Semarang - Program deradikalisasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) perlu dievaluasi secara menyeluruh. Pendekatan yang lebih banyak menekankan pada re-edukasi tentang ideologi negara atau wawasan kebangsaan dinilai tidak memberikan perubahan berarti dalam perubahan pola pikir WBP terorisme. Selain itu pemberian kewirausahaan tanpa persiapan yang baik dan rencana kesinambungan juga dinilai tidak berhasil maksimal dalam mengangkat ekonomi mantan WBP maupun perubahan perilaku.
Hal ini terungkap dalam hasil asesmen DASPR-Daya Makara Universitas Indonesia, sejak Juli 2017. Dalam acara “Diseminasi Evaluasi Program Deradikalisasi di dalam Lembaga Pemasyarakatanâ€, di Jakarta, 8 Februari 2018.
Faisal Magrie, Koordinator Program DASPR Daya Makara UI, program-program yang bersifat inklusif seperti Management Training dan Life Management Training (CMT-LMIT) merupakan praktik terbaik karena sifatnya yang partisipatif dan menyentuh keterampilan yang mereka butuhkan ketika dalam Lapas maupun saat mereka menjalani reintegrasi sosial.
“Menurut asesmen kami, ada program yang sangat sangat ideal untuk dilaksanakan meskipun tentu belum belum sempurna tapi dapat dijadikan best practice (praktik terbaik). Program seperti Conflict Management Training dan Life Management Training (CMT-LMT) yang dilaksanakan oleh Search for Common Ground†ujarnya.
Program ini menurut Faisal, sejak penyusunan modul, pelatihan untuk pelatih, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi disusun secara partisipatif melibatkan petugas pemasyarakatan, ahli di bidang psikologi, keamanan dan transformasi konflik.
Menurut Sigit Budiyanto, Kepala Sub-direktorat Kerjasama Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) mengakui pendekatan CMT-LMT memberi dampak yang sangat baik bukan hanya bagi WBP tapi juga bagi petugas pemasyarkatan. “CMT-LMT ini mengandung nilai-nilai toleransi, kebangsaan dan menghormati keberagaman budaya. Dalam situasi Lapas-Rutan yang penuh tantangan, pelatihan ini mampu membangun kepercayaan antara WBP dan petugas. Trust (kepercayaan) ini adalah factor yang sangat penting dalam program-program de-radikalisasi. Petugas-petugas kami yang telah menerima CMT-LMT relatif masih dipercaya WBP terorisme dan ini membuat program-program de-radikalisasi menjadi lebih mungkin dilaksanakan†pungkasnya.
DASPR Daya Makara UI sebagai asesor melakukan evaluasi pada sejumlah organisasi yang melakukan program-program deradikalisasi dalam Lapas termasuk di dalamnya Search for Common Ground (SFCG), Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP), Center for Detention Studies (CDS), dan United Nation Inter-regional Crime Justice Research Institute (UNICRI).
Asesmen dilakukan di Lapas Cipinang, Lapas Cibinong, Lapas Semarang, dan Lapas Pasir Putih dan menemui WBP terorisme dan para petugas lapas yang bersentuhan langsung dengan mereka. Sebagai pembanding, DASPR Daya Makara UI juga menemui para eks-WBP terorisme yang pernah menerima program deradikalisasi dalam lapas. Hasilnya program CMT-LMT yang dilaksanakan SFCG adalah praktik terbaik deradikalisasi dalam Lapas.
Temuan penelitian ini menurut Faisal Magrie merekomendasikan agar program-program de-radikalisasi dalam Lapas sebaiknya menggunakan pendekatan yang inklusif dan melibatkan secara aktif petugas-petugas pemayarakatan yang dipercaya oleh WBP-teroris.
sumber:Â DASPR Daya Makara UIÂ