Latar Belakang Tahanan dan Karakteristik Wilayah Jadi Penentu

Solo – Karakteristik manajemen pengelolaan rumah tahanan (Rutan) berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tak hanya itu, tipikal penghuni rutan pun juga membutuhkan penanganan khusus supaya mereka tidak beringas saat mendapat pembinaan. Itulah dialami Kepala Rumah Tahanan (Karutan) Klas I Solo, R Andika Dwi Prasetya selama bertugas menjadi Karutan di sejumlah penjara di Indonesia. Mantan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur, sekaligus Karutan Tulungagung, Jawa Timur ini mengaku dalam mengelola sebuah Rutan diamanatkan kepadanya, dirinya menyelami karakteristik daerah maupun tipikal warga binaan di dalamnya. Seperti pernah dialami ketika ditugaskan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur. Saat bertugas menjadi Kepala LP di sana, dirinya harus mampu menyelami seluruh karakteristik warga binaan. Dari mulai berlatar belakang pembunuh, teroris, narkoba, judi dan lain sebagainya. Tak hanya itu, terkadang wilayah asal temp

Latar Belakang Tahanan dan Karakteristik Wilayah Jadi Penentu
Solo – Karakteristik manajemen pengelolaan rumah tahanan (Rutan) berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Tak hanya itu, tipikal penghuni rutan pun juga membutuhkan penanganan khusus supaya mereka tidak beringas saat mendapat pembinaan. Itulah dialami Kepala Rumah Tahanan (Karutan) Klas I Solo, R Andika Dwi Prasetya selama bertugas menjadi Karutan di sejumlah penjara di Indonesia. Mantan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur, sekaligus Karutan Tulungagung, Jawa Timur ini mengaku dalam mengelola sebuah Rutan diamanatkan kepadanya, dirinya menyelami karakteristik daerah maupun tipikal warga binaan di dalamnya. Seperti pernah dialami ketika ditugaskan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Jakarta Timur. Saat bertugas menjadi Kepala LP di sana, dirinya harus mampu menyelami seluruh karakteristik warga binaan. Dari mulai berlatar belakang pembunuh, teroris, narkoba, judi dan lain sebagainya. Tak hanya itu, terkadang wilayah asal tempat tinggal warga binaan juga menjadi faktor tersendiri dalam menentukan splitzing atau pemisahan ruang tahanan untuk mengantisipasi hal tak diinginkan. “Dulu tahun 2011 saat saya bertugas sebagai kepala tahanan di LP Cipinang, di sana saya dihadapkan dengan berbagai warga binaan dengan latar belakang berbeda. Mulai pembunuh, teroris, pencuri, pemerkosa dan lain-lain. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, pastinya mereka (para tahanan-red) harus di-splitzing berdasarkan kejahatan maupun asal daerahnya,” terang pria bertubuh besar ini. Pernah suatu ketika, lanjut Andika, saat dirinya hampir lepas tugas, kericuhan terjadi secara tiba-tiba. Kericuhan dipicu adanya ketersinggungan antara blok satu dengan blok lain. Alhasil, timbullah perang antarwarga binaan mengakibatkan rusaknya sejumlah fasilitas seperti kursi, meja, perabotan makan dan masih banyak lagi lainnya. Beruntung, dengan pengalaman dimiliki, dirinya beserta anggota berhasil memadamkan kericuhan. “Bayangkan saja, anggota kami tidak ada setengah, bahkan seperempatnya saja nggak sampai dari jumlah warga binaan di sana (LP Cipinang-red). Bisa dibayangkan betapa mengerikannya jika kericuhan sudah terjadi. Beruntung, peristiwa tersebut dapat segera diatasi dan tidak menimbulkan korban jiwa, meskipun korban luka-luka tak dapat dihindari,” jelasnya. Selain di LP Cipinang, Jakarta Timur, dirinya juga pernah ditugaskan di Rutan Tulungagung, Jawa Timur. Di sana, kondisi Rutan tak separah di LP Cipinang dapat berubah secara signifikan. Meski begitu, karakter wilayah Timur Pulau Jawa terkenal keras juga menjadi catatan tersendiri selalu dia pegang saat menjalankan tugasnya. “Kalau di Tulungagung identik landai. Di sana kebanyakan para tahanan maupun warga binaannya adalah kasus judi dan pencurian. Untuk narkoba, pembunuhan sangat sedikit. Jadi, untuk pembinaannya dapat fokus merubah watak dan kebiasaan mereka,” jelasnya. Hingga akhirnya, pada akhir 2014 kemarin dirinya diamanatkan memimpin Rutan Kelas I Solo dengan jumlah warga binaan mencapai 500 orang lebih. Jumlah itu memang tak sebanyak dengan jumlah warga binaan di Tulungagung sekira seratus hingga 200 warga binaan. Namun, di Rutan Solo ini justru menampung tahanan dan warga binaan dari tiga kawasan di sekitar Kota Solo, yakni Karanganyar, Sukoharjo dan Solo sendiri. “Kalau di sini (Rutan Solo-red) banyak tahanan narkoba, kasus Tipikor dan kejahatan lainnya. Lebih variatif. Jadi penanganannya juga beda-beda. Alhamdullillah selama ini aman, lancar dan terkendali. Semoga tetap berjalan seperti ini dan tidak ada gesekan baik antartahanan, warga binaan maupun anggota yang bertugas,” pungkas Andika. Sumber : Timlo.net    

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
1