke-55, Revitalisasi Pemasyarakatan Suatu Keniscayaan
Jakarta, INFO_PAS – Setelah serangkaian acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) untuk menyonsong Hari Bakti Pemasyarakatan (HBP), tibalah pada acara puncak yaitu peringatan HBP yang diadakan di Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta pada Sabtu (27/4). Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, acara diawali dengan upacara bersama dan turut dihadiri oleh Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasonna H. Laoly, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), Bambang Rantam Sariwanto, Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS), Sri Puguh Budi Utami dan jajarannya di lingkungan Ditjen PAS, serta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. “Peringatan ini tentu tidak hanya dijadikan nostalgia untuk mengenang sejarah. Lebih dari itu, peringatan ini harus mampu menjadi spirit, daya pacu meningkatkan legacy yang baik untuk meneruskan semangat juang dan pengabdian para pendahulu yang menegakkan dasar Pemasyarakatan,” ujar Yasonna yang bertindak sebagai inspektur upacara. Dia juga mengatakan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh tokoh pemasyarakatan terdahulu bukanlah sebagai filosofi balas dendam atas perbuatan yang dilakukan warga binaan, namun sebagai upaya untuk melanjutkan cita-cita para pendahulu dalam membina narapidana. Lebih lanjut, Yasonna juga menuturkan agar lembaga pemasyarkatan mengubah cara pandangnya untuk menyambut perkembangan zaman yang pesat dengan cara mengayomi warga binaan sehingga saat keluar dapat menjadi sosok yang lebih baik dari sebelum masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan. “Indikator keberhasilan pemulihan kesatuan lingkungan hidup dan penghidupan terletak pada kemampuan pemasyarakatan dalam memperbaiki dan meningkatkan kapasitas warga binaan. Baik dalam hal kepribadian, mental, spiritual maupun dalam hal kemandirian yang bukan hanya secara ekonomi, namun mampu mandiri dalam menjalankan kehidupannya kembali sehingga mereka jadi bagian dari anak bangsa yang memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. Paradigma kita harus berubah untuk menyiapkan masyarakat yang tangguh, berketerampilan, dan produktifitas tinggi yang siap berkompetisi dalam persaingan global,” ujarnya. Memasuki usia ke-55, Pemasyarakatan juga semakin dituntut untuk mengimplementasikan nilai Profesional, Akuntabel, Sinergis, Transparan, dan Inovatif (PASTI) demi mewujudkan Revitalisasi Pemasyarakatan. Yasonna juga mengingatkan petugas pemasyarakatan agar meningkatkan kualitas diri sesuai dengan nilai-nilai PASTI. “Saya juga mengajak seluruh jajaran pemasyarakatan untuk betul-betul mengambil sikap sesuai dengan sistem kita PASTI, Profesional, Akuntabel, Sinergis, Transparan, dan Inovatif. Untuk menjaga keinginan itu diperlukan langkah-langkah perbaikan yang dilandasi dengan sebuah kata kunci, komitmen. Karena komitmen akan menjadi pondasi kita, benteng kita dalam menjalankan nait baik,” ujarnya. Rangkaian acara HBP juga diisi dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan berbagai kementerian dan lembaga, pemberian penghargaan kepada jajaran pemasyarakatan dan beberapa kepala daerah serta launching buku “Pemasyarakatan dan Legecy,” karya Yasonna. Selain itu ada juga penyerahan buku “Biarkan saja Metronom itu” oleh Arswendo Atmowiloto kepada Menkumham, atraksi kolone senapan oleh pleton kolone senjata petugas pemasyarakatan, penampilan bela diri Yongmodo dari Lapas Kelas IIA Ambarawa dan marching band taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip). Puncaknya yaitu persembahan tarian oleh “Rampak 55” yang merupakan warga binaan yang berjumlah 55 dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Menkumham, Sekjen Kemenkumham dan Dirjen PAS serta jajarannya. ***

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0