Perahu-perahu Mengagumkan Karya Narapidana Lapas Klas 1 Surabaya

Surabaya, JMOL ** Adalah perahu patroli bernama ‘Lopa 1’. Kapal berbahan fiberglass berukuran 9,25m x 2,2m, berbobot 2 ton, serta menghabiskan dana Rp430 juta tersebut mampu mengangkut 9 penumpang. Dilengkapi 2 buah motor berkekuatan 200 PK, Lopa 1 mampu mencapai kecepatan 40 knot atau setara dengan 80 km/jam. Siapa sangka, Lopa 1 ternyata dibangun oleh 15 orang narapidana (Napi) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Surabaya dengan sentuhan tangan dingin seorang kreatif bernama Ali Yusa. “Satu-satunya struktur di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang terus mengeluarkan biaya tapi kurang pemasukan adalah Lapas. Sebagai ujung tombak pelaksanaan Undang-Undang No. 12 tahun 1995, Lapas merupakan tempat proses pendidikan kepada warga binaan agar kelak memiliki keterampilan,” terang Yusa kepada JMOL di ITS Surabaya. Ia menjelaskan, Lapas mengadakan kegiatan pembinaan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Pembinaan adalah segala usaha atau kegiatan yan

Perahu-perahu Mengagumkan Karya Narapidana Lapas Klas 1 Surabaya
Surabaya, JMOL ** Adalah perahu patroli bernama ‘Lopa 1’. Kapal berbahan fiberglass berukuran 9,25m x 2,2m, berbobot 2 ton, serta menghabiskan dana Rp430 juta tersebut mampu mengangkut 9 penumpang. Dilengkapi 2 buah motor berkekuatan 200 PK, Lopa 1 mampu mencapai kecepatan 40 knot atau setara dengan 80 km/jam. Siapa sangka, Lopa 1 ternyata dibangun oleh 15 orang narapidana (Napi) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas 1 Surabaya dengan sentuhan tangan dingin seorang kreatif bernama Ali Yusa. “Satu-satunya struktur di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang terus mengeluarkan biaya tapi kurang pemasukan adalah Lapas. Sebagai ujung tombak pelaksanaan Undang-Undang No. 12 tahun 1995, Lapas merupakan tempat proses pendidikan kepada warga binaan agar kelak memiliki keterampilan,” terang Yusa kepada JMOL di ITS Surabaya. Ia menjelaskan, Lapas mengadakan kegiatan pembinaan, rehabilitasi, dan reintegrasi. Pembinaan adalah segala usaha atau kegiatan yang bertujuan menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan potensi yang ada dalam diri manusia. “Semua kegiatan yang dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan harus bertujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan potensi yang ada di dalam diri Warga Binaan Pemasyarakatan secara terus-menerus dan terpadu,” kata Yusa. Menggandeng Fakultas Teknik Program Studi Teknik Perkapalan Universitas Muhammadiyah Surabaya, Yusa pun menginisiasi pelatihan pelatihan pembuatan kapal. Materi pelatihan yang diberikan adalah fiberglass, perkayuan, pengelasan, serta permesinan dan kelistrikan. “Keempat materi ini sekilas tidak menggambarkan pelatihan pembuatan kapal, agar psikologi dan kesiapan warga binaan tidak terbebani. Dengan memecah model pelatihan, warga binaan dapat memahami penerapannya di dunia kerja,” tutur Yusa. Selama tiga bulan dilakukan pelatihan tutorial dan pratikum. Pada bulan keempat, wujud pratikum mulai tampak. Pada hari bakti pemasyarakatan ke-42 tahun 2012, kapal patroli Lopa 1 karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas I Surabaya pun diluncurkan di Telaga Tlocor, Porong, Sidoarjo. Lopa 1 lantas digunakan sebagai patroli laut di sekitar Pulau Nusakambangan. Kapal patroli ini dikembangkan untuk memantau Lapas-Lapas yang berada di daerah kepulauan Indonesia. Pelatihan ini bahkan memberikan sertifikasi terhadap hasil pelatihan, sehingga setelah keluar Lapas, para warga binaan dapat masuk ke bursa kerja, dengan kompetensi memadai.   Banjir Pesanan Kini, program pelatihan mulai bervariasi. Beberapa jenis model speed boat telah dihasilkan mulai dari whaler, landing craft tank, dan perahu riset. Bahkan ada warga negara Swedia yang memesan 2 unit boat dan dioperasikan di Raja Ampat. LIPI Tual Maluku memesan 1 unit perahu riset biota dan perikanan. “Merasa ingin terus mengembangkan kegiatan ini ke skala nasional dan lebih meningkatkan mutu produk maka kerja sama dengan Pusat Kajian Poros Maritim KAA-ITS pun dilakukan,” ungkap Yusa. Ia berharap, kerja sama tersebut dapat mengkover pelatihan di 33 Kanwil dan meningkatkan mutu produk, sehingga dapat memenuhi kebutuhan atas Bakamla (kapal patroli) dan KKP (kapal ikan). “Program ini dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Produksinya pun efisien karena dapat dikerjakan dengan metode project bandling. Dan yang tidak kalah penting adalah mewujudkan masyarakat maritim,” pungkas Yusa. Sumber : jurnalmaritim.com

What's Your Reaction?

like
1
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0