Kehidupan Over Crowded di Rutan Samarinda

Samarinda, INFO_PAS - Para penghuni Rumah Tahanan (Rutan) Klas II A Samarinda tengah menebus kesalahannya. Sebab, tidak hanya hidup terkungkung dalam sangkar seluas 1.114 meter persegi. Para tahanan juga harus hidup berdesakan, bahkan untuk sekadar tidur, mereka harus ikhlas bergiliran. Jika ada yang tidur, maka setengah malam harus ada yang rela duduk. Layak atau tidak bagi manusia, inilah realitasnya. Kelebihan kapasitas, menjadi masalah yang tak kunjung tuntas. Berdasarkan Standard Minimum Rules (SMR) rutan tersebut hanya berkapasitas 181 jiwa dengan 567 tempat tidur. Sedangkan jumlah warga binaan mencapai 950 orang yang terbagi dalam 50 kamar. “Jelas menimbulkan konflik. Apalagi dengan kondisi hidup seperti itu, rentan stres, belum lagi latar belakang mereka sebagai pelaku kejahatan yang bisa saja melakukan apapun,” tutur Kepala Rutan Klas IIA Samarinda Nurwulanhadi Prakoso, Kamis (16/4). Nurwulanhadi menambahkan, salah satu masalah yang sering terjad

Kehidupan Over Crowded di Rutan Samarinda
Samarinda, INFO_PAS - Para penghuni Rumah Tahanan (Rutan) Klas II A Samarinda tengah menebus kesalahannya. Sebab, tidak hanya hidup terkungkung dalam sangkar seluas 1.114 meter persegi. Para tahanan juga harus hidup berdesakan, bahkan untuk sekadar tidur, mereka harus ikhlas bergiliran. Jika ada yang tidur, maka setengah malam harus ada yang rela duduk. Layak atau tidak bagi manusia, inilah realitasnya. Kelebihan kapasitas, menjadi masalah yang tak kunjung tuntas. Berdasarkan Standard Minimum Rules (SMR) rutan tersebut hanya berkapasitas 181 jiwa dengan 567 tempat tidur. Sedangkan jumlah warga binaan mencapai 950 orang yang terbagi dalam 50 kamar. “Jelas menimbulkan konflik. Apalagi dengan kondisi hidup seperti itu, rentan stres, belum lagi latar belakang mereka sebagai pelaku kejahatan yang bisa saja melakukan apapun,” tutur Kepala Rutan Klas IIA Samarinda Nurwulanhadi Prakoso, Kamis (16/4). Nurwulanhadi menambahkan, salah satu masalah yang sering terjadi adalah perkelahian antarpenghuni rutan walaupun tidak sampai pada keributan besar yang dapat ditangani oleh Petugas Rutan. Penyebab perkelahian pun disebabkan hal-hal sepele, seperti senggolan, rebutan makanan, atau hanya sekadar tatapan mata. Masalah tersebut bisa menjadi persoalan besar, mengingat tekanan hidup yang mereka alami. Belum lagi, jumlah sipir yang dimiliki rutan yang terletak di Jalan KH Wahid Hasyim tersebut sangat sedikit, yaitu tujuh penjaga tiap shift. “Tujuh orang harus menjaga 950 orang. Satu penjaga berarti harus mengawasi lebih dari seratus orang,” ujar Nurwulanhadi. Kasus perkelahian memang menjadi suatu hal yang bisa disebut lazim di rutan. Bahkan, penjaga rutan selalu menyiagakan senapan-senapan berpeluru karet untuk melumpuhkan penghuni yang kemungkinan bisa membuat kerusuhan. Hal itu dilakukan guna meminimalisasi kemungkinan jatuhnya korban akibat perkelahian yang bisa saja meluas menjadi kerusuhan. Senjata yang digunakan memang bukan senjata api dan tidak mematikan. Namun, peluru-peluru karet tersebut mampu membuat penghuni takut atau sekadar dilumpuhkan. “Kualitas kehidupan mereka menurun. Otomatis stres dan mudahnya penyakit mewabah menjadi ancaman yang nyata,” tandas laki-laki berkacamata itu. Tak jarang pula ada tahanan yang menderita stres berat, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Penghuni rutan yang diidentifikasi menderita suatu penyakit harus segera dilarikan ke rumah sakit. Apalagi mereka yang menderita penyakit yang berisiko menyebabkan wabah. Tujuannya tidak lain menjaga kehidupan para penghuni agar tidak bertambah buruk. “Kami berusaha semaksimal mungkin, perawat selalu ada, bimbingan rohani ada kerja sama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia), pelatihan keterampilan pun ada. Kami selalu berusaha meminta penambahan fasilitas, tapi mungkin dana pemerintah yang masih kurang. Lagi-lagi memang masalah klasik, yaitu fasilitas dan sumber daya manusia yang kurang memadai,” tukasnya.   Kontributor : Rutan Samarinda

What's Your Reaction?

like
0
dislike
0
love
0
funny
0
angry
0
sad
0
wow
0