Warga Binaan Lapas Wirogunan Terampil Buat Kerajinan

Yogyakarta - Meskipun berada di balik jeruji besi, tidak menyurutkan semangat warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wirogunan Jogjakarat untuk mengasah keterampilan. Dengan tekun, mereka mengikuti pelatihan di balai kerja setempat. Hasil kerajinan tangan warga binaan akan naik kelas. Sebab, nantinya produk dari warga binaan akan dijual di toko yang sudah bekerja sama dengan Lapas. Hasil pendapatan juga bisa menjadi tambahan penghasilan. ”Ini digaris lima sentimeter ?” tanya Mary Jane Viesta Feloso, 31, kepada pendamping pelatihan kerajinan, Selasa (11/4). Terpidana mati kasus narkoba asal Filipina itu sedang membuat tas berbahan kertas kado. Dengan cekatan, ibu dua putra itu membuat pola pada kertas karton. Sebelumnya, di bagian luar kertas itu sudah dilapisi dengan kertas kado berwarna-warni. Setelah pola tergambar jelas, lalu dipotong sesuai garis dengan pisau cutter. ”Sudah betul belum?” kembali dia menanyakan kepada pemandunya. Si pemandu

Warga Binaan Lapas Wirogunan Terampil Buat Kerajinan
Yogyakarta - Meskipun berada di balik jeruji besi, tidak menyurutkan semangat warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wirogunan Jogjakarat untuk mengasah keterampilan. Dengan tekun, mereka mengikuti pelatihan di balai kerja setempat. Hasil kerajinan tangan warga binaan akan naik kelas. Sebab, nantinya produk dari warga binaan akan dijual di toko yang sudah bekerja sama dengan Lapas. Hasil pendapatan juga bisa menjadi tambahan penghasilan. ”Ini digaris lima sentimeter ?” tanya Mary Jane Viesta Feloso, 31, kepada pendamping pelatihan kerajinan, Selasa (11/4). Terpidana mati kasus narkoba asal Filipina itu sedang membuat tas berbahan kertas kado. Dengan cekatan, ibu dua putra itu membuat pola pada kertas karton. Sebelumnya, di bagian luar kertas itu sudah dilapisi dengan kertas kado berwarna-warni. Setelah pola tergambar jelas, lalu dipotong sesuai garis dengan pisau cutter. ”Sudah betul belum?” kembali dia menanyakan kepada pemandunya. Si pemandu lalu menuntun Mary Jane membuat garis dengan pulpen dan penggaris. Mary Jane terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan membuat kado itu. Dia merasa senang bisa belajar membuat bungkus kado bersama rekan sesama napi. Dengan membuat kado yang bagus dan menarik, nantinya bisa diberikan kepada kerabat dan teman dekatnya. ”Senang, bisa belajar buat kotak kado. Bisa dijual dan jadi hadiah,” ujarnya. Lima tahun di penjara, Bahasa Indonesia Mary Jane sudah sangat lancar. Mary Jane ditangkap, diadili, dan divonis mati pada 2010 setelah terbukti menyelundupkan 2,6 kilogram heroin ke Indonesia. Akhir April 2015 dia telah masuk dalam kelompok para terpidana yang dieksekusi mati. Namun, di detik akhir, eksekusinya ditunda. Hal itu setelah Maria Kristina Sergio, seseorang yang mengaku menjebak Mary Jane menyerahkan diri sehingga kesaksian Mary Jane diperlukan untuk didengarkan. Namun, hampir setahun dari waktu penundaan eksekusi, Mary Jane belum juga dimintai keterangan. ”Masih terpidana mati statusnya. Belum ada komunikasi, Mary Jane juga belum dimintai keterangan,” kata Kalapas Wirogunan Zaenal Arifin kepada Radar Jogja, kemarin (11/4). Zaenal mengatakan, sebelumnya Mary Jane memang senang membuat rajutan. Perempuan asal Kota Nueva Ecija, Filipina itu biasa membuat sepatu dan tas rajut. Saat dikunjungi petinju Manny Pacquiao Juli 2015 lalu, dia memberikan hadiah syal hasil rajutannya. ”Hari ini dia ikut bikin kado,” jelasnya. Zaenal mengatakan, pelatihan pembuatan kado bagi warga binaan tentu saja hal yang sangat positif. Dengan pelatihan itu, pihaknya mengetahui produk yang diminati konsumen. Ada kerja sama antara Lapas Wirogunan dengan Margaria Grup. ”Dengan kerja sama ini kami tahu apa yang layak dan laku dijual di luar. Itu yang kami inginkan. Percuma kalau bisa buat produk bagus tapi tak bisa dijual,” katanya. Sampai saat ini, Zaenal menyebutkan, sudah banyak produk kerajinan yang dihasilkan oleh warga binaan Lapas Wirogunan. Seperti miniatur Tugu Jogja, patung penggawa keraton, sepatu, kaus sablon dari mulai kain sampai produk jadi, panel kayu, bambu dan juga mebel las. ”Kami juga buat kursi dari drum bekas dan angkringan. Kami ingin mereka bisa belajar mencari uang dan tahu sulitnya mencari uang,” paparnya. Dalam setiap bulannya, dari hasil penjualan itu Lapas bisa menyetorkan lebih dari Rp 1 juta rupiah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) ke kas negara. Rencananya, untuk proses pelatihan awal akan diikuti oleh 30 warga binaan perempuan. Baru kemudian dilanjutkan bagi yang laki-laki. ”Kami seleksi yang benar-benar terampil. Yang bagus kami kerucutkan biar hasilnya laku di pasaran,” ungkapnya. Setelah masa pelatihan dilanjutkan ke proses produksi. Sedangkan untuk quality control akan diawasi oleh toko kerajinan yang memberikan pelatihan. ”Kami berharap pelatihan ini melatih mental mereka agar bisa survive setelah bebas nanti,” terangnya. Sementara itu, Business Director Margaria Grup Arief Nur Wibawanto mengatakan, kerja sama dengan Lapas Wirogunan sekaligus untuk memberdayakan warga binaan. Selain memberikan pelatihan, juga memberikan bahan dan tempat penjualan. ”Jika hasilnya sesuai standar kami akan beli dan dijual dengan branding program Mbah Wiro,” jelas putra mantan Wali Kota Jogja Herry Zudianto tesebut. Mbah Wiro sendiri merupakan branding yang selama ini sudah dikembangkan untuk produk-produk kreatif warga binaan LP Wirogunan.(ila) Sumber : radarjogja.co.id

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0