Berdayakan Perempuan lewat Perca

Wanita mantan penghuni lapas kerap kali kesulitan setelah kembali ke masyarakat. Pemberdayaan keterampilan selama di penjara telah berhasil membuat mereka mandiri dan sejahtera. Kain perca bagi sebagian orang boleh jadi dianggap sebagai sampah. Namun, tidak bagi Titin Agustina. Perempuan penggagas Tim Kraviti asal Bandung ini justru menjadikan kain perca sebagai produk kreatif yang mengangkat kesejahteraan kaum perempuan. Melalui kain perca Tina—begitu Titin Agustina biasa disapa—mampu mengangkat harkat dan kepercayaan diri para penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Wanita Sukamiskin, Bandung. Sejak awal 2012, Tina yang menjabat sebagai direktur Kraviti secara tekun memberikan pelatihan selama kurang lebih sebulan kepada para penghuni lapas. “Saya mulai membina ibu-ibu binaan di Lapas Wanita Sukamiskin sejak dua tahun lalu. Awalnya ide tersebut terbesit dari problem kriminalitas yang pelik dan susah diurai dari pemerintah setempat. Karena itu, saya mencoba untu

Berdayakan Perempuan lewat Perca
Wanita mantan penghuni lapas kerap kali kesulitan setelah kembali ke masyarakat. Pemberdayaan keterampilan selama di penjara telah berhasil membuat mereka mandiri dan sejahtera. Kain perca bagi sebagian orang boleh jadi dianggap sebagai sampah. Namun, tidak bagi Titin Agustina. Perempuan penggagas Tim Kraviti asal Bandung ini justru menjadikan kain perca sebagai produk kreatif yang mengangkat kesejahteraan kaum perempuan. Melalui kain perca Tina—begitu Titin Agustina biasa disapa—mampu mengangkat harkat dan kepercayaan diri para penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Wanita Sukamiskin, Bandung. Sejak awal 2012, Tina yang menjabat sebagai direktur Kraviti secara tekun memberikan pelatihan selama kurang lebih sebulan kepada para penghuni lapas. “Saya mulai membina ibu-ibu binaan di Lapas Wanita Sukamiskin sejak dua tahun lalu. Awalnya ide tersebut terbesit dari problem kriminalitas yang pelik dan susah diurai dari pemerintah setempat. Karena itu, saya mencoba untuk masuk ke lapas dan memberikan pelatihan kepada mereka,” ungkap Tina kepada KORAN SINDO di rumah produksi Kraviti, di Bandung, beberapa waktu lalu. Awalnya Tina berpikir untuk memasukkan proposal pelatihan ke lapas wanita karena menurutnya para tahanan wanita itu tidak punya kesibukan berarti. Padahal, jika mereka diberikan pelatihan keterampilan, bekal tersebut bisa bermanfaat ketika mereka keluar dari penjara. “Ketika itu sambutan petugas penjara dan tahanan wanita sangat antusias. Ada yang memang menjadi hobi dan ada juga yang sekedar ikut,” kata Tina. Hingga saat ini tahanan wanita yang antusias bergabung dengan Kraviti berjumlah 10 orang, di mana dari 10 orang tersebut sudah ada tiga orang yang mampu membuat produk interior dari kain perca dengan kualitas sangat baik. “Saya melihat kebanyakan dari tahanan wanita tersebut ternyata tidak memiliki keterampilan. Padahal, dengan status sebagai mantan tahanan mereka akan sulit mendapatkan pekerjaan ketika keluar nanti,” urai Tina. Saat ini Tina bersama delapan orang temannya tengah membuat konsep rumah kolase untuk mengakomodasi kalangan marginal seperti mantan tahanan dalam mendapatkan pekerjaan. Dia ingin membuat fasilitas tersebut mampu menjadi wadah bagi mereka untuk bisa berkreasi dan beraktualisasi. Selama ini karya-karya penghuni lapas dijual secara online melalui Kraviti untuk kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam tabungan mereka. Tidak jarang, Kraviti juga mengikutkan aneka produk perca tersebut di dalam berbagai ajang pameran. Tak hanya kepada penghuni lapas, Tina juga memberdayakan ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumahnya di wilayah Ligar Mayang, Bandung. Pemberdayaan ini dia lakukan sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan dan pengangguran di kawasan tersebut. “Saya terjun langsung melibatkan ibu-ibu di sekitar rumah. Awalnya saya berangkat dari kondisi di kawasan tersebut, di mana banyak ibu-ibu yang suaminya tidak bekerja, tetapi mereka memiliki keinginan untuk membantu keuangan keluarga. Merekalah yang akhirnya saya ajak,” kata Tina. Menurut Group Head Corporate Secretary Bank Mandiri Nixon LP Napitupulu, melalui program Mandiri Bersama Mandiri Challenge pada 2012, Bank Mandiri telah memberikan penghargaan kepada Kraviti atas pengabdiannya memberikan pelatihan dan pembinaan kepada para penghuni Lapas Wanita Sukamiskin. Tina sebagai social entrepreneur dinilai memiliki komitmen yang kuat terhadap pemberdayaan masyarakat. “Komitmen Kraviti patut diapresiasi. Usaha Tina telah mampu memengaruhi komunitas di sekitarnya. Apa yang dia lakukan memiliki impact sosial yang bisa dirasakan masyarakat secara langsung. Ini sesuai tanggung jawab sosial Bank Mandiri dalam rangka memberikan penghargaan bagi pihak atau pengusaha yang memiliki jiwa-jiwa sosial,” katanya.   Sumber: http://www.koran-sindo.com/

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0