Malang, INFO_PAS - Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIA Malang mendapat kehormatan menjadi tempat dilaksanakannya uji baca dan uji lapangan dalam rangka pengembangan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) usia dewasa di rumah tahanan (rutan) dan lapas seluruh Indonesia. Kegiatan ini disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Kesehatan Keluarga bersama Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) melalui Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi pada Selasa (21/11).
Sebelumnya, rangkaian kegiatan yang berdurasi tiga hari ini telah didahului oleh koordinasi dan konsolidasi dengan Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Timur pada Minggu (19/11), dilanjutkan dengan kegiatan uji baca serta diskusi lintas program dan lintas sektoral bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, Dinkes Kota Malang, Kepala Puskesmas Wilayah Kerja, dan pengelola program Kesehatan Reproduksi (Kespro) Kesehatan Ibu & Anak (KIA) – Keluarga Berencana sehari kemudian, Senin (20/11).
Kegiatan diakhiri dengan uji lapangan pada lapas terpilih, yakni Lapas Perempuan Malang dan Lapas Malang di hari ketiga. “Kami sungguh beruntung dijadikan
pilot project untuk lapas perempuan seluruh Indonesia. Tentunya program kesehatan yang apik tidak lepas dari kerja keras seluruh jajaran lapas, tim kesehatan yang terdiri dari dokter, tiga perawat dan sumber daya manusia terlatih lainnya, serta dukungan penuh dari mitra jejaring terkait program,†tutur Anis Joeliati selaku Kepala Lapas Perempuan Malang.
[caption id="attachment_52564" align="aligncenter" width="300"]

uji coba dan uji lapangan di LPP Malang[/caption]
Senada dengan Anis, dr. Wisnu Trianggono dari Kemenkes mengungkapkan pihaknya memilih lapas yang representatif dan mendekati ideal mewakili lapas/rutan se-Indonesia mengingat sangat dibutuhkannya sebuah formulasi terstandar terkait pemberian pelayanan kespro di lapas perempuan sebagai bentuk pemenuhan hak kesehatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).
“Saran kami
skrining TB-HIV dan IMS yang sudah berjalan ditambah dengan
skrining psikologi dan
skrining KIA terkait kespro yang dilakukan di awal saat WBP masuk, berkala selama menjalani pidana dan masa menjelang bebas (
skrining out). Tentunya, permasalahan yang ditemui akan kami teruskan ke pusat untuk dibahas lagi,†terang Wisnu.
Berkat duduk satu meja, dr. Edy Dwitanto selaku Kepala Puskesmas Ciptomulyo berjanji akan mendukung program dalam bentuk bantuan
mobile VCT rutin dan pemeriksaan inspeksi visual vagina dengan Asam Asetat bagi seluruh WBP dan petugas lapas dalam waktu dekat.
“Kami senang sekali keberhasilan dan terselenggaranya program kesehatan di lapas tidak lepas dari peran yang sangat besar dari mitra jejaring serta dukungan pemerintah Provinsi Jawa Timur yang sangat memperhatikan WBP kami dalam bentuk penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah sehingga kami bisa mengakses layanan kesehatan yang
free-charge langsung ke pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat III, yakni Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang. Terima kasih untuk semuanya. Tim kami segera beraksi dalam kerja keras, kerja cerdas tentunya dengan penuh keikhlasan,†ujar Iin Indarti, dokter Lapas Perempuan Malang.
Kontributor: Lapas Perempuan Malang