Mataram, INFO_PAS - Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Mataram kembali menggelar bimbingan kepribadian bagi klien Pemasyarakatan, Selasa (4/12). Diikuti 124 klien Pemasyarakatan, bimbingan kepribadian dikemas dalam tausyiah agama yang disampaikan oleh Ustaz H. Kurdi di Aula Bapas Mataram.
Pada kesempaan itu, Ustaz H. Kurdi menyampaikan tausyiah berisi empat nasihat utama kepada klien Pemasyarakatan. Kisah seorang ibu dan pemuda miskin menjadi kisah paling menyentuh hati bagi klien.
Kisah ibu dan pemuda miskin ini menceritakan tentang seorang janda miskin yang tinggal dengan anak laki-lakinya di sebuah desa. Sang ibu akhirnya meminta sang anak untuk bekerja di kota untuk mencari nafkah. Sang anak pun mengikuti kehendak ibunya dan bekerja di sebuah pasar sebagai kuli pada pagi hingga sore, dan saat petang dia kembali ke rumahnya. Beberapa lama bekerja di pasar, sang pemuda akhirnya berkenalan dengan seorang gadis dan lambat laun saling jatuh cinta satu sama lain.
Suatu hari, sang gadis pujaan meminta sang pemuda untuk menikahinya. Sang pemuda pun menyampaikan keinginan untuk menikah itu kepada ibunya. Diluar dugaan sang pemuda, sang ibu ternyata menolak keinginan anak kesayangannya itu. Lama membujuk rayu ibunya, namun tak kunjung membuahkan hasil, sang pemuda pun mendapatkan ultimatum dari sang gadis. Sang gadis memberikan dua pilihan sulit bagi sang pemuda.
Kata sang gadis, jika pemuda itu memilih ibunya, maka dia harus meninggalkan sang gadis. Sebaliknya, jika ia memilih sang gadis, maka ia harus meninggalkan ibunya dan membawa kepala ibunya pada sang gadis. Bimbang pun melanda sang pemuda dan setan pun mengambil celah itu untuk menggoda sang pemuda. Sang pemuda akhirnya terbujuk rayu setan dan akhirnya memilih sang gadis.
Sang pemuda pun tega memenggal kepala ibunya untuk dibawa kepada sang gadis. Saat perjalanan dalam perjalanan menuju rumah sang gadis, karung yang digunakannya untuk membawa kepala ibunya tiba-tiba menggelundung. Dengan kuasa Allah, kepala ibunya yang putus itu tiba-tiba bisa berbicara. Saat berbicara, kepala sang ibu bukannya memaki perbuatan keji anaknya, namun justru menasihati anaknya. "Anakku, berhati-hatilah," pesan sang ibu.
"Kasih sayang ibu itu tidak pernah luntur dalam kondisi apapun. Kasih sayang ibu sangatlah besar, namun ada kasih sayang yang lebih besar dari itu. Yakni, kasih sayang Allah SWT," ujar Ustaz Kurdi.
Ia menyampaikan sebagai hamba Allah manusia wajib melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya karena telah bisa berkumpul kembali dengan keluarganya. Klien diajarkan untuk membaktikan diri kepada orang tua.
“Dalam keadaan dan kondisi apapun, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, tetaplah bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan," tandasnya.
Sementara itu, Pembimbing Kemasyaratan Bapas Mataram, H. Tirmizi, mengingatkan kewajiban peserta sebagai klien Pemasyarakatan, yakni wajib mensyukuri nikmat Allah berupa kesempatan untuk berkumpul kembali dengan keluarga melalui program reintegrasi yang diberikan pemerintah.
Salah satu cara bersyukur adalah dengan tidak lagi mengulang tindak pidana serta ikut berpartisipasi aktif dalam masyarakat dalam membangun negara. "Jangan lagi mengulang tindak pidana maupun melakukan hal-hal yang meresahkan masyarakat," pesan Tirmizi.
Kontributor: Bapas Mataram