Yogyakarta - Kembali ke masyarakat dan mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan masa hukuman di lembaga pemasyarakatan (Lapas), bukanlah hal yang mudah.
Pandangan sebelah mata terhadap mantan narapidana terkadang menjadi beban tersendiri saat mencari pekerjaan.
Namun dengan kemauan yang kuat serta kejelian serta dapat mengambil peluang, menjadi kunci utama dalam mengukir lembar baru.
Seperti yang dilakukan oleh Nuraini Yeti, salah satu klien Bapas Kelas 1 Yogyakarta.
Walaupun dulunya sempat bekerja di salon kecantikan, namun Yeti kini tidak canggung beralih profesi berjualan angkringan.
Di bawah pendampingan Bapas, dirinya saat ini menjadi pengusaha angkringan. Yeti bekerjasama dengan Bapas membuka angkringan yang setiap hari menempati halaman depan kantor Bapas Kelas 1 Yogyakarta.
Yeti mengisahkan, usaha angkringan Bapas ini bermula saat dua tahun lalu Yeti menyelesaikan masa hukuman di Lapas Wirogunan Yogyakarta.
Saat itu ia mengaku sempat kebingungan dalam meneruskan langkah hidupnya setelah keluar dari Lapas.
"Begitu keluar Lapas Wirogunan, kami (Yeti dan mantan warga binaan lainnya) dipanggil untuk mendapatkan dana sosial di Bapas. Kami kemudian juga mendapatkan pelatihan," ujarnya saat membuka lapak di Bapas Jumat Expo yang digelar di halaman Bapas Kelas I Yogyakarta, Jalan Trikora Yogyakarta, Jumat (22/4/2016).
Pelatihan kewirausahaan didapatkan Yeti selama mendapatkan pendampingan dari Bapas. Saat itu, ia bersama rekan-rekannya mendapatkan dana sosial sebesar Rp 2 juta.
Dengan uang sejumlah itu ia harus berpikir keras agar dapat dijadikan modal menyambung hidup.
"Setelah selesai pelatihan, kami diajak untuk bikin angkringan. Awal buka angkringan itu saya dan tiga orang teman dibantu Bapas," ungkap Yeti.
Mereka mengumpulkan dana sosial yang dimiliki untuk membuka angkringan. Yeti mengatakan, saat awal pendirian angkringan ia harus berjuang dalam menggaet pembeli. Pulang ke rumah di saat orang biasa tertidur lelap dilakoninya.
Seiring berjalannya waktu, tiga orang temannya mundur karena berbagai alasan. Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk hidup lebih baik. Dengan ketekunannya sekarang usaha angkringannya semakin maju.
Hampir semua makanan yang tersedia di gerobak warna hijau miliknya merupakan hasil masakan sendiri. Mulai nasi kucing yang berisi nasi dan sambal teri hingga aneka lauk pelengkap.
"Kalau dulu di salon istilahnya kerja bersih, sekarang kerjanya belepotan ya gapapa dinikmati saja. Soalnya hampir semua masakan di sini buatan sendiri cuma beberapa kue yang titipan orang lain," tuturnya.
Angkringan yang diberi nama angkringan Bapas sekarang selalu ramai di malam hari. Masyarakat maupun komunitas silih berganti datang ke angkringan untuk menghabiskan malamnya di kawasan Alun-alun Utara Yogyakarta.
Kini, angkringan yang ditekuni Yeti bukan hanya bisa menghidupi dirinya sendiri. Ketekunannya dalam usaha angkringa membuat lapangan pekerjaan bagi tiga orang karyawannya.
Dengan nada bangga ia menceritakan, Angkringan Bapas saat ini dijadikan salah satu percontohan bagi klien Bapas yang lain di Indonesia.
Selain keberhasilan usaha angkringan, pada Bapas Jumat Expo kali ini banyak hasil karya klien Bapas Kelas 1 Yogyakarta yang dipamerkan.
Makanan olahan, telur asin, camilan, kaos sablon, hingga burung peliharaan hasil penangkaran klien Bapas berjajar di stand Expo.
"Ini Expo yang kedua, total ada 18 klien kami termasuk angkringan yang ikut meramaikan," ungkap Tulus Basuki, Kepala Bapas Kelas 1 Yogyakarta.
"Ini sebagai ajang memamerkan produk klien. Harapanya dapat kembali ke masyarakat dan meningkatkan perekonomian mereka," tambahnya.
Namun pada expo kali ini bukan hanya usaha para klien bapas namun juga dipamerkan. Beberapa hasil karya dari Lapas yang ada di Yogyakarta seperti Lapas Wirogunan Yogyakarta dan Lapas Pajangan Bantul ikut meramaikan expo.
Tulus menambahkan acara ini sudah kedua kalinya diadakan. Rencananya Bapas Jumat Expo akan dilakukan rutin sebulan sekali.
Bahkan, Bapas merencanakan akan mencoba mengikutkan hasil karya para klien tersebut ke Pasar Sekaten Yogyakarta yang diadakan setahun sekali.(jihad akbar)
Sumber : tribunjogja.com