Zikir dan Doa Bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Petugas Pemasyarakatan se-Indonesia Ikuti via Teleconference
Jakarta, INFO_PAS - Menjalani ibadah puasa Ramadan di tengah pandemi Coronavirus disease (COVID-19) tidak menyurutkan semangat petugas Pemasyarakatan seluruh Indonesia untuk mengikuti zikir dan doa bersama dalam rangkaian peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-56, Minggu (26/4). Berlangsung menggunakan media teleconference, seluruh petugas Pemasyarakatan mengikuti tausyiah yang diberikan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar.
“Pada momen zikir dan doa bersama hari ini, marilah kita merangkul hati, saling menguatkan, dan mendoakan. Terbebas dari COVID-19 menjadi salah satu doa utama kita seiring dengan munajat yang tercantum dalam hati tentang permohonan keberkahan, keselamatan, serta kebahagian dunia dan akhirat,” ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Nugroho.
Sebelumnya, Nugroho menyampaikan Ramadan pada tahun ini harus dibarengi dengan kekuatan ekstra untuk melawan penyebaran COVID-19 dan menjalankan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020 yang telah menimbulkan beragam reaksi masyarakat.
“Reaksi masyarakat dan beberapa pihak adalah tantangan yang harus kita jawab bersama bahwa kebijakan ini adalah murni karena kemanusiaan. Saya sangat meyakini jajaran Pemasyarakatan tidak surut oleh pelbagai tantangan dan rintangan, terus semangat penuh integritas menjalankan fungsinya sebagai petugas Pemasyarakatan,” ujar Nugroho.
Ia juga mengungkapkan jajaran Pemasyarakatan telah melaksanakan bakti sosial dengan memberikan hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) untuk penanganan COVID-19. Sebanyak 40.000-an unit alat pelindung diri telah disalurkan kepada paramedis, penegak hukum, dan masyarakat umum. Selain itu, produk hasil program ketahanan pangan telah didonasikan bagi masyarakat terdampak ekonomi akibat COVID-19.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Pemasyarakatan juga salam kebanggaan untuk sahabat kita para WBP atas sumbangsih yang penuh manfaat,” ujar Nugroho.
Harapan akan terhapusnya COVID-19 di Bulan Ramadan disampaikan Nasaruddin Umar. Adanya COVID-19 di Bulan Ramadan menjadi pertanda Allah SWT akan mengabulkan doa umat-Nya.
“Kali ini kita bermohon semoga Bulan Ramadan tidak hanya membakar dosa masa lampau kita, tetapi juga membersihkan Virus Corona yang mengintai. Kita sangat yakin keajaiban yang terjadi di Bulan Ramadan. Inshaallah, harapan-harapan kita diijabah Allah SWT,” harap Nasaruddin.
Ia juga mengungkapkan Rasulullah SAW bersabda bahwa waktu menjelang berbuka puasa merupakan waktu terbaik untuk berdoa. Rasullullah SAW juga telah memberikan pengajaran dan ilmu pengetahuan lainnya.
“Rasullullah sampai hari ini dan yang akan datang akan tetap aktif mendampingi umatnya, membacakan ayat-Nya, dan memberikan pencerahan. Maka, kita juga diminta Allah SWT untuk senantiasa bersalawat,” tambah Nasaruddin.
Dalam menghadapi Virus Corona, Nasaruddin mengungkapkan pentingnya daya tahan batin, selain daya tahan fisik. “Bagaimana sikap kita terhadap Virus Corona ini? Yang paling bagus selain mengikuti protokol pemerintah dengan majelis ulama, kita juga perlu memperkuat daya tahan batin kita. Apa artinya daya tahan fisik tanpa dukungan daya tahan spiritual. Caranya seperti yang kita lakukan saat ini, berdoa dan berzikir,” ujarnya.
Menjaga kesehatan keluarga menjadi hal yang wajib dalam kondisi pandemi COVID-19. Terkait ibadah di masjid, Nasaruddin menyampaikan yang dilarang bukanlah beribadah di masjid, namun larangan berkumpul karena berpotensi penularan.
“Menolak kemudharatan itu lebih penting daripada manfaat. Kualitas dan kuantitas tidak akan berkurang jika beribadah di rumah, barangkali malah lebih khusyuk. Kita tidak ke masjid karena berharap ibadah kita akan lebih panjang. Jika tertular bukan saja mencelakakan dirinya, tetapi juga orang tua dan anaknya,” tambahnya.
Ia juga mengajak agar tetap beribadah tanpa melanggar protokol yang dikeluarkan pemerintah dan ulama. “Mari kita berdoa kepada Allah SWT, semoga Allah mengabulkan doa kita di detik-detik buka puasa ini. Kirimkan doa kepada orang tua sebanyak-banyaknya, anggota keluarga, dan guru-guru. Jangan pelit mendoakan orang mati,” pesan Nasaruddin saat menutup tausyiah. (KDZ/PRV)