Personal Branding Pembimbing Kemasyarakatan

Personal Branding Pembimbing Kemasyarakatan

Sabtu, 23 September 2023, sebuah pusat perbelanjaan di Dubai tampak riuh. Ribuan orang berdesakan. Antrean panjang mengular, atmosfer penuh ketegangan. Semua demi satu hal: berebut tempat untuk menjadi yang pertama mendapatkan iPhone 15. Antusiasme begitu tinggi, bahkan server pemesanan online sampai menyerah menghadapi serbuan pesanan yang terus membanjiri. Tak heran, ini bukan pertama kalinya peluncuran iPhone menciptakan kerusuhan.

Sebabnya jelas, setiap kali produk baru diluncurkan, ada sesuatu yang lebih dari sekadar penawaran teknologi gawai. Orang-orang tak hanya membeli sebuah ponsel, tetapi juga membeli simbol prestise dan inovasi. Apple, dengan strategi personal branding yang konsisten, telah berhasil menjadikan iPhone lebih dari sekadar perangkat komunikasi. Mereka membangun citra yang membuat orang merasa "lebih" dengan memilikinya—lebih modern, lebih eksklusif, dan lebih unggul.

Kekuatan dari personal branding sangatlah signifikan. Ketika sebuah brand mampu menanamkan nilai inti, seperti inovasi, kualitas, dan eksklusivitas dalam pikiran konsumen, produk mereka akan selalu memiliki daya tarik yang luar biasa. Dari sini, kita bisa belajar banyak tentang pentingnya personal branding, tidak hanya untuk produk seperti iPhone, tetapi juga untuk eksistensi dan citra sebuah profesi.

Tulisan ini berangkat dari topik menarik Webinar Series 6 BPSDM Hukum dan HAM. Mengangkat tajuk “Personal Branding ASN”, Dr. Yunus Triyonggo dari Gerakan Nasional Indonesia Kompeten dengan apik mengulas berbagai aspek penting seorang aparatur negara untuk membangun citra diri yang kuat sebagai pelayan masyarakat.

Dalam konteks terkait, branding bukan hanya tentang menciptakan logo atau slogan, namun juga proses strategis yang mendefinisikan siapa Anda dan bagaimana Anda ingin dikenal oleh masyarakat. Branding adalah seni. Ia berbeda dari marketing dan selling yang lebih berorientasi pada transaksi. Branding berkisah perihal penciptaan identitas yang mendalam dan emosional; tentang bagaimana orang melihat Anda, bagaimana orang memikirkan Anda atau produk Anda. Melalui branding, Anda menanamkan nilai-nilai yang akan membekas di benak konsumen, seperti kepercayaan, kualitas, dan integritas.

 

Menjadi Pembimbing Kemasyarakatan

Sebagai bagian dari sistem peradilan pidana, sistem penegakan hukum, dan sistem penanggulangan kejahatan, seorang Pembimbing Kemasyarakatan (PK) harus memiliki personal branding yang kuat. Yang mesti dipahami, personal branding yang efektif bukan hanya tentang pencitraan diri, tetapi juga tentang bagaimana individu dapat menciptakan dan menyampaikan nilai kepada orang lain. Dalam dunia personal branding, ini dikenal dengan istilah value creation atau penciptaan nilai. Bagi penulis, terdapat tiga aspek yang dapat menjadi modal penting bagi penciptaan nilai seorang PK.

Pertama, keahlian dan keingintahuan. Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) adalah salah satu tugas penting seorang PK yang membutuhkan pengetahuan multi-disipliner untuk mengolah dan menganalisis kebutuhan Klien Pemasyarakatan berdasarkan data atau informasi yang diperoleh. Keahlian dalam bidang psikologi, sosiologi, kriminologi, neurologi, dan hukum sangat diperlukan untuk memahami kompleksitas kasus-kasus yang dihadapi.

Selain itu, rasa ingin tahu yang tinggi mendorong PK untuk terus bertanya dan menggali informasi demi meningkatkan validitas hasil penelitian. Seorang PK tidak boleh serta-merta melakukan simplifikasi pada Klien dengan mengatakan mereka psikopat atau sosiopat hanya karena kejahatan yang dilakukan terkesan kejam di mata masyarakat. Boleh jadi, mereka bertindak demikian sebagai ruang mencari perhatian orang terkasih atau hasil transmisi dari kebiasaan konsumsi media informasi yang berbau tragis dan mengenaskan. Dengan demikian, PK dapat memberikan intervensi yang lebih relevan dan tepat sasaran bagi Klien.

Kedua, kemampuan empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain. Seorang PK harus mampu menempatkan diri dalam posisi Klien dan memahami konteks yang melatarbelakangi perilaku mereka. Dengan empati, PK dapat membangun hubungan lebih baik dengan Klien, membuat mereka merasa diterima dan dipahami. Ini sangat penting dalam proses rehabilitasi dan integrasi di mana Klien terkadang merasa terisolasi dan dilabelisasi oleh masyarakat. Melalui empati, PK tidak hanya membangun kepercayaan, tetapi juga membantu Klien merasa aman untuk berbagi pengalaman dan perasaan.

Ketiga, integritas dan keteladanan. Sebagai seorang pembimbing, PK harus mampu menjadi role model di lingkungan masyarakat. Sikap ini termanifestasi dalam tindakannya yang etis, jujur, dan keselarasan antara kata dan perbuatan, baik dalam interaksi dengan Klien maupun di ruang publik. Ketika para PK bertindak demikian, maka para Klien akan merasakan validitas atas setiap tuntunan dan arahan yang dianjurkan serta kewibawaan mereka tetap terjaga.

 

Sebagai Agen Perubahan

Memotret ke depan, peran PK makin krusial dalam pembaruan hukum pidana. Tak hanya terlibat pada proses Litmas Tersangka Dewasa sebagai bagian dari pertimbangan hakim, tetapi juga menjadi ujung tombak dalam implementasi alternatif pemidanaan berbasis masyarakat, seperti pidana kerja sosial dan pidana pelayanan masyarakat. Dalam konteks inilah branding PK menjadi sangat penting.

Seperti halnya iPhone yang selalu dicari tanpa perlu “menjual” secara agresif, PK dengan branding yang kuat akan menarik perhatian para penegak hukum dengan sendirinya untuk senantiasa dilibatkan dalam proses peradilan, rehabilitasi, dan integrasi. Toh, nilai jual mereka telah melekat sebagai pengambil keputusan yang andal, pendamping yang empati, dan pengayom keadilan sosial. Kehadiran PK pun dipandang mampu menggenapkan dan ketiadaannya dipandang sebagai suatu keganjilan.

Pada akhirnya, keterlibatan PK tidak hanya sekadar formalitas, tetapi menjadi entitas yang meningkatkan kualitas. Dari kualitas putusan, hingga kualitas pemulihan. Di tengah dunia hukum yang dinamis dan penuh transformasi, PK dengan branding yang kuat akan selalu dihormati dan dicari, sebagaimana iPhone yang terus dinanti dengan seri-seri yang terkini. Semoga dapat menjadi bahan introspeksi. Demi kebaikan diri, kemajuan institusi, dan suksesi kabinet merah-putih. (IR)

 

Penulis: Moch. Fauzan Zarkasi (PK Bapas Kelas I Makassar)

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
1
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0