Geliat Pabrik Kue di Balik Jeruji Besi, Rutan Medaeng Siapkan Roti Limited Edition

Surabaya - Usaha pembuatan kue dan roti di bui Rutan Kelas I Surabaya (Medaeng) sudah berumur lebih dari empat tahun. Resep eksistensi pabrik makanan tersebut adalah memenuhi selera pasar. Saat Ramadan dan Lebaran, order kue berdatangan. Andi Nugroho tampak serius menakar bahan adonan kue bolu panggang. Sesekali, pria 38 tahun itu lari menuju mixer roti untuk mengecek kelembutan adonan yang dikocok dengan mesin otomatis tersebut. Yakin adonan yang dibuat bakal berhasil menjadi kue yang lezat, Andi langsung mengangkat dan menuangkannya ke loyang. Tidak lupa, sebelum dipanggang, bagian atas adonan ditaburi abon sapi. Abon diratakan hingga menutup permukaan. Agar rasa makin nikmat, ditambahkan parutan keju. ’’Ini merupkan kue jenis baru,’’ tutur Andi terus terang. Variasi roti sengaja diciptakan pria asal Semarang tersebut agar pelanggan tidak bosan. Selain roti abon keju, ada beragam jenis kue manis dengan cita rasa anyar. Di antaranya, ku

Geliat Pabrik Kue di Balik Jeruji Besi, Rutan Medaeng Siapkan Roti Limited Edition
Surabaya - Usaha pembuatan kue dan roti di bui Rutan Kelas I Surabaya (Medaeng) sudah berumur lebih dari empat tahun. Resep eksistensi pabrik makanan tersebut adalah memenuhi selera pasar. Saat Ramadan dan Lebaran, order kue berdatangan. Andi Nugroho tampak serius menakar bahan adonan kue bolu panggang. Sesekali, pria 38 tahun itu lari menuju mixer roti untuk mengecek kelembutan adonan yang dikocok dengan mesin otomatis tersebut. Yakin adonan yang dibuat bakal berhasil menjadi kue yang lezat, Andi langsung mengangkat dan menuangkannya ke loyang. Tidak lupa, sebelum dipanggang, bagian atas adonan ditaburi abon sapi. Abon diratakan hingga menutup permukaan. Agar rasa makin nikmat, ditambahkan parutan keju. ’’Ini merupkan kue jenis baru,’’ tutur Andi terus terang. Variasi roti sengaja diciptakan pria asal Semarang tersebut agar pelanggan tidak bosan. Selain roti abon keju, ada beragam jenis kue manis dengan cita rasa anyar. Di antaranya, kue manis dengan topping selai bluberry, stroberi, dan cokelat. Khusus produk baru, mereka selalu mengeluarkan dalam jumlah terbatas. Mereka khawatir para pembeli tidak suka. Sebab, hanya sebagian penghuni rutan senang dengan variasi roti anyar. Pelaku tindak pidana di penjara, menurut Andi, justru lebih suka dengan roti yang digoreng daripada dipanggang. Misalnya, donat dan roti goreng isi pisang berlapis gula putih. ’’Di sini (rutan) yang penting mengenyangkan dan harganya murah,’’ ujar napi kasus penggelapan yang divonis pidana selama dua tahun penjara itu. Saat ini harga roti yang dijual di rutan pun sudah melonjak. Dulu harga sebuah roti mencapai Rp 3.000. Sekarang harga sudah naik menjadi Rp 4.000 per biji. Meski harga naik, produksi roti yang menembus 300 buah per hari tetap laku. Bahkan, banyak pelanggan di blok wanita (W) yang selalu pesan roti jenis baru. Tidak sekadar membeli, mereka juga sering memberikan masukan agar roti lebih enak. Masukan itu pun menjadi referensi Andi dan empat tahanan lain yang tengah belajar membuat roti. ’’Sebelum saya bebas nanti, di sini sudah harus ada pengganti saya sebagai chef khusus untuk membuat roti,’’ jelas pria yang dijadwalkan bebas pada 28 September 2016 mendatang. Ahmad K. Rudyansah, Arif Setyobudi, dan Aliif Nizar A. yang saat ini bergabung dalam usaha roti rutan ’’berguru’’ kepada Andi. Mereka senantiasa memperhatikan pembuatan dengan saksama. Dalam kurun waktu sebulan, mereka diwajibkan menguasai satu buah resep roti. ’’Kami harus selektif memilih pegawai di sini,’’ tegas Agus Wisnu Broto, pengawas produksi bakery di rutan. Sebab, tidak semua penghuni yang melamar menjadi pegawai memiliki niat tulus bekerja. Ada di antara mereka yang hanya ingin coba-coba. Akhirnya, belajar membuat roti pun asal-asalan. Kasubsi Bimbingan Kerja Rutan Kelas I Surabaya Tri Wibawa tidak menampiknya. Dia menyatakan bahwa syarat untuk dapat bergabung di bidang usaha roti bukan hanya niat, tetapi juga kondisi ’’pelamar.’’ ’’Ini produksi makanan. Jadi, kami juga harus memperhatikan aspek kebersihan,’’ katanya. Itulah yang membuat regenerasi chef pembuat roti tidak gampang. Bawa sering sulit mencari tahanan atau napi yang bisa membikin roti. Tidak sekadar pandai dalam hal rasa, tetapi mereka juga harus memperhatikan faktor penjualan. Meski regenerasi tidak gampang, Bawa yakin usaha kuliner di balik jeruji besi akan terus berjalan. Bahkan, mereka sudah menargetkan Lebaran mendatang memproduksi kue kering sebagai antaran. Saat Ramadan seperti sekarang, jumlah pesanan kue meningkat. Banyak pegawai penjara yang memesan kue untuk buka puasa bagi penghuni penjara. Sedikitnya ada 50 kue yang dipesan setiap hari. ’’Tiap Ramadan kami selalu dapat pesanan,’’ ungkap Bawa.(Maya Apriliani/c14/nda/sep/JPG)   Sumber : jawapos.com        

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0