Tas Rajut WBP Rutan Balikpapan Diborong Rombongan Deputi Kementerian PPPA

Balikpapan, INFO_PAS - Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Perempuan Rumah Tahanan Negara (Rutan) Balikpapan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertatap muka sekaligus menyampaikan aspirasi kepada Deputi Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Vennetia R. Danes, yang datang beserta rombongan, Rabu (31/5). Bahkan para WBP memamerkan hasil karya mereka berupa tas rajut yang habis dibeli oleh rombongan. Penampilan Correction Band yang membawakan dua buah lagu yang diaransemen ulang berjudul Ibu serta Tanah airku menambah semarak acara. Pada kesempatan itu, Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantorl Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Timur, Agus Thoyib, menggambarkan kondisi terkini penghuni wanita yang berada di propinsi tersebut saat ini berjumlah 685 orang. “Kami belum mempunyai bangunan khusus untuk  lembaga pemasyarakatan (lapas) perempuan dan saat ini masih tersebar di lapas/rutan. Rencananya akan dibangun lapas perempuan di Samarinda Dalam menjalani hukuman, tambahnya, didominasi 60 persen narkoba. Rutan Balikpapan sendisi saat ini dihuni oleh 66 WBP perempuan. Adapuan jumlah WBP anak di Kalimantan berumlah 126 dan rencananya akan dibangun Lembaga Pembinaan Khusus Anak di Tenggarong. “Kreativitas mereka meskipun di balik jeruji penjara tidak kalah dengan yang di luar. Saat ini yang masih menjadi kendala adalah pemasaraan hasil karya mereka. Semoga pemerintah kota maupun propinsi dapat membantu masalah tersebut,” harap Thoyib. Deputi Perlindungan Hak Perempuan, Vennetia R. Danes, menyebut urusan perempuan dan anak menjadi hal yang besar harus diprioritaskan oleh PBB dan negara, termasuk mengenai persetaraan gender  karena perempuan  masih dianggap kendala bagi pembangunan serta banyak mengalami kekerasaan dalam rumah tangga dan tindak pidana perdagangan manusia. “Jangan merasa sedih di sini bukan kalian dibuang tapi diperhatikan negara. Semoga selama di sini untuk selalu mengkoreksi sehingga setelah bebas bisa berkumpul di masyarakat dan menjadi bagian dalam pembangunan berkelanjutan,” pesannya.       Kontributor: Galih Wicaksono