Kanwil Gorontalo Bedah Buku tentang Pola Pembinaan Narapidana

Gorontalo, INFO_PAS – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gorontalo meluncurkan dua buku yang dibedah dalam seminar nasional bertema “Pola Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP),” Jumat (11/3). Buku pertama berjudul Model Pembinan Narapidana melalui Pendekatan Agama karangan dosen IAIN Sultan Amai Gorontalo, Buchari Luneto, bersama Kepala Lapas (Kalapas) Pohuwato, Rusdedy. Sementara buku kedua berjudul Narapidana Mencari Karunia Tuhan, karangan Ridwan Tohopi yang dikerjakan selama yang bersangkutan berada di dalam lapas. Kalapas Gorontalo, Fernando Kloer, selaku penggagas kegiatan ini mengatakan bahwa pembinaan yang paling efektif bagi WBP adalah dari pendekatan agama. “Tidak ada cara pembinaan yang ampuh selain dari sisi agama,” ujar Kalapas yang sebelumnya pernah bertugas di Lapas Lubuk Linggau, Palu, Manado, dan Ambon tersebut. Acara peluncuran buku tersebut juga dihadiri oleh Imam Suyudi yang merupakan mantan Direktur Bina Narapidan

Kanwil Gorontalo Bedah Buku tentang Pola Pembinaan Narapidana
Gorontalo, INFO_PAS – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Gorontalo meluncurkan dua buku yang dibedah dalam seminar nasional bertema “Pola Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP),” Jumat (11/3). Buku pertama berjudul Model Pembinan Narapidana melalui Pendekatan Agama karangan dosen IAIN Sultan Amai Gorontalo, Buchari Luneto, bersama Kepala Lapas (Kalapas) Pohuwato, Rusdedy. Sementara buku kedua berjudul Narapidana Mencari Karunia Tuhan, karangan Ridwan Tohopi yang dikerjakan selama yang bersangkutan berada di dalam lapas. Kalapas Gorontalo, Fernando Kloer, selaku penggagas kegiatan ini mengatakan bahwa pembinaan yang paling efektif bagi WBP adalah dari pendekatan agama. “Tidak ada cara pembinaan yang ampuh selain dari sisi agama,” ujar Kalapas yang sebelumnya pernah bertugas di Lapas Lubuk Linggau, Palu, Manado, dan Ambon tersebut. Acara peluncuran buku tersebut juga dihadiri oleh Imam Suyudi yang merupakan mantan Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Narapidana dan Tahanan, Bambang Palasari selaku Kakanwil Kemenkumham Bangka Belitung, Agus Subandrio yang menjabat Kakanwil Kemenkumham Gorontalo, para Kadiv di lingkungan Kanwil Kemenkumham Gorontalo, serta stakeholder lainnya. Dalam bedah buku tersebut, Rusdedy menjabarkan bahwa kegiatan keagamaan yang selama ini yang dilaksanakan di lapas masih bersifat seremonial belaka, selebihnya akan menjadi kegiatan rutin tanpa makna kalau tidak dicarikan polanya yang sesuai dengan dinamika lapas. “Kami berharap bahwa pola pembinaan di seluruh lapas Indonesia dapat mengambil salah satu rujukan dari tulisan saya,” kata alumni AKIP angkatan 35 tersebut. Sementara itu, Kepala Divisi Pemasyarakatan Gorontalo, Lilik Sujandi, yang pada kesempatan itu menjadi keynote speaker menyimpulkan bahwa dua hal yang menjadi intisari dari kedua buku tersebut, yakni asosiasi diri dan aktualisasi diri. “Asosiasi diri menunjukkan assesmen diri sendiri ketika masuk ke dalam lapas, sementara aktualisasi diri adalah dalam rangka mencari makrifatullah ketika seseorang menghabiskan waktunya di dalam lapas,” terangnya. Ia pun memuji penulis buku ini karena ditulis dalam kondisi sesorang berada di titik nadir. “Ini hanya bisa bisa dilakukan oleh orang-orang hebat sekelas Hamka dan Al Ghazali,” pujinya. (IR)     Kontributor: Fakih Husnan

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0