Prison Art Show, Ajang Pamerkan Hasil Karya WBP Maluku

Ambon, INFO_PAS – Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkuham) Maluku gelar pameran hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) bertajuk Prison Art Show 2022. Bekerja sama dengan BRI Cabang Ambon, rangkaian Hari Darma Karyadhika Ke-77 Tahun 2022 ini digelar di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Ambon, Kamis (15/9).
Dibuka oleh Kepala Kanwil Kemenkumham Maluku, H.M Anwar N, Prison Art Show 2022 menyajikan berbagai kegiatan mulai dari pameran hasil karya WBP, penampilan musik, dan lomba poco-poco. “Kegiatan ini merupakan hasil program pembinaan yang diimplementasikan lewat kreativitas WBP. Paradigma Pemasyarakatan telah jauh berubah tidak semata sebagai lembaga pembinaan, tetapi juga sebagai pusat kreativitas yang dapat menghasilkan produktivitas, baik kepada WBP itu sendiri, masyarakat, serta bangsa dan negara,” ucapnya,
Kepada seluruh WBP, Anwar berpesan agar terus belajar dan berkreasi. “Raga kalian boleh terkurung, namun kreativitas jangan pernah urung,” pesannya.
Prison Art Show 2022 diramkaikan oleh 20 stand dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan, UPT Imigrasi, Kanwil, dan BRI. Ada pula pagelaran musik ukulele dari Anak Lembaga Pembinaan Khusus Anak Ambon (LPKA) dan lomba poco-poco. Walaupun hanya digelar sehari, namun antusiasme masyarakat terlihat sangat tinggi. Sejak dibuka, ribuan masyarakat, baik masyarakat umum dan pelajar memadati lokasi kegiatan dan stand pameran hasil karya WBP.
Lapas Kelas III Wahai sebagai salah satu peserta pameran hadir dengan slogan “Bukan di Mana Ladangnya, Tetapi Siapa Petaninya”. Hasil karya WBP yang ditampilkan berupa bonsai kelapa, serta pipa rokok dan lampu hias dari tempurung kelapa. Semuanya menggunakan bahan pertanian lokal yang banyak tersedia di lokasi Lapas Wahai berada.
“Sesuai slogan kami, bukan ladangnya yang menjadi hambatan, namun siapa petaninya. Jangan karena keterbatasan sarana dan prasarana hingga membuat kita terhenti. Gali terus potensi yang dimiliki WBP dan ciptakan ide-ide kreasi. Tetap optimis bahwa kita bisa,” ajak Kepala Lapas (Kalapas) Wahai, Mansur Namkatu.
Pada giat yang sama, Lapas Kelas III Namlea pamerkan produk khasnya, seperti minyak kayu putih Carlea, Virgin Coconut Oil, kerajinan tangan dari bahan rotan, dan keterampilan menjahit. Alhasil, beberapa botol minyak kayu putih langsung terjual dan diborong pengunjung. Artinya, produk-produk hasil pembinaan kemandirian WBP tidak kalah kualitasnya dengan produk yang dijual di pasaran pada umumnya
“Berkat skill dan kemampuan yang telah diasah selama menjalani masa pidana, WBP bisa memproduksi sesuatu yang bernilai jual tinggi. Ini buah dari pembinaan yang selama ini kami terapkan terhadap WBP di mana bakat dan minat mereka terus kami asah agar ketika sudah bebas nanti dapat memberbaiki diri dan menjadi lebih berguna bagi masyarakat,” urai Kalapas Namlea, Ilham.
Dari stand Lapas Kelas III Saumlaki, hasil karya yang dipamerkan berupa hasil rajutan, ikat pinggang kayu arang, kain tenun ikat tanimbar, berbagai produk olahan makanan ringan. Beberapa produk WBP juga banyak diminati antara lain kain tenun tanimbar.
“Kegiatan ini adalah ajang menampilakan karya WBP agar semua hasil kreativitas mereka diketahui oleh masyarakat,” ujar Kalapas Saumlaki, David Lekatompessy.
Di tempat yang sama, Kalapas Kelas III Saparua, Ernes L. Laturette, menjelaskan dalam Prison Art Show 2022 ini pihaknya menampilkan produk-produk unggulan WBP seraya berharap hasil dari kegiatan ini menghasilkan feedback yang baik bagi WBP. Lapas Saparua juga mengikuti pentas seni tari poco-poco dengan berbalut busana Cele khas Maluku dan menggunakan topi tumang sagu yang dianyam menggunakan daun sagu
“Kami membawa produk hasil karya WBP antara lain gula merah khas Saparua, gelang dan tas anyaman yang terbuat dari kresek bekas, serta makanan-makanan khas Saparua. Produk-produk yang dihasilkan WBP ini berkulitas, mempunyai ciri khas tersendiri, dan memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan produk WBP dari Lapas lain,” ucap Ernes.
Sementara itu, Kepala Rumah Tahanan Negara (Karutan) Kelas IIA Ambon, Jose Quelo, mengatakan Prison Art Show 2022 merupakan bukti bahwa WBP tidak sekadar dipenjara dan menjalani hukuman. Ada nilai-nilai lain yang ditampilkan, yaitu melalui pembinaan, baik pembinaan kepribadian dan kerohanian di mana hasil dari pembinaan itu sendiri ditampilkan di hadapan masyarakat luar.
“Kita mengubah mengubah paradigma masyarakat terhadap WBP melalui kreativitas tanpa batas. Maka, kami pamerkan hasil karya WBP berupa, kursi, dan meja dari bahan besi, pot bunga, dan aneka jenis makanan khas Maluku,” urai Karutan.
Dari stand Lapas Kelas III Dobo, hasil karya WBP yang dipamerkan berupa makanan olahan berupa ikan asin balobo yang menggunakan bahasan dasar ikan balobo yang banyak ditemui di kawasan Kabupaten Kepulauan Aru. Hal ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt.) Kalapas Dobo, Sonny Tanikwele.
“Di Prison Art Show Maluku kali ini, kami pamerkan ikan asin balobo, jenis ikan yang banyak ditemui di perairan Kepulauan Aru. Rasanya tidak terlalu asin, namun memiliki tekstur daging yang padat, lentur, dan berwarna putih bersih,” terang Sonny.
Kepala LPKA Kelas II Ambon, Catherian V. Picauly, mengatakan hasil karya Anak yang ditampilkan dalam pameran kali ini merupakan kumpulan dari hasil-hasil kegiatan pembinaan keterampilan yang sudah sering diselenggarakan di LPKA. Banyak karya yang dihasilkan Anak dan sudah banyak juga yang telah terjual pada kegiatan-kegiatan sebelumnya, baik kegiatan yang diselenggarakan di luar LPKA maupun di dalam LPKA. Kegiatan ini juga memacu Anak untuk terus berkarya karena sebagian dari hasil penjualan ini akan diberikan kepada mereka.
"Prison Art Show menjadi sarana untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa Anak di LPKA tidak makan tidur saja. Mereka juga dididik dan dilatih juga untuk bisa berkarya. Terima kasih atas penghargaan yang diberikan masyarakat dengan membeli hasil karya Anak. Semoga menjadi motivasi kuat bagi mereka untuk terus berkarya meskipun dalam lingkungan terbatas,” harap Catherian.
Sebelas Anak LPKA Ambon juga berkesempatan menjadi pengisi acara pada pameran tersebut. Lima lagu Anak LPKA Ambon diiringi petikan alat musik ukulele menghibur para tamu undangan.
"Prison Art Show kali ini anak-anak kami dipercayakan untuk bermusik sambil bernyanyi. Ini menjadi kesempatan baik agar bisa memupuk rasa percaya diri mereka dengan tampil maksimal tanpa ragu di depan ratusan orang yang datang silih berganti mengunjungi stand pameran dalam kegiatan ini," ucap Catherian.
Rutan Masohi turut memamerkan karya hasil kerajinan tangan produk WBP yang merupakan miniatur kapal dari bahan dasar kayu. Miniatur kapal tersebut menjadi daya tarik tersendiri dari pengunjung dikarenakan terlihat unik, padahal dengan bahan dasar minimalis.
“Hasil karya ini merupakan wujud nyata bahwa WBP menjalani masa pidana dengan mendapatkan pembinaan yang nantinya akan menjadi bekal saat mereka menyelesaikan masa pidana. Semoga dengan turut berpartisipasi dalam kegiatan ini menambah semangat berkarya para WBP untuk menghasilkan karya-karya lainnya,” harap Karutan Masohi, Bayu Muhammad.
Selaku tuan rumah, Lapas Kelas IIA Ambon pamerkan produk mebel berupa sofa, kursi, sarung jok mobil, serta kerajian tangan berupa hiasan meja, tas, dan dompet kulit dalam Prison Art Show 2022. Produk yang dipamerkan adalah produk unggulan murni hasil karya WBP.
“Semoga melalui pameran ini menjadi momentum yang baik dalam mempromosikan hasil karya WBP. Semoga juga masyarakat mengetahui kegiatan positif melalui hasil WBP yang didapatkan selama menjalani masa pidana di Lapas,” harap Plt. Kalapas Ambon, Mulyoko.
Jajaran Lapas Kelas IIB Tual menampilkan produk-produk karya WBP dan produk khas daerah Tual, seperti ikat pinggang akrilik, ikat pinggang kayu, tasbih mutiara, akar bahar, serta beberapa makanan khas daerah Maluku Tenggara, seperti embal dan kacang, Bahkan, Kakanwil bersama perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku berkesempatan membeli beberapa karya dan produk yang disuguhkan.
“Kami berharap dengan adanya kegiatan ini akan memberikan angin segar atau harapan kepada WBP agar selalu berkarya walaupun dalam kondisi menjalani masa pidana di penjara,” harap Kalapas Tual, Kodir, melalui perwakilan Dharma Wanita Persatuan, Maria.
Sementara itu, Lapas Kelas III Bandanaira menampilkan beberapa karya WBP berupa ikan garam cakalang, gantungan kunci, dan kayu manis. Seluruh karya ini adalah hasil kerja keras, keuletan, serta keseriusan para WBP dan petugas yang turut membimbing dan mengawasi pembinaan kemandirian WBP.
“Giat ini bernilai positif guna menambah dan melatih kemampuan WBP. Semoga ke depannya akan ada karya-karya baru demi terciptanya WBP produktif,” harap Kalapas Bandanaira, Hamdani.
Prison Art Show menjadi kesempatan bagi Lapas Kelas IIB Piru untuk memperkenalkan hasil karya WBP-nya kepada masyarakat, seperti kerajinan batok kelapa yang meliputi kaligrafi, miniatur teko, dan lampu belajar. Adapula miniatur kapal pinisi, pengocok telur, sapu lidi, hingga tirai bambu.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan meningkatkan semangat WBP untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi diri serta menjadi wadah bagi masyarakat untuk mengenal dan menilai bahwa hasil karya WBP tidak kalah bagus dan berkualitas dengan produk-produk lainnya," harap Kalapas Piru, Taufik Rachman.
Tak mau ketinggalan, Klien Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Ambon juga berpartisipasi dalam pameran tersebut. Giat seperti ini menjadi kesempatan emas untuk mengenalkan Bapas Ambon kepada masyarakat.
“Banyak sekali karya yang ditampilkan pada pameran ini dari masing-masing UPT Kemenkumham se-Maluku. Ini adalah kesempatan kita untuk unjuk gigi di mana hasil bimbingan kepada Klien berupa bimbingan kemandirian dapat ditampilkan di sini, seperti keterampilan las besi yang dibuat menjadi pot bunga. Tidak hanya tampilannya yang bagus, namun kualitasnya juga sangat baik. Masih banyak lagi karya Klien kami yang belum sempat kami tampilkan, mungkin di lain waktu,” terang Plt. Kepala Bapas Ambon, Fifi Firda.
Walau tak memiliki WBP, Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Kelas II Ambon berinisiatif menyajikan produk unggulan yang dihasilkan dari hasil olahan dapur anggota Dharma Wanita Persatuan. Diharapkan hasil kegiatan ini meningkatkan rasa kekeluargaan dan kekompakan bagi seluruh elemen Rupbasan Ambon.
“Kami membawa kue lontar, keripik singkong pedas manis, dan keripik sukun gula aren. Produk-produk ini memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan produk yang dipasarkan di luar. Buktinya, belum selesai kegiatan, seluruh produk yang dipamerkan sudah terjual,” ucap Kepala Rupbasan Ambon, Ma’ruf Tuasalamony. (IR)
Kontributor:Divpas Maluku, Lapas Wahai, Lapas Namlea, Lapas Saumlaki, Lapas Saparua, Rutan Ambon, Lapas Dobo, LPKA Ambon, Rutan Masohi, Lapas Ambon, Lapas Tual, Lapas Bandanaira, Lapas Piru, Bapas Ambon, Rupbasan Ambon
What's Your Reaction?






