Cianjur, INFO_PAS - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Cianjur terus melahirkan santri-santri potensial. Hal ini berkat pendidikan ala pondok pesantren terpadu yang diterapkan di lapas ini.
"Pesantren dalam lapas ini dirintis oleh Sahat Philips Parapat, seorang petugas Pemasyarakatan non-Muslim yang sangat toleran terhadap kebhinekaan negara ini," ungkap Kepala Lapas Cianjur, Gumilar Budirahayu, kepada INFO_PAS, Kamis (29/8).
Gumilar mengatakan saat ini Lapas Cianjur sudah bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia dan mendatangkan 38 ustaz demi berkembangnya pesantren. Saat ini, sebanyak 32 kelas ada dalam pesantren Lapas Cianjur.
[caption id="attachment_83862" align="aligncenter" width="309"]

santri Ponpes Lapas Cianjur[/caption]
"Hampir setiap hari mereka diberikan pengajaran agama. Ada yang datang ke sini sama sekali tanpa pengetahuan agama dan ketika sudah menjalani pembinaan pengetahuan agama mereka meningkat dan jadi taat ibadah," tutur Gumilar.
Selain itu, Gumilar juga menyampaikan seiring pendidikan agama yang diajarkan, ada pula pengajaran terkait wawasan kebangsaan kepada para narapidana. "Ini penting karena 80% penghuni lapas merupakan kasus narkoba, jadi sangat diperlukan," tandasnya.
Ungkapan tersebut dibenarkan Avatar (nama samaran), narapidana kasus pemerasan yang sedang menjalani pembinaan di Lapas Cianjur. “Terima kasih. Saya senang saat ini bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya,†ungkapnya.