Plt. Dirjen PAS: Konflik Diatasi, Kamtib Teratasi

Jakarta, INFO_PAS – Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Ma’mun, mengingatkan kompleksnya permasalahan di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) sehingga sulit ditangani bersamaan. Untuk itu, ia meminta ada skala prioritas dan perhatian khusus. “Lapas/rutan tempat orang bermasalah. Kemerdekaan mereka dicabut. Tidak mungkin tidak ada masalah. Potensi konflik tinggi. Bila ada masalah, selesaikan,” tegas Ma’mun saat membuka Konsultasi Teknis (Konstek) Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) ‘Penguatan Petugas Pengamanan Dalam Rangka Penanganan Narkoba dan Terorisme di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan,’ Rabu (18/10). Hadir pula Direktur Kamtib Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS), Sutrisman. Di hadapan 61 peserta konstek, Ma’mun menilai masalah di lapas/rutan adalah keseharian. Oleh karena itu, petugas Pemasyarakatan harus “bersahabat” dengan masalah. “Pak Direktur Kamtib setiap hari dapat laporan. M

Plt. Dirjen PAS: Konflik Diatasi, Kamtib Teratasi
Jakarta, INFO_PAS – Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Ma’mun, mengingatkan kompleksnya permasalahan di lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) sehingga sulit ditangani bersamaan. Untuk itu, ia meminta ada skala prioritas dan perhatian khusus. “Lapas/rutan tempat orang bermasalah. Kemerdekaan mereka dicabut. Tidak mungkin tidak ada masalah. Potensi konflik tinggi. Bila ada masalah, selesaikan,” tegas Ma’mun saat membuka Konsultasi Teknis (Konstek) Keamanan dan Ketertiban (Kamtib) ‘Penguatan Petugas Pengamanan Dalam Rangka Penanganan Narkoba dan Terorisme di Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan,’ Rabu (18/10). Hadir pula Direktur Kamtib Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS), Sutrisman. Di hadapan 61 peserta konstek, Ma’mun menilai masalah di lapas/rutan adalah keseharian. Oleh karena itu, petugas Pemasyarakatan harus “bersahabat” dengan masalah. “Pak Direktur Kamtib setiap hari dapat laporan. Masalah besar biasanya akumulasi dan pembiaran yang tidak diatasi. Masalah besar tidak tiba-tiba terjadi, ada karena dibiarkan,” terangnya. Ia mengakui masih ada keterlibatan petugas di belakangnya. Apalagi dulu narkoba belum marak, namun kini penghuni lapas/rutan sudah mencakup bupati hingga gubernur. Artinya, Ma’mun menilai permasalahan di lapas/rutan sudah semakin kompleks menyusul maraknya modus penyelundupan narkoba yang dikenal dengan sembilan jalur penyelundupan. Ditambah lagi dengan masalah pengendalian narkoba dari dalam lapas/rutan dan penyebaran ideologi radikal oleh narapidana teroris berideologi tinggi. “Saat ini bandar narkoba dan teroris berideologi tinggi diperlakukan sama dengan narapidana lain. Padahal mereka ini karakternya pandai dan licik, cepat akrab, uang relatif banyak, dan jaringannya tetap berjalan,” lanjut Ma’mun. Hal ini dikatakan Ma’mun justru memberi peluang masalah. “Narapidana high risk karakternya pintar, umumnya tidak punya uang, tapi punya militansi tinggi karena ingin masuk surga. Banyak juga petugas kita yang terjebak. Perlakuan sama memberi kesempatan leluasa bagi bandar narkoba dan narapidana berideologi tinggi. Teman kita dan narapidana jadi korban. Maka, kita harus mengubah mindset,” saran pria yang juga menjabat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM ini Salah satu solusinya, tambah Ma’mun, adalah penanganan yang berbeda berdasarkan penelitian kemasyarakatan. “Mereka tidak bisa dibina secara normal. One man one cell. SOP khusus. Ini sudah diuji coba di Lapas Batu dan Pasir Putih walau masih kurang alat. Gunung Sindur masih belum ideal. Untuk itu, lebih baik mundur tapi ideal daripada cepat tapi tidak ideal demi pimpinan senang. Nantinya akan lebih banyak petugas dari narapidana dan tanpa tamping. Setiap kebijakan memang memiliki risiko, namun kita pilih yang paling ideal,” ungkap Ma’mun. Bagi narapidana low risk, Ma’mun mengatakan mereka bisa diberikan pembinaan, pelayanan, dan pendekatan standar. “Bila tidak diperlakukan baik akan jadi bumerang. Waktu mereka akan bermanfaat. Ini akan sangat berkorelasi dengan kamtib,” urainya. Oleh karena itu, ia meminta kepala lapas agar selalu kontrol blok agar mengetahui masalah yang ada untuk segera diatasi karena yang ditangani Pemasyarakatan adalah benda hidup. “Saya dulu memanfaatkan narapidana di masjid sebagai strategi pengamanan. Inilah pentingnya komunikasi, kepercayaan, dan strategi,” tegas Ma’mun yang pernah menjabat Direktur Kamtib di Ditjen PAS beberapa tahun lalu. Kepada para peserta konstek, Ma’mun meminta mereka menyampaikan masalah yang dihadapi di lapangan kepada para narasumber dari Badan Narkotika Nasional, Badan Nasional Penanggulangan Teroris, maupun Datasemen Khusus 88. “Sampaikan kepada mereka agar terjalin kerja sama yang bagus. Kerja sama, sinergi, dan koordinasi sangat penting. Bila kontra produktif, maka yang menang adalah bandar,” pungkasnya. Konstek Kamtib ini rencananya berlangsung selama tiga hari hingga Jumat (20/10). Pesertanya tak hanya dari Direktorat Kantib, namun juga jajaran pengamanan dari 13 kantor wilayah se-Indonesia. Melalui kegiatan ini diharapkan para peserta memahami tata cara dan proses penanganan narkoba dan terorisme serta memahami teknis pencegahan dan penindakan gangguan kamtib di lapas/rutan.  

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0