Menciptakan Sikap Kasih Sayang & Toleransi Beragama di Tengah Keberagaman

Menciptakan Sikap Kasih Sayang & Toleransi Beragama di Tengah Keberagaman

Menyatukan pelbagai agama yang dianut Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan di lembaga pemasyarakatan (lapas) maupun rumah tahanan negara (rutan) bukanlah hal sulit asalkan mempunyai arah dan pandangan yang sama bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan persatuan. Pengajaran tersebut diperoleh melalui pesan-pesan agama yang disampaikan di setiap rumah peribadatan. Oleh karenanya, pada setiap Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan dibangun rumah ibadah sebagai manifestasi pelaksanaan ritus peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dapat dikatakan membangun rumah ibadah merupakan kewajiban imperatif yang harus ada agar program pembinaan keagamaan dapat terlaksana dengan paripurna. Masjid didirikan untuk pemeluk agama Islam, gereja untuk pemeluk agama Kristen, Vihara untuk agama Budha dan Pura untuk pemeluk agama Hindu.

Pada setiap lapas maupun rutan ada seorang petugas yang ditunjuk sebagai pembina keagamaan yang bertugas memberikan binaan, arahan, bimbingan, dan monitoring pada setiap kegiatan keagamaan. Ada pula pemuka agama yang ditunjuk dari WBP dan tahanan berdasarkan agama masing-masing. Mereka memainkan peranan yang cukup siginifikan terhadap arah dan tujuan pembinaan keagamaan, seperti upaya mendorong WBP dan tahanan untuk membangun sikap berkasih sayang dan toleransi antar pemeluk agama sehingga bisa meredam pertikaian, dan konflik, terciptanya suasana damai di lingkungan hunian, serta menularkan sikap batin yang ikhlas dan sabar kepada sesama maupun kepada yang lainnya, termasuk yang beda agama sekalipun.

Sikap berkasih sayang dan toleransi merupakan husnul khuluq (akhlak yang mulia/baik) yang melahirkan moralitas yang etis dan diyakini pada setiap agama mengajarkannya dalam kitab suci yang menjadi sumber norma yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yakni Alquran bagi yang beragama Islam, Injil bagi yang beragama Kristen, Wedha bagi yang beragama Hindu, dan Darmapadha untuk yang beragama Budha.

Dalam hal ini, sikap kasih sayang dan toleran bisa dipetik dari Injil sebagai berikut:

“Kamu telah mendengar firman: kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi aku berkata padamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di Surga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang tidak benar.” (Matius 5: 43-45).

“Tetapi kepada kamu, yang mendengar aku, aku berkata: kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu (Lucas 6: 27-28).

Sedangkan dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

وابتغي فيما ءاتى ك الدار الءاخرة. ولا تنس نصيبك من الدنيا. وأحسن كما احسن الله اليك. ولا تبغ الفساد في الأرض. إن الله لا يحب المفسدين.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”

Mengutip pernyataan Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Imam Masjid Besar Istiqlal yang mengatakan,“Semakin dalam kita mempelajari agama maka kita akan semakin toleran.”

Maka, untuk mendalami ilmu agama agar tercapainya sikap, kasih sayang, dan toleransi, setiap perkumpulan keagamaan mempunyai bentuk program pembinaan masing-masing, seperti halnya program pembinaan yang telah ada di Rutan Depok. Masjid Baiturrahman di Rutan Depok memiliki program tahfiz, tilawah, Bahasa Arab, dan lain sebagainya; gereja memiliki program pendalaman Alkitab; serta Vihara mempunyai program meditasi.

Proses asosiatif dan interaktif yang berlangsung selama kegiatan keagamaan seperti yang ada dalam program pembinaan pada setiap agama merupakan momentum untuk menanamkan nilai-nilai luhur yakni sikap kasih sayang dan toleransi. Tentu sikap tersebut dapat dimiliki jika setiap WBP dan tahanan berusaha untuk mengelaborasi dan menadaburi ayat-ayat dalam kitab suci masing-masing sehingga bisa diambil hikmah dan ibrahnya dan dapat diaplikasikan dalam tindak tanduk keseharian. Sebuah keniscayaan bahwa WBP dan tahanan yang agamis pasti menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, yaitu sikap kasih sayang dan toleransi yang tinggi.

 

 

Kontributor: Insanul Hakim Ifra (Rutan Depok)

What's Your Reaction?

like
8
dislike
1
love
6
funny
2
angry
2
sad
2
wow
3