Memasuki Ramadhan, Program Rehab Narkoba di Lapas Jalan Terus

Muara Beliti, INFO_PAS – Setelah sukses melakukan rehabilitasi pada tahun 2015, tahun ini Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Muara Beliti kembali ditunjuk untuk program rehabilitasi modalitas Therapeutic Community (TC) sebagai wujud terapi dan motivasi bagi penyalahguna narkoba. Program Manajer Lapas Narkotika Muara Beliti, Dery Aqso, menjelaskan sebanyak 60 residen yang direhabilitasi telah memasuki fase inti selama delapan minggu atau fase rehabilitasi yang sesungguhnya usai melewati fase orientasi atau fase evaluasi fisik dan psikis. “Kami dibantu empat petugas Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Sumatera Selatan yang membimbing residen agar program rehabilitasi ini berjalan dengan baik. Mereka ditempatkan di rumah dinas lapas agar fokus menjalankan program rehab tersebut,” tutur Dery, Rabu (8/6). Selain itu, lanjutnya, sebanyak 15 petugas lapas juga dilibatkan dalam program rehab ini. “Harapan kami kegiatan ini dapat ber

Memasuki Ramadhan, Program Rehab Narkoba di Lapas Jalan Terus
Muara Beliti, INFO_PAS – Setelah sukses melakukan rehabilitasi pada tahun 2015, tahun ini Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Muara Beliti kembali ditunjuk untuk program rehabilitasi modalitas Therapeutic Community (TC) sebagai wujud terapi dan motivasi bagi penyalahguna narkoba. Program Manajer Lapas Narkotika Muara Beliti, Dery Aqso, menjelaskan sebanyak 60 residen yang direhabilitasi telah memasuki fase inti selama delapan minggu atau fase rehabilitasi yang sesungguhnya usai melewati fase orientasi atau fase evaluasi fisik dan psikis. “Kami dibantu empat petugas Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) Sumatera Selatan yang membimbing residen agar program rehabilitasi ini berjalan dengan baik. Mereka ditempatkan di rumah dinas lapas agar fokus menjalankan program rehab tersebut,” tutur Dery, Rabu (8/6). Selain itu, lanjutnya, sebanyak 15 petugas lapas juga dilibatkan dalam program rehab ini. “Harapan kami kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan menjadikan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) peserta rehabilitasi sebagai pemutus rantai penyalahgunaan narkoba,” tambahnya. Hal senada diungkapkan oleh konselor BNNP Sumatera Selatan, Alfin Yuniko. “Hari ini kami menjalankan kegiatan rehabilitasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada pagi hari adalah open house, dilanjutkan dengan morning meeting, job function, serta Shalat Dzuhur berjamaah di dalam blok,” terangnya. Usai apel siang, para residen melakukan TC workshop dan static group hingga memasuki waktu Shalat Ashar dan ditutup dengan kegiatan rekresasi hingga wrap up. “Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi WBP karena tidak hanya ilmu yang mereka dapat, namun juga bagaimana menjadi manusia yang mampu berinteraksi dengan lingkungan dan menjadikan mereka bekerja sama satu sama lain, baik dengan WBP lain atau dengan masyarakat saat mereka bebas nanti," ujar Alfin. Ia berharap nantinya para residen tidak lagi mengonsumsi dan memutus rantai penyalahgunaan narkoba. "Bagi petugas lapas, apa yang kami lakukan agar terus berjalan dan diterapkan di kegiatan pembinaan,” harap Alfin. Salah satu residen Lapas Narkotika Muara Beliti, Pariman, mengaku telah sebulan mengikuti program rehabilitai ini. “Setiap hari kami dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang menempa sikap, perilaku, serta pikiran untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Walaupun bulan puasa, kegiatan-kegiatan tetap berjalan seperti biasanya, bahkan kegiatan-kegiatan religius lebih difokuskan dan ditingkatkan, seperti shalat berjamaah. Intinya, kami diminta untuk menjadi manusia yang mandiri,” ungkapnya. Di Lapas Bogor, program rehabilitasi narkoba juga terus berjalan selama Bulan Ramadhan. Salah satu residen, Osa, menjalani serangkaian program yang telah disusun dengan perasaan senang. Kegiatan itu sendiri berlangsung di blok khusus rehabilitasi. “Selamat pagi family,” sapa Osa dengan suara lantang kepada rekan-rekannya saat jadwal morning meeting, Selasa (7/6) lalu. [caption id="attachment_37442" align="alignleft" width="300"]kegiatan rehabilitasi di Lapas Bogor kegiatan rehabilitasi di Lapas Bogor[/caption] Osa memotivasi rekannya, Sandy, agar meningkatkan ibadah puasa. “Tidak ada yang bolong, full sampai Lebaran. Apakah motivasi saya diterima?” ucap pria yang tinggal di Bogor ini. “Ya..diterima,” jawab Sandy tersenyum. Keduanya kemudian berpelukan dan penghuni lain yang menyaksikan peristiwa itu bertepuk tangan. Dalam sesi morning meeting, setiap harinya para residen diajak untuk membuka diri. Tidak sekadar berkomunikasi, namun juga dilatih percaya diri dengan memotivasi teman, menyampaikan penghargaan, meminta maaf, bahkan menegur langsung tanpa ada yang disembunyikan. Misalnya, memberikan penghargaan karena sudah bangun pagi atau rajin membersihkan kamar sendiri. Begitu juga saat permintaan maaf dari satu penghuni ke penghuni lain diamini. Mereka semua merasa bahagia. Morning meeting merupakan kegiatan favorit para peserta rehabilitasi. Sebab, dalam kegiatan tersebut para residen diajari untuk tampil di depan umum, terbuka, dan menyampaikan perasaan kepada teman tanpa takut menimbulkan perselisihan. Selama rehabilitasi, para residen juga diajari untuk mandiri. Ada jadwal khusus bagi mereka untuk kerja bakti, membersihkan lingkungan blok, termasuk membersihkan kamar. Sebagai salah satu peserta rehabilitasi, Osa mengaku selalu menyempatkan diri untuk Tadarus selama Ramadhan. Baginya, menyimak teman membaca Al Quran merupakan suatu kebahagiaan. Meski masih harus belajar, ia merasa senang. “Walau masih ada kendala seperti tidak berpuasa atau tarawih karena sakit, namun pencapaian ini menjadi prestasi tersendiri bagi saya karena sebelum mengikuti rehabilitasi, saya seperti orang yang kehilangan kendali,” akunya. Sementara itu, Program Manager Blok Rehabilitasi, Lukman Viky, menjelaskan kegiatan rehabilitasi untuk WBP Lapas Bogor dimulai pukul 04.30–16.30 WIB. Diawali dengan Shalat Shubuh, mandi pagi, bersih-bersih kamar, senam, dan diakhiri closing house yang ditandai dengan doa bersama. “Tujuan utamanya adalah membuat para peserta menjadi pribadi yang mampu bersosialisasi, bisa memecahkan permasalahan sendiri, dan mandiri. Untuk mewujudkan hal itu memang tidak mudah sebab selama ini pelaku tindak pidana narkoba kerap bersikap tertutup dan pendiam. Hidupnya cenderung individualistis,” kata Lukman. Karena itu, lanjutnya, melalui rehabilitasi tersebut para pengguna narkoba diharapkan lebih terbuka dan peduli pada sesama dan lingkungan. “Semoga setelah bebas mereka bisa diterima kembali oleh keluarga dan masyarakat,” harapnya.     Kontibutor: Nasrullah dan Bhanad Shofa

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0