Jalani Ramadan ala Penghuni Rutan

Samarinda - Merayakan Ramadan juga dilakukan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Meskipun terkungkung dalam penjara, mereka juga ingin beribadah. Mulai bercengkerama dengan keluarga, berpuasa, iktikaf, Tarawih, tadarus, hingga pesantren Ramadan. Pun begitu dengan keluarga WBP. Ramadan seharusnya dirayakan bersama dengan orang terkasih. Jangan heran jika tingkat besukan ke Rumah Tahanan Klas IIA Samarinda meningkat. “Kalau Ramadan pasti ada peningkatan signifikan. Nah, selain menambah jam besuk, yang pagi sudah dibesuk, tidak boleh besuk lagi di sore harinya. Biar semua kebagian,” ungkap Kepala Rutan Klas IIA Samarinda RM Christio Nugroho. Geliat nuansa religius juga terasa. Sebab, tiap pagi ada pesantren Ramadan yang bisa diikuti WBP. Sayangnya, tak semua yang berminat. Padahal, pesantren Ramadan termasuk bagian dari kegiatan pembinaan rohani. Meski tak banyak, dia menyambut bagus apresiasi WBP yang tak sungkan mengikuti kegiatan pesantren Ramadan. “Merek

Jalani Ramadan ala Penghuni Rutan
Samarinda - Merayakan Ramadan juga dilakukan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Meskipun terkungkung dalam penjara, mereka juga ingin beribadah. Mulai bercengkerama dengan keluarga, berpuasa, iktikaf, Tarawih, tadarus, hingga pesantren Ramadan. Pun begitu dengan keluarga WBP. Ramadan seharusnya dirayakan bersama dengan orang terkasih. Jangan heran jika tingkat besukan ke Rumah Tahanan Klas IIA Samarinda meningkat. “Kalau Ramadan pasti ada peningkatan signifikan. Nah, selain menambah jam besuk, yang pagi sudah dibesuk, tidak boleh besuk lagi di sore harinya. Biar semua kebagian,” ungkap Kepala Rutan Klas IIA Samarinda RM Christio Nugroho. Geliat nuansa religius juga terasa. Sebab, tiap pagi ada pesantren Ramadan yang bisa diikuti WBP. Sayangnya, tak semua yang berminat. Padahal, pesantren Ramadan termasuk bagian dari kegiatan pembinaan rohani. Meski tak banyak, dia menyambut bagus apresiasi WBP yang tak sungkan mengikuti kegiatan pesantren Ramadan. “Mereka yang mau ingin ibadahnya bertambah khusyuk lagi bisa mengikuti pesantren Ramadan. Hal itu bagus sekali,” imbuhnya. Dengan kapasitas awal 350 orang, kemudian ditata lagi sehingga kapasitas meningkat 535 orang. Namun, penghuni tetap saja over kapasitas. Bahkan, rutan sejak tahun lalu selalu dihuni lebih dari seribu orang. Nah, mengeluarkan lebih dari seribu orang pada malam hari tentu berisiko. Belum lagi kapasitas masjid yang tidak muat menampung seluruh WBP. Walhasil, untuk kegiatan salat Tarawih, rutan menggunakan sistem giliran. Tiap malam, hanya ada sekitar 300 WBP yang bisa salat Tarawih. “Itu pun kami sudah memasang tenda. Sebab kapasitas masjid di rutan tidak sampai ratusan,” jelasnya. Seperti masjid umumnya, selepas Tarawih, WBP juga tadarus. Mengingat, tak sedikit WBP yang memiliki kemampuan mengaji yang cukup baik dan suara yang merdu.  Hal itu juga diharapkan bisa menjadi terapi rohani para WBP.(*/nyc/er/k8) Sumber : kaltim.prokal.co

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0