Bogor, INFO_PAS - Puluhan mahasiswa jurusan psikologi dan kriminologi dari Universitas Indonesia (UI), mendatangi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Bogor untuk melakukan konseling secara langsung kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), Jumat (3/6). Adapun kegiatan yang dilakukan para mahasiswa adalah wawancara mendalam untuk mengetahui penyebab WBP masuk ke dalam lapas. Apakah karena faktor lingkungan, faktor keluarga, atau karena faktor masyarakat.
“Mahasiswa psikologi dilatih menemui narapidana yang sulit atau ada gangguan jiwa untuk menjadi klien, sedangkan mahasiswa kriminologi lebih difokuskan untuk menghadapi para narapidana karena akan menjadi tugas mereka kelak,†kata dosen Departemen Kriminologi UI yang juga pakar bidang kriminologi dan kepolisian, Andrianus Meliala.
Selama 2-3 jam, para mahasiswa dilatih agar dapat menjadi psikolog dan kriminolog agar mampu menghadapi klien-klien dengan pelbagai watak dan karakter. “Mahasiswa harus sensitif dengan penderitaan para WBP serta mengasah kemampuan mereka dengan mengadakan wawancara mendalam karena yang mereka hadapi adalah orang-orang yang sulit untuk bicara dan terbuka,†tutur Adrianus.
Kegiatan ini, sambung Andrianus, masuk dalam kurikulum dalam mata kuliah psikologi forensik yang mengajarkan cara menghadapi interogasi di kepolisian, menjadi saksi ahli, proses persidangan yang tidak sensitif secara psikologis, dll. “Kami aplikasikan minat besar para mahasiswa psikologi dan kriminologi dengan mendampingi mereka mempelajari kehidupan di lapas,†lanjutnya.
Pada kesempatan itu, Adrianus menyarankan lokasi Lapas Bogor yang berada di tengah kota agar dipindah. “Secara geografi, lapas yang berada di tengah kota cukup membahayakan warga sekitar dan orang luar. Lapas ini juga terlalu kecil, sempit, serta kurang higienis karena masih berupa bangunan zaman dulu,†kata Adrianus.
Dengan adanya bantuan pemerintah sebesar Rp. 1,8 triliun untuk  renovasi 800 lapas, ia berharap Lapas Bogor tidak hanya direnovasi, napum dibangun baru agar menjadi lapas yang ideal. “Nanti kami akan coba usulkan pada Direktur Jenderal Pemasyarakatan agar Lapas Bogor mendapatkan persentase terbanyak. Bukan hanya renovasi, tapi merubah semua. Tentunya Pemerintah Daerah Bogor seyogyanya juga mampu memberikan dukungan,†harapnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Bogor, Suherman, berterima kasih atas kedatangan mahasiswa UI yang ingin menggali ilmu mengenai pola pembinaan WBP, bahkan ingin membantu. Beberapa dari mereka juga berminat membuat skripsi tentang lapas sebagai tugas akhir mereka.
“Kami sangat bangga dan merasa terbantu dengan ada mahasiswa yang ingin menyelesaikan tugas kuliahnya disini. Selama ini kami hanya memiliki tiga dokter umum dan satu dokter gigi, sedangkan dokter psikologi belum ada. Sekalipun baru magang, namun disini mereka bisa membatu kami dalam pembinaan, khususnya dibidang psikiater,†pungkas Suherman.
Kontributor: Bhanad Shofa