Nusakambangan, INFO_PAS – Sebanyak 28 Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan wilayah Jawa Barat melakukan studi banding ke sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) se-Nusakambangan pada tanggal 24-25 Januari 2019. Fokus studi banding terkait pengelolaan layanan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pada lapas
maximum security dan lapas
high risk.
Kegiatan diawali dengan apel bersama peserta studi banding di Pantai Permisan, selanjutnya rombongan bergerak berkunjung ke sejumlah lapas di Nusakambangan untuk meninjau dan mengamati penerapan SOP maupun pengelolaan WBP di Nusakambangan. Lapas yang pertama dikunjungi adalah Lapas Pasir Putih yang merupakan lapas
high risk khusus narapidana teroris. Lapas ini telah menerapkan model
one man one cell dalam mengelola penempatan narapidana teroris. Disamping itu, Lapas Pasir Putih juga telah mengimplementasikan program deradilkalisasi dalam melakukan pembinaan bagi WBP kasus terorisme.
Selanjutnya, rombongan bergerak ke Lapas Permisan yang merupakan lapas
medium security. Tidak jauh beda dengan lapas-lapas pada umumnya, di sini masih terlaksana kegiatan-kegiatan kerja dan bidang industri, terutama produksi batik tulis/cap karya WBP yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Lapas ketiga yang dikunjungi adalah Lapas
Super Maximum Security Karanganyar digadang- gadang sebagai lapas terbesar se-Asia Tenggara dan menerapkan metode IT yang sangat canggih. Lapas ini merupakan salah satu
pilot project Pemasyarakatan dimasa yang akan datang. Saat tiba di lokasi, para peserta studi banding sangat kagum akan kemegahan serta perkembangan progres pembangunan Lapas Karanganyar.
“Ini akan menjadi momentum yang bersejerah bagi dunia Pemasyarakatan kalau lapas
super maximum security ini telah beroperasi,†ucap salah satu peserta kunjungan.
[caption id="attachment_72075" align="aligncenter" width="300"]

studi banding ke Nusakambangan[/caption]
Setelah itu, rombongan bergerak ke Lapas Besi yang merupakan lapas
maximum security dimana tingkat pengamanannya sangat maksimum, beda dengan lapas-lapas pada umumnya. Pada kesempatan itu, para peserta studi banding mendapat penjelasan mengenai pengelolaan WBP pada lapas
maximum security oleh Kepala Lapas (Kalapas) Besi, Supriyanto.
Siang harinya, rombongan peserta studi banding tiba di Lapas Batu
High Risk Nusakambangan sebagai lapas khusus bandar narkoba yang telah menerapkan model
one man one cell dalam pengelolaan WBP. Hendra Eka Putra selaku Kalapas Batu serta koordinator lapas se-Nusakambangan mengajak peserta studi banding untuk berkeliling halaman blok dalam lapas serta memberi penjelasan mengenai SOP maupun pedoman kerja lapas
high risk.
Acara dilanjutkan dengan audiensi pimpinan di Aula Wisma Sari, Nusakambangan yang diawali dengan paparan mengenai profil lapas lapas Nusakambangan serta tanya jawab dengan peserta studi banding.
“Saat ini lapas-lapas di Nusakambangan menjadi
pilot project dalam program Revitalisasi Pemasyarakatan. Saya berharap studi banding ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dari Jawa Barat, dapat menyamakan persepsi dalam mengelola lapas
maximum security maupun
high risk, serta dapat meningkatkan wawasan teman-teman sekalian dalam menerapkan SOP maupun pedoman kerja,†harap Hendra.
Para peserta studi banding pun mengaku mengaku mendapat tambahan ilmu dalam mengelola WBP serta meningkatkan semangat mereka dalam mensuksesan program Revitalisasi Pemasyarakatan. Di akhir kegiatan, dilakukan tukar-menukar cinderamata antara pihak Lapas Nusakambangan dengan perwakilan peserta studi banding sebagai simbol kekompakan dan kerukunan antar jajaran Pemasyarakatan.
Kontributor: Humas Nusakambangan