Belasan Napi Lapas Wirogunan Bicara Korupsi Lewat Puisi

Yogyakarta - Suasana kaku dan seram ala penjara sama sekali tak tergambar di aula lantai satu Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Kota Yogyakarta, Selasa, 15 Maret 2016. Sejumlah narapidana dengan kaus biru akrab membaur dengan petugas, serta para penyair dan seniman dari kelompok Puisi Menolak Korupsi. Tak ada pentungan atau borgol di aula yang didesain sederhana itu. Justru para narapidana dan petugas berkolaborasi, bergantian membaca puisi, memainkan musik, dan mendiskusikan hal bertema korupsi. Siang itu menjadi momentum yang langka terjadi di penjara Indonesia. Berkat upaya kelompok penyair dari Puisi Menolak Korupsi, acara musikalisasi yang selama ini hanya mereka gelar untuk warga umum, kali pertama bisa digelar dipenjara. “Kami butuh feedback soal kampanye antikorupsi ini dari sisi pelaku agar membuka pikiran yang selama ini didominasi media tentang korupsi yang selalu pada sudut padang hukum positif,” ujar koordinator kelompok Puisi Menolak Korups

Belasan Napi Lapas Wirogunan Bicara Korupsi Lewat Puisi
Yogyakarta - Suasana kaku dan seram ala penjara sama sekali tak tergambar di aula lantai satu Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Kota Yogyakarta, Selasa, 15 Maret 2016. Sejumlah narapidana dengan kaus biru akrab membaur dengan petugas, serta para penyair dan seniman dari kelompok Puisi Menolak Korupsi. Tak ada pentungan atau borgol di aula yang didesain sederhana itu. Justru para narapidana dan petugas berkolaborasi, bergantian membaca puisi, memainkan musik, dan mendiskusikan hal bertema korupsi. Siang itu menjadi momentum yang langka terjadi di penjara Indonesia. Berkat upaya kelompok penyair dari Puisi Menolak Korupsi, acara musikalisasi yang selama ini hanya mereka gelar untuk warga umum, kali pertama bisa digelar dipenjara. “Kami butuh feedback soal kampanye antikorupsi ini dari sisi pelaku agar membuka pikiran yang selama ini didominasi media tentang korupsi yang selalu pada sudut padang hukum positif,” ujar koordinator kelompok Puisi Menolak Korupsi wilayah Yogyakarta, RB Edi Pramono. Acara musikalisasi puisi di Yogyakarta yang menginjak tahun ke-37 ini, kata Pramono, bisa menjadi masukan bagi khalayak, khususnya sastrawan. Hal ini terutama saat mereka membuat karya agar tak melulu monoton dengan posisi pelaku sebagai obyek. “Tapi bisa balance, menghadirkan karya yang berempati khususnya pada kondisi pasca-vonis pengadilan, dan relevan dengan keseharian para napi,” ujar Pramono. Pramono bercerita, sebelum 15 narapidana kasus korupsi bergantian membacakan karya puisi Pramono yang berjudul “Kutulis Sajak Ini dari Balik Jeruji” yang dicuplik dari antologi yang dirilis komunitasnya, seorang narapidana protes. Napi itu memprotes dan menolak membaca bait tengah puisi yang dibuat Pramono karena dinilai tak sesuai dengan realita yang dialaminya. Dalam puisi itu, Pramono merekam peristiwa pada 2010, saat terungkapnya penjara mewah Artalyta Suryani alias Ayin, narapidana di Rumah Tahanan Pondok Bambu Jakarta Timur. Ayin tersangkut kasus suap jaksa Urip Tri Gunawan. “Di sini penjaranya sama sekali tidak mewah, dan tidak ada yang dispesialkan,” ujar Pramono menirukan protes napi itu. Akhirnya semua napi yang membacakan puisi itu bersepakat menghilangkan bagian bait puisi yang bercerita mewahnya penjara ala Ayin. “Dari pengalaman interaksi ini, para penyair jadi lebih memahami kompleksitas puisi, membuat puisi butuh riset, agar bisa mencapai tujuan mencerahkan,” ujar Heru Mugiyarso, inisiator terbentuknya komunitas Puisi Menolak Korupsi itu. Kepala Lapas Wirogunan Zaenal Arifin menuturkan acara musikalisasi di lapas ini menjadi pertama yang digelar untuk Yogyakarta. Sebab, perizinan untuk menggelar event ini harus melalui prosedur ketat atas izin Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. “Dari event ini, kami berharap bisa menumbuhkan kesadaran dan menyentuh hati para napi, khususnya kasus korupsi, agar saat bebas, kembali ke jalan yang lebih baik,” ujar Zaenal. Dalam acara itu, terpidana mati kasus narkoba asal Filipina, Mary Jane Veloso, berhalangan ikut serta karena mengikuti bimbingan rohani yang menjadi jadwal rutinnya.(Pribadi Wicaksono) Sumber : TEMPO.CO

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0